“Proyek Abadi” Jalan Pantura PUPR Digelontor Rp 1,3 Triliun

259 dibaca

▪︎JAKARTA-POSMONEWS.COM,-
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menggelontorkan uang mencapai triliunan untuk memperbaiki jalan ruas maupun kondisi tidak baik. Salah satunya yang menelan anggaran paling besar adalah jalur Pantai Utara (Pantura) yang selalu diperbaiki tiap tahunnya. Maka tidak salah kalau proyek Pantura disebut ‘proyek abadi’.

“Tahun 2023 kami sampaikan Rp 1,3 triliun. Jadi, alokasi kami sejauh ini optimasinya berada di angka sekitar Rp 1,1 triliun-Rp1,3 triliun,” ungkap Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Hedy Rahadian dalam rapat dengan Komisi V DPR, beberapa waktu lalu.

Dana tersebut pun akan dialokasikan berdasarkan tingkat kerusakan yang ada di masing-masing provinsi tempat jalan tersebut melintas. Jawa Tengah mendapatkan alokasi terbesar dengan nilai mencapai Rp 543 miliar, lalu Jawa Timur di posisi kedua dengan Rp 348 miliar, Jawa Barat mendapat 302 miliar dan Banten dialokasikan Rp 137 miliar.

“Jawa Tengah yang agak drop kemudian kita tingkatkan (anggaran) jadi Rp 543 miliar di tahun ini. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, ini alokasi tertinggi di 6 tahun terakhir,” sebut Hedy.

Jalur Pantura terbentang dari Merak hingga Banyuwangi dengan panjang keseluruhan 1.716 kilometer (km). Sudah menjadi rahasia umum jika setiap tahun jalur Pantura selalu diperbaiki khususnya jelang Lebaran.

Ternyata, anggaran pemerintah untuk proyek ini pun tidak sedikit.
“Dalam enam tahun terakhir kami laporkan anggaran kita di Pantura itu sekitar Rp 6,5 triliun,” ujar Hedy.

Secara keseluruhan, panjang jalan nasional lintas utara atau biasa disebut jalan Pantura dari wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sepanjang 1.219,43 km dengan kemantapan 96,15%.

Artinya masih sekitar 4 persen atau 60-70 km dalam kondisi kurang mantap. Penyebab penurunan kemantapan jalan khususnya di Pantura wilayah Jawa Tengah dari 97,45% (2020) menjadi 89,36% (2023).

“Permasalahan Pantura secara umum adalah daerah yang suka terkena banjir, seperti di Jawa Tengah di wilayah utara Kudus dan Pati. Jalan ini kan sangat sensitif dengan kondisi basah. Tetapi untuk tahun 2023 Pantura Wilayah Jawa Tengah sudah dianggarkan Rp 543 miliar atau terbesar sejak 6 tahun terakhir untuk perbaikan-perbaikan,” papar Hedy.

Selain genangan banjir di lokasi jalan Pantura, fenomena lain juga perlu menjadi perhatian adalah meningkatnya jumlah kendaraan berat yang melintasi Jalan Pantura dibanding yang melintasi jalan Tol Trans Jawa.

Berdasarkan data kondisi lapangan, lebih dari 80% kendaraan masih memilih jalan nasional sebagai jalur untuk melintasi Pantura, sehingga distribusi kendaraan belum merata dan beban terbesar masih pada jalan nasional.

“Terdapat kenaikan jumlah kendaraan berat di jalan nasional yang menyebabkan umur rencana pada perkerasan jalan tidak tercapai. Pada tahun 2022 komposisi kendaraan berat di jalan nasional mencapai 31,16% dan terdapat kenaikan dibanding 2021 yang sebesar 24,13%,” tegas Hedy.

Di sisi lain, Hedy menambahkan, demi mengoptimalkan penganggaran preservasi jalan nasional, pihaknya akan menggunakan program IRMS V3 sebagai alat untuk menghitung kebutuhan anggaran dalam satu tahun.

“Secara teknis, proses bisnis pemrograman dan penganggaran preservasi yaitu running Integrated Road Management System (IRMS) menggunakan survei kondisi jalan semester 2 tahun sebelumnya,” jelas Hedy.

“Data tersebut diinput dalam Sistem Masukan Data (SMD) dan selanjutnya dilakukan penajaman dengan balai di Ditjen Bina Marga untuk menyesuaikan rekomendasi penanganan hasil running IRMS dengan kondisi lapangan,” pungkasnya.▪︎[FEND]