Proyektil Tulang, Petunjuk Jatuhnya Kota Gat

126 dibaca

“Pemandangan Jeruslem oleh Sebastian Munster (1489-1552) dari edisi Cosmographia-nya. Munster, seorang teolog, matematikawan, dan kosmografer Swiss. Dia adalah salah satu ahli geografi terbesar di era sebelum kartografi modern, yang menerbitkan banyak peta dan pandangan.”

SEBUAH ujung anak panah yang terbuat dari tulang ditemukan di Tell es-Safi, Israel. Para arkeolog mengidentifikasi ujung anak panah ini sebagai peninggalan dari kota Gat, kota peradaban Filistin yang diyakini sebagai tempat asal Goliat sang raksasa.

Penemuan senjata dari tulang ini terbilang cukup unik, karena pada zaman itu sejatinya daerah Timur Tengah sudah mengenal senjata besi yang lebih efektif dalam pertempuran.

“Banyak peradaban yang menggunakan proyektil tulang, tetapi penggunaan tulang semakin ditinggalkan seiring berpindahnya peradaban ke zaman besi,” kata Aren Maeir, arkeolog Universitas Bar-Ilan yang memimpin ekskavasi, kepada surat kabar Israel Haaretz.

“Ujung anak panah pada masa ini biasanya terbuat dari besi atau perunggu. Senjata tulang seperti ujung anak panah ini memang masih ada, tetapi mereka tidak lazim ditemukan,” lanjutnya.

Seperti dilansir Nationalgeographic.co.id bahwa senjata dari tulang dapat terbilang lemah jika dibandingkan dengan batu ataupun besi. Mereka cenderung lebih ringan dan rapuh, serta mudah hancur ketika mengenai targetnya. Akan tetapi, tulang sebagai ujung anak panah masih bisa terbilang efektif dalam pertempuran. Biasanya, mereka diarahkan ke bagian-bagian tubuh yang tidak dilindungi oleh zirah.

Analisis dari para arkeolog menunjukkan bahwa ujung anak panah ini berasal dari tahun 830 SM. Dari penanggalan tersebut, arkeolog menduga bahwa pembuatan proyektil tulang ini merupakan usaha terakhir Gat untuk mempertahankan kotanya sebelum diruntuhkan oleh pasukan raja Hazael dari Aram.

Bengkel senjata tulang yang ditemukan pada tahun 2006. Para arkeolog meyakini bahwa bengkel ini dibangun dalam keadaan darurat, di tengah kota yang dikepung pasukan Aram.

Dugaan ini juga didukung dengan keberadaan runtuhan bengkel pembuatan senjata yang ditemukan lebih dahulu pada 2006. Bengkel ini secara khusus membuat senjata yang terbuat dari tulang, yang terlihat dari temuan serpihan dan produk-produk yang dibuat dari tulang. Padahal, bengkel-bengkel di masa tersebut membuat beragam senjata dari berbagai material seperti gading, kayu, dan batu.

Oleh karenanya, para arkeolog memperkirakan bahwa bengkel ini dibangun dalam keadaan darurat dan mendesak. Bengkel ini terpaksa membuat segala senjata dari tulang karena tidak adanya suplai bahan senjata akibat pengepungan kota oleh pasukan Aram, yang terbukti dengan adanya parit-parit dan menara di sekeliling sisa-sisa tembok kota.

Dari analisis terhadap ujung anak panah yang ditemukan, para arkeolog menyimpulkan bahwa proyektil ini berasal dari tulang kaki sapi. Mereka juga memperkirakan bagaimana proyektil tersebut dibuat dan dibentuk sedemikian rupa hingga siap untuk dipakai dalam perang.

Para arkeolog juga tidak menutup kemungkinan bahwa proyektil ini dapat dilapisi dengan racun. Mengambil referensi dari tulisan kuno seperti Alkitab dan Epos Anzu, para arkeolog memperkirakan bahwa racun bisa saja digunakan di Gat, walaupun bukti dari keberadaan racun tersebut belum ditemukan hingga saat ini.

Terlepas dari usaha pasukan Filistin, jatuhnya kota Gat pada akhirnya tidak terelakkan. Pasukan Aram di bawah raja Hazael pada akhirnya memukul mundur pasukan Filistin dan menaklukkan Gat.

Setelah menaklukkan Gat, Hazael juga sempat mengincar Yerusalem, seperti dilansir dari Ancient Origins. Kota Yerusalem saat itu berada di bawah pemerintahan Yoas dari Kerajaan Yehuda, dan hanya berjarak 36 kilometer jauhnya dari kota Gat.

Akan tetapi, penyerangan terhadap Yerusalem akhirnya dibatalkan. Pasukan Aram akhirnya lebih memilih untuk menerima upeti dari Yerusalem berupa segala emas dan harta dari kerajaan serta barang-barang berharga dari bait suci.

Sementara itu, peradaban Filistin masih terus bertahan selama dua ratus tahun lamanya. Peradaban Filistin akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Nebukadnezar Agung, membuat mereka menjadi bagian dari Kerajaan Babilonia pada 604 SM.
**(ika)