Heboh Pocong di Alun-Alun Lamongan

231 dibaca

LAMONGAN-POSMONEWS.COM,-
Ini pocong bukan seperti kisah sinetron Jodoh Wasiat Bapak yang saban malam tayang di sebuah televisi nasional. Namun memang ini penampakan nyata pocong yang berada di pojok taman sebelah barat Alun-Alun Kota Lamongan sejak Rabu (7/7/2021) malam kemaren.

Penampakan pocong ini beriringan dengan meningkatnya pandemi covid 19 sehingga status zona oranye di kota soto ini menjadi zona merah.

Dilansir posmonews.com dari laman infocovid19.jatimprov.go.id, ada 20 wilayah di Jawa Timur masuk zona merah, dan salah satunya adalah Kabupaten Lamongan.

Data terkini hingga Rabu (7/7/2021) kemaren di Kab. Lamongan terkonfirmasi jumlah kasus Covid 19, adalah 3496 +47. Aktif : 209 -5, Sembuh : 3057 +48, dan Meninggal : 230 +4.

Upaya maksimal pun sudah dilakukan Tim Gugus Tugas, bersama Forkompimda yang langsung dikomando Bupati Lamongan, H. Yuhrohnur Efendi (Pak YES) yang juga Ketua Satgas Covid 19 Lamongan untuk menekan pandemi corona di wilayahnya.

PPKM Darurat dibarengi dengan vaksinasi massal di Kodim 0812/ Lamongan, adalah kegiatan yang patut diapresiasi.

“PPKM Darurat ini bukan untuk membatasi masyarakat tapi lebih pada kebaikan bersama, upaya penyelamatan masyarakat, yakni menurunkan angka kematian dan penyebaran COVID-19 agar tidak semakin meluas dan Insya Allah Lamongan kembali normal,” yakin Pak YES.

Adapun, munculnya penampakan pocong yang bisa disebut simbol warning agar warga tidak abai terhadap prokes, juga mematuhi PPKM Darurat hingga pada batas yang ditentukan pemerintah, yakni tanggal 20 Juli 2021.

Dari penelusuran posmonews.com terhadap penampakan pocong ini menjadi hal yang prokontra di sebagian warga.

Sebut saja Yadi, warga Lamongan yang merasa keberatan adanya baliho dan pocong di Alun-alun.

“Mestinya banner seperti ini gak perlu kak dipasang, karena menambah beban psykologis bagi warga, warga butuh semangat untuk hidup sehat, kalau melihat banner itu pikiran menjadi takut dan gelisah sehingga mudah sekali penyakit masuk akhirnya. Mohon maaf kak,” katanya.

Hal yang sama dikatakan Lely, yang menyebut pocong iyu sebagai hal yang justru kontraproduktif.

“Ketakutan itu bisa menjadi penyakit. Ketenangan menjadi obat.Masyarakat harus mentaati aturan.Ok, corona memang ada. Kalau sakit diobati, nggak usah ditakut,” itu menurut saya.

“Mohon hal kayak menampilkan pocong seperti iki dievaluasi ulang lah kesannya kurang bagus nambah panik ngapunten secara pribadi,” lanjutnya.

Suara yang pro pun banyak, seperti dikatakan Efendi, warga Demangan hal itu sebagai pesan moral. Bahwa takut bukan pada hal mistisnya tetapi bagaimana masyarakat sadar tentang bahaya kematian yang diakibatkan pandemi covid 19 ini.

Lain halnya dengan pendapat Mas Kaji, sebut saja demikian, menyebut ide pocong ini tidak bermaksud macam-macam, intinya untuk kebaikan.

“Dipasang ngono gak ngreken kok, lah opo maneh gak di pasang ojok lebay, po’o,” kata Mas Kaji yang mengkritisi yang tak sependapat itu. **(Danar SP)