Gus Baha: Angka COVID-19 bisa Dihitung, Nikmat Allah tak Terhitung

554 dibaca

Ulama ahli Qur’an dan Tafsir sekaligus Syuriah PBNU, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), dalam acara Sholawat Nariyah dan Doa Untuk Kesemalatan Bangsa dari Wabah  pada 8 Juli 2021 menjelaskan mengenai belajar menerima ujian dari Allah dan cara bersyukur di tengah pandemi COVID-19.

Berikut penjelasan Gus Baha:
Ini penting saya utarakan berkali-kali. Karena sekali kita tidak membayangkan itu, kita menganggap ini sudah kayak selesai. Padahal bumi yang kita tempati ini mengandung air yang setiap saat bisa dihilangkan Allah.
Sehingga kenapa surat Al Mulk ini spesial, karena di situ Allah mengingatkan kita:

ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ

Kamu kok merasa aman di bumi, bumi ini setiap saat likuifaksi. Langit yang ada di atas kamu ya potensi menjatuhkan meteor dan apa saja yang bahaya, termasuk angin-angin.

اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ

Air yang kita pakai setiap saat bisa dihilangkan oleh Allah. Bumi ini menyerap air, dan air ini di bumi. Kalau sistem bumi ini digeser sedemikian rupa oleh Allah, langsung air itu hilang. Kita tidak bisa apa-apa.

Sehingga oleh guru-guru kita, فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍ “maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?” kita disuruh menjawab “hanya Allah yang bisa mendatangkan itu semua.

Saya mohon kepada semua warga, terima kasih kepada semua yang menangani covid, baik pemerintah, relawan, maupun masyarakat siapa saja termasuk yang mendoakan dan men-support.
Bahwa kita sebagai manusia memang harus ingat, kalau kata para ahli tasawuf, menjadikan kita paling tidak bisa menghilangkan tatabbu’.

Nyawa kita yang hanya satu ini yang dulu mungkin lupa seakan-akan bisa makan, bisa punya uang, seakan-akan tidak bisa diganggu, ternyata bisa kalah dengan yang namanya pandemi.

Semoga kita bisa kembali ke fitrah, bahwa kita ini masih dhoif atau lemah. Tapi, di balik kita yang lemah ini jangan juga merasa seakan-akan tidak ada nikmat.
Itu juga keliru karena kemudian kita tidak mensifati Allah sebagai rahman-rahim, sebagai pemberi nikmat yang tidak terhingga yang selalu nikmatnya tidak bisa dihitung.

Kita bisa menghitung penyakit yang namanya Covid-19, tapi kalau menghitung nikmatnya Allah mulai dari bernafas, punya istri, punya anak, keluarga punya nikmat sistem sosial yang baik, kita menghitung itu saja tidak bisa.

Artinya, kita harus tetap menjaga syukur. Menghitung ujian masih bisa terhitung, tapi kalau menghitung nikmat tidak akan bisa terhitung!

Sehingga saya berharap dari barokahnya berpikir positif ini, Allah akan membuka jalan untuk semuanya, kita akan lebih baik, lebih kuat, dan bermartabat dan manfaat. Saya mohon semuanya tidak panik.

Nyuwun sewu, seandainya kita lepas kendali, kita malah tambah syukur, tambah tadhorru’, tambah doa. Sehingga kita berharap Allah membuka musibah-musibah yang kita alami. Sebagaimana Rasulullah setiap ada musibah, di antaranya Nabi berkata, “Ini lebih ringan”.

Tanyakan pakar-pakar, bahwa kalau meteor dan benda langit jatuh kita semua selesai. Tanyakan kepada ahli geologi, bahwa bumi kita ini ada magma sekali hancur selesai. Semua itu tidak terjadi karena rahmat Allah.

Sehingga yang diingatkan Allah sistem alam ini hebat karena rahmat Allah. Saya berharap jaga syukur, jaga iman, jaga rasa empati, rasa sosial, sehingga kita akan mendapatkan rahmatnya Allah.

Karena di antara pesan Nabi, “Arrahimun yarhamuhumurrahman irhamu man fil ardli yarhamkum man fissama’”. Sehingga barokahnya kita punya empati, punya sayang insyallah kita dirahmati Allah subhanahu wata’ala.**(iqra)