Mumi Janin Abad 19 Ungkap Prosedur Aborsi Zaman Kuno

199 dibaca

Sebuah mumi janin yang ditemukan di Itala mengungkap prosedur aborsi eskstrem yang dulu jamak dilakukan selama periode abad pertengahan.

Mumi janin ini ditemukan setelah gempa berkekuatan 6,3 SR yang menghancurkan terjadi di L’Aquila di Italia tengah pada 6 April 2009.

Gempa tersebut mengakibatkan lebih dari 300 orang tewas dan merusak banyak bangunan di daerah terdekat L’Aquila, termasuk gereja St. John the Evangelist di desa Casentino.

Sebagian lantai gereja itu runtuh sehingga terkuaklah ruang bawah tanah yang menyimpan mumi tubuh manusia, termasuk janin yang diperkirakan para peneliti berasal dari tahun 1840.

Dilansir dari laman Nationalgeographic.co.id menyebutkan ketika para peneliti memeriksa mumi janin itu menggunakan radiografi, mereka melihat kerangka janin yang tidak sepenuhnya terhubung atau terartikulasikan. Itu berarti bahwa beberapa tulang janin itu tidak berada pada posisi yang sama persis seperti ketika janin masih hidup.

Para peneliti tidak dapat menentukan jenis kelamin janin itu, karena mereka tidak dapat menentukan morfologi tulang panggul dan rahangnya, yang biasanya digunakan para ilmuwan untuk mengidentifikasi karakteristik seksual kerangka. Para peneliti memperkirakan janin berada pada 29 minggu perkembangan di dalam rahim ibunya ketika akhirnya mati.

Beberapa bagian mumi itu menunjukkan bahwa sebuah operasi pembedahan telah terjadi. Tengkorak janin telah dibedah di beberapa tempat dan terputus dari tulang belakang, sementara lengannya telah dipisahkan dari bagian tubuh lainnya pada bagian persendian.

Semua karakteristik ini “sangat menyarankan kasus embriotomi,” yang merupakan prosedur yang terjadi sebelum mengeluarkan janin dari rahim, kata penulis studi Ruggero D’Anastasio dari University Museum at University of Chieti, Italia, seperti dilansir Live Science.

Kemungkinan kasus embriotomi ini “adalah satu-satunya bukti antropologis dari praktik bedah ini hingga sekarang di wilayah geografis ini,” tambahnya.

Embriotomi adalah praktik umum di zaman kuno, kata D’Anastasio. Prosedur ini dipraktikkan di Alexandria dan kemudian di Roma selama abad pertama dan kedua, tulis para peneliti dalam laporan studi atas mumi janin tersebut.

Dokter biasanya melakukan prosedur ini ketika nyawa seorang ibu terancam oleh komplikasi persalinan atau ketika janin sudah dianggap mati di dalam kandungan.

“Beberapa penulis melaporkan bahwa embriotomi adalah metode aborsi yang paling ekstrem selama periode abad pertengahan,” tulis para peneliti dalam laporan studi yang telah diterbitkan di International Journal of Osteoarcheology tersebut.

Praktik embriotomi tertulis dalam catatan yang berasal dari era Kekaisaran Romawi pada abad pertama Masehi. Namun bukti-bukti praktik tersebut telah ditemukan di Dorset, Inggris, pada abad ke-4 Masehi dan dari Kekaisaran Aztek antara abad 14 dan 16 Masehi. Praktik tersebut diyakini dapat menyelamatkan sang ibu ketimbang bayinya.

Praktik ini digunakan secara luas di banyak negara untuk membantu mengeluarkan janin mati dari rahim wanita dengan lebih mudah hingga akhir abad ke-19. Namun ketika kemajuan ilmu ginekologi membaik, operasi caesar kemudian menggantikan praktik ini.

Para peneliti dalam studi ini juga menulis bahwa mereka terkejut saat tahu dulu ada dokter dengan tingkat keterampilan tinggi yang bekerja di desa Chieti. Wilayah ini merupakan “desa yang sangat kecil dan pinggiran,” tulis mereka.

Tim peneliti juga mengatakan bahwa mumi janin itu telah dipersiapkan dengan sangat hati-hati untuk disemayamkan.

“Rekomposisi tubuh yang terpotong dan balutannya yang sempurna menunjukkan rasa kasihan yang tinggi atas kematian tersebut dan untuk anak yang tidak pernah lahir itu,” tulis mereka.
**(anis)