Bareskrim Polri Telusuri Dugaan Penimbunan Kedelai

110 dibaca

Bareskrim Polri menyelidiki dugaan penimbunan kedelai di sejumlah wilayah setelah terjadi kenaikan harga kedelai nasional yang mengakibatkan kelangkaan bahan baku pembuatan tempe dan tahu itu di tengah masyarakat.

Kabareskrim Polri Komjen Pol. Listyo Sigit bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Pol. Helmy Santika menyatakan penyelidikan dilakukan oleh tim Satgas Pangan Polri di sejumlah wilayah di Indonesia dan telah melakukan pemeriksaan di beberapa gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi.

“Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu,” ucap Komjen Listyo Sigit dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Kenaikan harga kedelai pada awal tahun 2021 ini menyebabkan sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1 hingga 3 Januari.

Kenaikan harga kedelai di kisaran angka Rp. 9.000 dari semula sekitar Rp. 7.000 per kilogram itu dinilai membebani pengusaha.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.

Brigjen Helmy Santika mengatakan Polri telah memiliki data dan analisa ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional.

“Kami telah koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu,” tutur Helmy.

Helmy juga menyebutkan bahwa perkembangan global di masa pandemik COVID-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia.

“Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal 435 dolar AS menjadi 461 dolar AS per ton,” ucap Helmy.

Perajin Kurangi Produksi

Para perajin tahu di Kota Kediri, Jawa Timur, mengurangi produksi tahu sebagai imbas kenaikan harga kedelai yang kini mencapai sekitar Rp. 9.200 per kilogram.

“Harga kedelai kini Rp9.200 per kilogram. Padahal biasanya Rp7.000 sampai Rp7.100 per kilogram. Ini sangat memberatkan sekali,” kata Wakil Asosiasi Tahu Kota Kediri Jamaludin di Kediri.

Dia mengatakan rata-rata para perajin tahu mengurangi produksinya. Biasanya dalam sehari memasak antara 7-8 kali masakan. Setiap kali masakan berisi sekitar 15 kilogram kedelai. Namun, karena harga kedelai yang mahal, kini dikurangi hanya dua kali masakan saja.

Harga kedelai ini sebenarnya sudah dirasakan sejak tiga bulan terakhir. Namun, di hari-hari terakhir ini harganya sangat tinggi mencapai lebih dari Rp. 9.000 per kilogram, sehingga perajin pun tidak dapat berbuat banyak.

Para konsumen, kata dia, akan protes jika kualitas tahu tidak seperti biasanya. Padahal, kenaikan ini sangat memberatkan bagi pelaku bisnis tahu.

“Kalau dikurangi itu konsumen juga tidak mau. Kalau seperti ini, kami juga tidak punya apa-apa. Perajin menjerit sekali,” kata dia.

Kondisi usaha yang lesu ini sebenarnya sempat tertolong dari berbagai program pemerintah. Namun, imbas harga kedelai mahal, kini usaha tahu di Kota Kediri semakin lesu.

Biasanya, ia menggunakan bahan baku kedelai campuran antara impor dan lokal. Namun, kini harga kedelai lokal semakin mahal. Harga kedelai impor sudah sekitar Rp. 9.000 per kilogram, harga kedelai lokal bisa lebih dari harga kedelai impor.

Dirinya kini hanya mengandalkan pesanan pelanggan saja dengan membuat tahu takwa. Selain itu, juga untuk memenuhi pesanan oleh-oleh. Harga tahu takwa per bungkus dijualnya Rp.18 ribu dengan isi 10 biji tahu.

Sebagai perajin tahu, berharap ada kebijakan khusus dari pemerintah guna membantu usaha kecil menengah seperti dirinya agar tetap bertahan di masa pandemi COVID-19 ini, salah satunya dengan memberikan bantuan subsidi pembelian kedelai.

Di Kota Kediri, ada sekitar 60 perajin tahu yang tersebar di seluruh wilayah Kota Kediri. Kondisi lesu ini dialami pada seluruh perajin tahu di kota ini.

Seperti dilansir Antara, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Tanto Wijohari mengatakan ia sudah meminta para pegawainya untuk melakukan pendataan pengusaha tahu dan tempe di Kediri. Namun, untuk program membantu dari imbas harga kedelai naik, saat ini masih menunggu dari pusat.

“Kami sudah meminta staf untuk pendataan perajin tahu, tempe di Kediri dan setelahnya baru kami rapatkan untuk solusinya,” katanya.(ant/alm)