Kejam pada Penguasa dan Pengusaha Kaya Raya

623 dibaca

▪︎Melihat Sepak Terjang Sunan Kalijaga Walisongo Trengginas

▪︎POSMONEWS.COM,-
RADEN MAS SAID atau dikenal dengan Sunan Kalijaga,
merupakan putra Arya Wilatikta, Adipati Tuban keturunan tokoh pemberontak Kerajaan Majapahit, Ronggolawe.

Beliau dilahirkan di Tuban, Jawa Timur, 1450 M. wafat di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, 1580 M.

Dalam perjalanan spiritualnya, beliau dikenal kejam pada penguasa dan pengusaha kaya. Suka merampok untuk dibagikan kepada masyarakat miskin. Setelah mendapat pencerahan dari Sunan Bonang, ia menjadi penganut agama dan andhap asor.

Dalam dakwahnya, pola yang digunakan sama dengan gurunya, Sunan Bonang. Kesenian dan kebudayaan wayang gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beliau berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, maka masyarakat akan patuh mengikuti ajarannya.

Beberapa lagu suluk ciptaannya jadi populer. Ia menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud. Metode dakwah sangat efektif. Sebagian adipati di tanah Jawa memeluk Islam.

Diantaranya Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Ketika wafat, Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara).

AJARAN dan KAROMAH

AJARAN

1. Marsudi Ajining Sarira:

Menghargai diri sendiri dan orang lain.

2. Manembah:

Artinya, mengajak bertaqwa kepada Allah SWT. Menyembah juga berarti mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.

3. Mangabdi:

Berarti berbakti kepada agama, negara dan kedua orang tua kita.

4. Maguru:

Berarti ajaran ini mengajak kepada kita untuk belajar mencari ilmu.

5. Martapa:

Memiliki laku prihatin, hidup sederhana dan tidak berlebihan.

Ajaran Sunan Kalijaga

Suluk Linglung karya sastra Sunan Kalijaga yang sampai saat ini masih jarang ditemukan diliteratur Jawa. Dalam kehidupan tasawuf, seorang yang ingin menyempurnakan dirinya harus melalui beberapa tahapan spiritualitas. Tahap paling dasar, syari’at, melatih mencapai kedisiplinan dan kesegaran jasmani.

KAROMAH

Suaranya menggetarkan hati. Ketika beliau diusir dari Kadipaten Tuban, karena melakukan perampokan para pejabat dan pengusaha. Dalam pengasingannya, ia sering membaca Alquran dan suaranya mampu menggetarkan rasa rindu sang ibu. Bahkan suaranya mampu menembus dinding istana kadipaten. Rindu sang ibu pun terobati, meski orangnya tidak menampakkan diri. Hal itu dikarenakan ia masih banyak tugas menemukan adiknya. Akhirnya, ia kembali ke istana bersama adiknya, Dewi Rasawulan.

PENINGGALAN (ARTEFAK):

1. Kolam:

Tempat wudhu dibangun ketika Masjid Agung Demak berdiri. Kolam itu luasnya ± 75 m² kedalam air 3 m.

2. Surya Majapahit:

Di Masjid Agung Demak dibuat tahun 1401 Saka/ 1479 M. Lambang ini mengambil bentuk matahari bersudut delapan, para ahli purbakala menduga ini lambang Kerajaan Majapahit.

3. Gentong Kong:

Merupakan gentong peninggalan dari Dinasti Ming abad ke XIV hadiah Putri Campa.

4. Pintu Penangkal Petir:

Merupakan ciptaan Ki Ageng Selo. Merupakan prasasti “Condro Sengkolo” berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

5. Prasasti “Condro Sengkolo”:

Prasasti berbentuk bulus ini memiliki arti “Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, tahun 1401 Saka atau 1479 M, pemberian Raden Fatah.

REKONSTRUKSI SECARA FISIK

1. Kayu Tatal:

Tiang utama penyangga kerangka atap masjid bersusun tiga terbuat dari tatal kayu jati (potongan kayu kecil-kecil). Berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, barat daya karya Sunan Gunungjati, bagian tenggara buatan Sunan Ampel, timur laut karya Sunan Kalijaga.

Kayu ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m atap tengah ditopang 4 tiang kayu raksasa (saka guru) buatan empat wali.

2. Penangkal Petir:

Pintu ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo. Merupakan prasasti “Condro Sengkolo” berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

3. Topeng:

Saat merampok, Sunan Kalijaga mempergunakan topeng terbuat dari kayu, atau sarung sebagai penutup wajah ketika membagi-bagikan hasil rampokannya kepada rakyat.

4. Keris Kyai Carubuk:

Sunan Kalijaga menyuruh Mpu Supa Mandrangi membikinkan keris. Melihat bentuknya, Sunan Kalijaga kaget. Semula ia meminta dibuatkan keris untuk menyembelih kambing, hasilnya keris ini mampu mengalahkan keris kyai setan kober milik Arya Penangsang.

5. Bedug:

Sunan Kalijaga pertama kali mempunyai ide menciptakan bedug di masjid, ia menyuruh muridnya bernama Sunan Bajat membuat bedug di Masjid Semarang guna memanggil rakyat mengerjakan sholat jamaah. Akhirnya masjid para Walisongo yang asalnya menggunakan kentongan berganti dengan bedug.**(tim posmo)