Biar pun Nggak Makan Asal Sekolah

225 dibaca

▪︎Oleh: Ariyanto

SUASANA Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terbata-bata menahan haru ketika menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang mensupport dalam perjalanan kariernya. Khususnya ketika menyebut almarhumah Ibunda Sri Banon dan almarhum Ayahanda Mohammad Bakar, suami dan anak-anak, serta keluarga besar kakak dan adik-adik.

“Terima kasih atas restu, bimbingan, arahan, tantangan, kritik konstruktif dan semua yang memberikan semangat dan kekuatan pada diri saya dalam meniti karier birokrasi dan politik, dan dalam berusaha bekerja dengan baik, hingga terpenuhinya cita-cita saya saat ini, di kampus Universitas Brawijaya. Terima kasih untuk semua,” Menteri Siti terisak saat pidato Pengukuhan Profesor Kehormatan dalam Bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Alam pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, 25 Juni 2022.

Orang tua Menteri Siti pernah berpesan agar mengutamakan pendidikan. Biar pun nggak makan asal sekolah. Makan itu nomor dua. Jadi, kalau punya duit untuk dua kebutuhan, pendidikan atau makan, uangnya akan dipakai untuk pendidikan. Makan urusan nanti.

“Makanya rata-rata pada sakit maag, termasuk saya. Baya (panggilan Siti Nurbaya) itu juga sudah kena maag. Pas SMA. Makanya sekarang nggak boleh telat makan,” kata Tunggal Slamet, Kakak Menteri Siti, yang hadir di acara pengukuhan Profesor Kehormatan bersama adik-adiknya.

Mengapa orang tua Menteri Siti sangat menekankan pendidikan? Pendidikan orang tuanya tidak tinggi. Itu sebabnya, jangan sampai anaknya seperti orang tuanya. Bapaknya sampai STM, sedangkan ibunya SMA.

Sebagai Kakak tertua dan dianggap orang tua oleh adik-adiknya, Tunggal Slamet menjalankan pesan orang tua dengan sebaik-baiknya. Dari situlah Tunggal dan adik-adiknya makan seadanya, yang penting bisa sekolah. Untungnya adik-adiknya banyak dapat beasiswa. Siti Nurbaya juga dapat beasiswa saat S-1 di IPB dan S-2 ke Belanda.

Menteri Siti senang belajar sejak kecil. Buku kuliah kakaknya seringkali hilang. “Ternyata yang mengambil Baya. Dia memang suka ngambilin buku-buku saya kuliah, terutama kimia. Padahal saat itu Baya masih SMA. Bahkan, Baya juga suka nanya pelajaran ke teman-teman saya kuliah. Saya dulu kuliah di Fakultas Teknik UKI Jakarta,” cerita Kakaknya.

Kini, Menteri Siti sudah menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi dan bahkan telah dikukuhkan sebagai Profesor Kehormatan. Namun, mantan Sekjen Depdagri dan Sekjen DPD RI itu tetap rendah hati. Peraih tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana dan penghargaan Bintang Jasa Utama itu lebih banyak mendengar dan merasa ilmu manusia itu terbatas.

“Segala kemuliaan, keagungan, kemahaluasan ilmu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, karenanya senantiasa kita mengagungkan Asma-Nya dan bersyukur atas segala curahan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya,” kata Menteri Siti sebelum menyampaikan pidato pengukuhan profesor dengan judul “Indonesia’s FOLU Net Sink 2030: Inovasi dan Tata Kelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan”.

Pidato Pengukuhan Profesor Kehormatan ini dihadiri jajarannya di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawan-kawannya di Depdagri, pimpinan MPR/DPR/DPD RI, koleganya di kabinet, keluarga, dan para sahabatnya. (*)