Meskipun usianya tidak termasuk generasi klenteng bersejarah. Namun Klenteng Hong San Ko Tee di Jl Cokroaminoto, Surabaya Selatan ini mempunyai daya tarik bagi masyarakat Tionghoa. Selain sembayang untuk arwah leluhur. Juga tempat berdoa mendapatkan kesembuhan anggota keluarganya dan kesuksesan bisnis. Berikut ini hasil liputan Boy Cahya posmonews.com.
Klenteng Hong San Ko Tee dibangun tahun 1970an oleh umat Tri Dharma. Memiliki halaman memanjang. Ditumbuhi berbagai tumbuhan. Salah satunya adalah pisang. Sehingga umat yang akan beribadah merasakan udara sejuk dan segar. Jauh dari polusi udara yang menyengat.
Di dalam Klenteng Hong San Ko Tee ini terdapat berbagai macam patung dewa. Ada petung dewa Kwan Im Poo Sat, Buddha, Ho Tek Ceng Sin, Kwan Kong, patung dewa bumi, dewa langit dan banyak lagi patung-patung dewa yang lain. Patung-patung tersebut sangat disakralkan. “Para umat Tri Dharma bila melakukan sembayang menuju patung-patung tersebut. Berbagai macam tujuan yang ingin dicapai. Ada yang berdo’a untuk arwah leluhurnya yang telah meninggal dunia, keselamatan, kejayaan bisnis, ketentraman negara, melihat nasib, penyembuhan penyakit dan banyak lagi permintaan lainnya,” Buddi Enggal Kuncoro Pengurus Klenteng Hong San Ko Tee Surabaya.
Mereka percaya bahwa dewa-dewa itu mampu memberikan pertolongan kepada umat Tri Dharma yang sering sembayang di klenteng tersebut. Bukti nyata sudah banyak terbukti berdasarkan pengakuan beberapa umat yang do’anya diterima. Baik dalam bidang bisnis maupun penyakit.
Salah satunya adalah Liu Ci San warga Gubeng Raya yang orang tuanya mengalami sakit dalam dan cukup parah. Setelah melakukan sembayang di Klenteng Hong San Ko Tee selama beberapa bulan. Akhirnya orang tuanya mengalami kesembuhan total.
“Orang tua dirumah sembuh dari sakit parah setelah saya berdo’a di klenteng ini. Barangkali do’a yang saya panjatkan tiap usai sembayangterkabulkan,”ujar Liu Ci San putri Han Lim warga Gubeng Raya Surabaya.
Kesembuhan penyakit orang tanya itu menjadikan dirinya sadar. Bahwa kekuatan do’a itu mampu menyembuhkan orang yang mengalami sakit. Padahal sebelumnya kurang percaya. sejak itulah dia terus bersembayang di klenteng tersebut pada hari-hari tertentu dan hari besar. Seperti pada hari besar Imlek serta menghadiri Perayaan Cio Ko.
Melihat Nasib
Kedatangan umat ke klenteng juga bukan hanya sebatas sembayang dan berdo’a untuk kesembuhan. Tapi juga banyak umat yang melakukan kegiatan melihat nasib dengan jalan melempar benda kecil (Siak). Hal tersebut biasanya dilakukan setelah sembayang di dewa masing-masing. Mereka percaya nasibnya dapat diketahui.
Pada umumnya yang melempar benda kecil itu adalah dari kalangan bisnismen. Jika selama satu bulan belum berhasil, mereka datang kembali untuk melakukan kegiatan tersebut hingga usahanya berhasil.
Kalau ternyata ada hasilnya. Tidak tanggung-tanggung dari sebagian keuntungan bisnisnya akan disumbangkan pada Klenteng Hong San Ko Tee. Tujuannya sebagai rasa syukur kepada para dewa yang memberikan kemurahan berupa rejeki.
Dari pihak pengurus klenteng, sumbangan uang itu untuk perawatan fasilitas klenteng dan acara bagi-bagi sembako pada perayaan keagamaan kepada masyarakat yang tidak mampu. Khususnya pada masyarakat miskin di perkotaan. Dalam bentuk uang dan bahan sembilan pokok kebutuhan (sembako).
Acara-acara tersebut tetap terus berlangsung dari dulu hingga sekarang. Apalagi pada jaman reformasi sejak Indonesia presidennya Gus Dur. Kegiatan Klenteng Hong San Ko Tee semakin semarak. Baik dalam bidang persembayangan, ritual dan bhakti sosial. Mengingat sudah tidak ada larangan lagi oleh pemerintah. ***