Sejarah Ajian Pengasihan Sodo Lanang 

784 dibaca

“Pusaka sodo lanang”

AJIAN SODO LANANG kata itu tidak asing bagi masyarakat Jawa, khususnya yang menggemari cerita pewayangan, siapa yang tak kenal dengan Bagawan Hanoman. Sosok yang juga dikenal sebagai Anjani Putera dan masih kadhang (keluarga-red) Batara Bayu adalah benar-benar sosok pilihan.

Kepiawaiannya dalam olah keprajuritan pun telah dibuktikan pada saat diri dan pasukan wanara yang dipimpinnya melabrak negerti Alengkadiraja.

Pada saat itu, balantentara Rahwana yang dikabarkan mampu mengobrak-abrik kahyangan dibuat tak berdaya oleh tokoh yang satu ini. Bahkan berbagai bangunan yang megah dan pertamanan yang indah pun mampu dibuat menjadi karang abang (bumi hangus-red).

Resi atau Bagawan Hanoman yang pada akhirnya dikenal dengan Resi Mayangkara, akan terus hidup sepanjang masa, bahkan siap membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongannya.

Hal ini dibuktikan. Kala itu, Bekel (salah satu jenjang kepangkatan di Keraton-red) Yudho merasa gundah gulana. Betapa tidak, cintanya yang demikian tulus ditolak mentah-mentah oleh Sulastri yang merupakan kembang desa di mana ia tinggal.

Berbekal dengan tekad yang pantang menyerah, Bekel Yudho langsung berangkat ke Gunung Lawu, gunung yang diyakini banyak orang sebagai salah satu pusat spiritual tanah Jawa. Bahkan terkenal keramat gunung ini sama dengan gunung Mahameru yang ada dalam cerita wayang.

Di Telaga Wali, salah satu tempat keramat di gunung itu, ia melakukan tapa kungkum (berendam-red). Tekadnya hanya satu, mukti (mendapatkan kebahagiaan-red) atau pati (mati-red). Pada hari ke 21, antara sadar dan tidak ia merasa didatangi oleh sesosok bayangan yang menyilaukan.

Dengan suara yang penuh wibawa, sosok itu berkata, “Jebeng (anakku-red), kamu jangan takut. Aku adalah Bagawan Hanoman. Untuk mendapatkan wanita yang kaucintai, engkau kuhadiahi Aji Pengasihan Sodo Lanang. Tetapi ingat, ajian ini jangan untuk main-main. Karena engkau akan kuwalat.”

Usai mendengar kata-kata itu, ajaib, tanpa mendengar lanjutan kata-kata dari sang Bagawan, tetapi di benak Bekel Yudho telah terekam serangkaian kalimat dari ajian yang dimaksud. Aneh memang, tetapi begitulah kenyataan yang dialami oleh sang Bekel.

Keanehan terus saja terjadi. Sekembalinya dari Gunung Lawu, di rumahnya, ia melihat kedua orang tuanya sedang sibuk menerima kedatangan keluarga kekasihnya. Ia hanya tahu, mereka tengah menghitung hari dan bulan baik untuk melangsungkan pernikahan dirinya dengan Sulastri.

Bekel Yudho hanya tergugu, tak mempu mengucapkan kata barang sepatah pun. Akhirnya, pernikahan keduanya berlangsung dengan meriah. Seiring dengan berjalannya waktu, pasangan yang berbahagia ini dikaruniai tiga orang anak yang kesemuanya lelaki.

Mantra Aji Pengasihan Sodo Lanang adalah sebagai berikut:

Sun amatek ajiku sodo lanang,
Saka pertapan kendalisada,
Dak sabetake segara asat,
Dak sabetake bumi bengkah,
Dak sabetake watu pecah,
Dak sabetake atine si jabang bayi … (sebut nama orang yang dituju),
Takluk, edan mikir aku,
Yen ora tak tambani ora mari,
Banget asih, tresna saka kersaning Allah.

Adapun syaratnya melakukan adalah:

Lakukan mandi keramas dengan bunga tujuh macam.
Puasa mutih selama 7 hari 7 malam.Selama menjalankan puasa, tiap tengah malam, sambil membakar kemenyan baca mantera di atas sebanyak 13 kali seraya membayangkan wajah yang dimaksudkan.

Aji Pengasihan ini, hanyalah sebagai penambah wawasan bagi para pembaca yang gemar menekuni berbagai ajian-ajian kuno yang kini sudah terbilang langka. Sebab yang perlu selalu diingat adalah, keberhasilan seseorang di dalam menjalankan suatu ilmu ataupun mendapatkan dambaan hatinya hanyalah tergantung kepada Allah semata. Selaku manusia biasa, kita hanya wajib berusaha.**(zub/berbagai sumber)