Korban Meninggal Gempa Cianjur Menjadi 271 Orang

623 dibaca

▪︎Kepala BMKG: Jangan Percaya Kabar, Berita, dan informasi Tak Jelas

▪︎CIANJUR-POSMONEWS.COM,-
Tragedi gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11) lalu, meninggalkan kepedihan cukup mendalam. Tidak hanya harta benda, ratusan nyawa pun ikut menjadi korbannya.

Sementara itu akibat bencana tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia imbas gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, bertambah menjadi 271 orang.

“Jadi 271 ini sudah terkonfirmasi lewat Puskesmas dan RS di Kabupaten Cianjur,” kata Kepala BNPB, Suharyanto, di Posko Tanggap Darurat, Kantor Bupati Cianjur, Rabu (23/11).

Suharyanto menyebut sampai sore ini terdapat 40 orang masih dalam pencarian. Menurutnya, tim SAR gabungan pada hari ini berhasil menemukan tiga jenazah.

“Yang hilang 40 orang, 39 di Cugenang, satu di Warung Kondang. Kami akan telusuri apakah yang sudah dimakamkan oleh keluarga ini ada tambahan atau tidak,” ujarnya.

Sedangkan sebanyak 2.043 orang mengalami luka-luka dan sekitar 61 ribu orang lainnya mengungsi.

Dari data yang dihimpun, sekitar
12 kecamatan terdampak gempa; Kecamatan Cianjur, Karang Tengah, Warung Kondang, Gekbrong, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojong Picung, Cikalong Kulon, Sukaluyu, dan Kecamatan Pacet.

Bupati Cianjur, Herman Suherman, telah menetapkan masa tanggap darurat bencana alam gempa bumi selama 30 hari sejak Senin 21 November 2022. Tim SAR gabungan fokus melakukan pencarian korban yang masih hilang.

Dikutip dari Instagram@infoBMKG tertanggal 23 November 2022 bahwa Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas gempa susulan di Kabupaten Cianjur akan semakin melandai dalam waktu empat hari kedepan sejak 22 November 2022 lalu.

Hingga tanggal 23 November 2022 pukul 08.00 WIB, jumlah gempa susulan tercatat BMKG sebanyak 162 gempa dengan magnitudo terbesar 4.2 dan terkecil pada magnitudo 1.2.

Seperti diketahui, gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB. Gempa itu dirasakan di sejumlah provinsi di Jawa Barat, Banten, juga DKI Jakarta.

“Gempa-gempa susulan itu sebagian besar tidak dirasakan, dan yang bisa mencatat adalah alat, dan ada beberapa yang dapat dirasakan. InsyaAllah, dalam kurun waku empat hari kedepan, gempa-gempa susulan tersebut sudah reda dan stabil,” ungkap Dwikorita di Cianjur, Rabu (23/11).

Dwikorita mengatakan, memasuki puncak musim penghujan, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana alam ikutan seperti longsor dan banjir bandang yang membawa material-material reruntuhan lereng akibat gempa M5.6.

“Saat ini curah hujan sedang meningkat menuju puncaknya di bulan Desember hingga Januari nanti, jadi harus diwaspadai kemungkinan terjadinya bencana ikutan usai gempa kemarin. Material lereng yang runtuh seperti tanah, batu, pohon, kerikil, dan lainnya harus dibersihkan agar tidak terbawa air dan menjadi banjir bandang. Hal ini pernah terjadi saat gempa Palu dan Pasaman Barat,” ujarnya.

Dwikorita juga mengimbau saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan semestinya menggunakan struktur bangunan tahan gempa.

Menurutnya, banyaknya korban meninggal dan signifikannya kerusakan yang terjadi pada saat gempa tektonik bermagnitudo 5,6 selain akibat gempa dangkal juga akibat struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa.

“Mayoritas bangunan yang terdampak karena dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa yang menggunakan besi tulangan dengan semen standar. Akibatnya, bangunan tersebut tidak mampu menahan guncangan gempa,” paparnya.

“Perlu dipahami, bahwa banyaknya korban jiwa dan luka-luka dalam gempabumi Cianjur bukan diakibatkan guncangan gempabumi, melainkan karena tertimpa bangunan yang tidak sesuai dengan struktur tahan gempabumi,” tambah dia.

Khusus untuk pemukiman warga di daerah lereng-lereng dan perbukitan, kata Dwiokorita, maka opsi relokasi harus dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

Berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG, gempa di Cianjur merupakan gempa berulang setiap 20 tahunan dan kemungkinan dapat terjadi kembali.

Sementara, topografi di wilayah lereng dan perbukitan tersebut tidak stabil dengan kondisintanah rapuh atau lunak dan sering jenuh air akibat curah hujan cukup tinggi.

Lebih lanjut, Dwikorita menyampaikan bahwa saat ini BMKG tengah melakukan survei untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang aman terhadap guncangan gempa. BMKG juga akan memadukan data yang dimiliki dengan PVMBG terkait wilayah rawan gempa dan rawan longsor guna mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi usai gempabumi.

“Kepada masyarakat di pengungsian maupun di rumah, kami mengimbau untuk tetap tenang. Jangan percaya dengan kabar, berita, maupun informasi yang tidak jelas asal muasalnya, justru menambah kecemasan. Pastikan informasi resmi hanya dari BMKG melalui kanal-kanal komunikasi resmi. InsyaAllah, kondisi di Cianjur saat ini semakin stabil,” pungkasnya.▪︎[ZA/AHM]