Sesaji Hormati Arwah para Leluhur

267 dibaca

* Makanan dan Minuman Kesukaan Jin dan Makhluk Halus (1)

Mengapa Kejawen Sejati selalu memberikan sajen? Hal ini dikarenakan oleh tata krama sopan santun kepada pihak lain (alam, mahluk halus, sesepuh, orang lain, dsb) yang harus dicerminkan oleh seorang Kejawen.

Analoginya, dengan kita menyembah Gusti, tidak berarti kita tidak menyuguhkan kenalan atau tetangga kita yang berkunjung ke rumah kita. Dalam kehidupan ini, agama mana yang tidak mempercayai alam gaib, atau kehidupan lain di bumi ini?

Dalam Kedjawen, kepercayaan itu dituangkan pula dalam pola sopan santun kepada mahluk halus yang termasuk dalam kategori pihak lain (alam, mahluk halus, sesepuh, orang lain, dsb) yang ada di sekitar kita.

Atau sebaliknya, jika kita menyuguhkan sajian kepada tamu kita yang datang ke rumah kita, apakah artinya kita menyembah tamu kita tersebut? Jawabnya tentu tidak bukan?

Mengapa malam Jumat? Seorang Kejawen mempercayai bahwa malam Jum’at adalah malam dimana para sesepuh (baik itu mahluk halus maupun orang tua/saudara/kerabat yang sudah tidak ada) mengunjungi anak wayahnya.

Apa yang disuguhkan? Untuk menghormati para sesepuh, kita sebaiknya menyuguhkan hidangan seperti layaknya menyuguhkan tamu kita, minuman teh atau kopi (tidak menutup kemungkinan jika kita juga ingin menyediakan rokok, bunga melati sebagai wangi-wangian, dsb) sebagai simbol penghormatan kita kepada para sesepuh atau tamu kita. Jadi, hal ini merupakan bentuk sopan santun kita kepada para sesepuh, maupun mahluk halus yang kita rasa sering berkunjung ke rumah kita.

Mengapa disebut sesepuh? Karena mereka umumnya mempunyai umur yang jauh di atas kita. Sehingga mereka layak disebut sesepuh. Begitu juga kakek buyut kita atau orang tua kita yang sudah meninggal. Dimana mereka selalu menengok anak-cucunya pada malam Jumat.

Jadi kita tidak menyembah sesepuh kita melebihi Gusti? Absolut tidak, kalau dibalik dengan pertanyaan, apakah anda menyuguhkan kenalan anda waktu mereka bertamu ke rumah anda, berarti anda menyembah tamu anda?

Mengapa waktu memberikan sesajen, bersikap seolah menyembah? Ini memang ada kesalahan gesture antara menyembah Gusti dengan memberi hormat kepada sesepuh. Sebenarnya dalam Kejawen menjembah Gusti, tangan diletakan di atas kepala atau bersentuhan dengan dahi. Yang memiliki makna, posisi Gusti adalah absolut di atas segala-galanya.

Sedangkan untuk memberi salam hormat kepada sesepuh tangan/jempol menyentuh dagu, yang memiliki makna bahwa seorang Kejawen tidak boleh berbuat sembrono/sembarangan (baik prilaku maupun bertutur kata), kepada orang atau mahluk yang lebih sepuh.

Sementara memberi salam hormat kepada sesama adalah dengan tangan/jempol menyentuh dada, yang memiliki makna, bahwa seorang Kejawen menghormati sesamanya dengan hati yang tulus dan ikhlas.

Jadi jelas bahwa Seorang Kejawen harus menjaga keseimbangan sopan santun dengan pihak lain (alam, mahluk halus, sesepuh, orang lain, dsb).
**(psm/berbagai sumber)