Native Speaker Jepang Belajar Karawitan di SMP PGRI 1 Buduran

131 dibaca

▪︎SIDOARJO – POMONEWS.com,-
Keluarga besar SMP PGRI 1 Buduran menyambut native speaker dari Okinawa, Jepang, Higa Akari Sensei, Rabu (6/11/2024).

Tamu spesial tersebut disambut khusus oleh penari cucuk lampah, bersama Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih, S.Si, M.Pd, Gr. dan Wakasek, Dra. Hj. Eva Wahyuda, M.Pd, serta para pendidik dan tenaga kependidikan.

Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih, S.Si, M.Pd, Gr. mengatakan, kegiatan penyambutan native speaker dari Jepang tersebut, sebagai program memperkaya khasanah pembelajaran Bahasa Jepang di SMP PGRI 1 Buduran.

“Alhamdulillah, kegiatan seperti ini adalah yang kedua kalinya. Anak-anak pun begitu antusias bertemu dan berkomunikasi langsung dengan penutur asli Bahasa Jepang,” ujarnya.

Kedatangan mahasiswi PGSD Jepang ini disambut gegap gempita, dengan kibaran bendera Indonesia merah putih dan bendera Jepang Hinomaru. Seluruh peserta didik mulai lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 melambai-lambaikan tangan menyapa gadis Nippon tersebut.

Akari Sensei begitu terpana saat mendapat sambutan yang luar biasa. Ia pun menyambut sapaan dengan melambaikan tangannya kepada para peserta didik.

Setelah Akari Sensei duduk di kursi undangan, disuguhi pergelaran sendratari Mahabarata episode Baratayudha “Bisma Gugur”. Karya pergelaran bertajuk “Sirnanya Angkara Murka” itu dimulai dari seorang peserta didik yang mendalang dengan memainkan dua gunungan wayang kulit. Diiringi tembang macapat pangkur sebagai pembukaan.

Memasuki sendratari tersebut, tergelarlah adegan Perang Baratayudha antara bala tentara Kurawa melawan bala tentara Pandhawa. Resi Bisma menjadi senapati (panglima perang) pasukan Kurawa, dan Dewi Srikandhi menjadi senapati pasukan Pandhawa. Akhirnya, Resi Bisma gugur (tewas) di ujung panah Dewi Sikandhi.

Pergelaran diakhiri oleh peserta didik yang menjadi dalang, memainkan adegan perang tokoh wayang Resi Bisma dan tokoh wayang Dewi Sikandhi. Resi Bisma pun gugur, digambarkan dengan tubuhnya melayang-layang. Adapun tokoh wayang Dewi Srikandhi yang menang (unggul) dalam perang tanding tersebut, digambarkan keluar dari balik gunungan. Dalang pun menutup dengan pesan moral semboyan “Suradira Jayaningrat Lebur dening Pangastuti”, yang artinya “keangkaramurkaan akan kalah melawan kebaikan”.

Akari Sensei tampak sangat menikmati tontonan tersebut. Menurutnya, tampilan sendratari para peserta didik tersebut luar biasa. Pendek kata, ia sangat mengapresiasi pertunjukan yang diperagakan oleh para peserta didik tersebut.

Sendratari berakhir, dengan dikawal para guru, Akari Sensei menuju ruang Aula Pandan Wangi SMP PGRI 1 Buduran untuk mengenalkan berbagai permainan dan busana, serta ragam budaya Jepang.

Pada kesempatan tersebut, Higa Akari Sensei juga diajak untuk belajar dan berlatih menabuh gamelan karawitan bersama para peserta didik. Dengan dipandu oleh guru karawitan, akhirnya Akari Sensei lancar untuk memainkan instrumen tradisional Jawa tersebut. Tampak, wajahnya berseri-seri, dengan sesekali tersenyum bahagia.

Sebelum meninggalkan SMP PGRI 1 Buduran, Higa Akari Sensei beramah tamah dengan pimpinan dan staf sekolah. Dijamu kuliner khas Indonesia, khususnya Jawa Timur, lehih khusus lagi adalah daerah Kabupaten Sidoarjo. Di antaranya: sayur asem, brengkes udang, tahu bacem, sate klopo, peyek kacang, dan minuman es dawet.

Guru Bahasa Jepang SMP PGRI 1 Buduran, Dedy Aristyanto, S.S. mengatakan, Higa Akari Sensei sangat terkesan dengan kunjungannya di SMP PGRI 1 Buduran.

“Beliau sangat senang dengan keramahan warga sekolah. Sangat kagum dengan penampilan sendratari yang ditampilkan oleh peserta didik. Juga, sangat suka dengan makanan yang disajikan,” katanya.
▪︎(Koesmoko, Humas SMP PGRI 1 Buduran)