Film Contagian 2011 Makin Populer

175 dibaca

Munculnya wabah Corona atau Covid-19 sekarang ini membuat film Contagion yang dirilis tahun 2011 lalu, kembali populer. Jalan cerita film Contagion mempunyai jalan cerita hampir sama dengan penyebaran wabah Covid-19.
Awalnya wabah mematikan itu menyerang satu, dua orang terinfeksi kemudian menyebar hingga belasan, puluhan, ratusan bahkan hingga jutaan orang terinfeksi di seluruh dunia.
Dalsm film Contagion juga banyak membahas dan memberikam prediksi terhadap pandemi Virus Corona. Hasilnya sangat banyak orang yang mencari film Contagion dan satu lagi film yang bercerita tema yang sama, film berjudul “Flu”.
Tidak heran kalau sekarang banyak orang mencari keberadaan film Contagion di Google. Berdasarkan penelusuran di online, ada sejumlah layanan streaming film online untuk menonton Film Contagion (2011). Namun, situs-situs ini termasuk ke dalam penyedia layanan streaming ilegal seperti yang pernah dihapus Kominfo.
Situs itu memang menyediakan kualitas gambar HD atau High Definition namun dijejali dengan begitu banyak iklan-iklan instrusif (intrusive ads). Untuk menonton Film Contagion (2011) HD Full Movie legal? Film ini masih tersedia di Google Movie yang bisa diakses melalui Google Play Store.
Memang kita harus merogoh kocek, tapi ini merupakan sumber penyedia layanan film online yang legal. Dengan demikian kita tidak ikut serta menikmati layanan-layanan film yang ilegal yang dapat merugikan industri perfilman.

Sinopsis Film Contagion (2011)
Film ‘Contagion’ diperankan oleh Matt Damon, Kate Winslet, Laurence Fishburn, Marion Cotillard, Gwyneth Paltrow dan Jude Law. Kasus di film itu hampir sama dengan keadaan sekarang, yakni virus MEV-1 yang mengontaminasi jutaan orang di dunia.
Bahkan, 26 juta orang meninggal akibat virus yang diduga berasal dari kelelawar dan babi itu.
Seorang ahli kesehatan yang menjadi konsultan film tersebut mengatakan meski film itu adalah fiksi, namun plot filmnya bisa dijadikan peringatan tentang wabah di masa depan.
Jika pemerintah tidak cepat mengatasi wabah tersebut, ada banyak kericuhan yang terjadi. Dipicu oleh media yang senang menggembar-gemborkan hoax, maka kericuhan itu akan semakin besar.
Ini terlihat dari adegan Alan Krumwiede (diperankan Jude Law) yang berbohong kepada pembaca medianya bahwa ia bisa sembuh dari virus MEV-1 hanya dengan minum forsthya. Padahal, Krumwiede sendiri tidak memiliki gejala virus MEV-1.
Adapula adegan dimana orang-orang mengamuk karena tidak kebagian makan dan memilih untuk menjarah supermarket. Film ini telah dipuji oleh beberapa orang di komunitas ilmiah karena akurasinya.
Plotnya sederhana, penonton diajak untuk mengikuti kisah virus fiksi MEV-1, mulai dari penularan satu orang, kematian hingga pihak berwenang berusaha membendung pandemi, kepanikan dan aliran informasi yang salah.
Tracey McNamara, seorang ahli patologi hewan dan profesor patologi di Westen University of Health Science yang membantu membuat film Contagion itu mengatakan bahwa dia tidak terkejut film itu menjadi populer lagi.
“Film ini benar dan sekarang kita berurusan dengan virus corona, itu benar-benar jadi nyata ketika Anda berurusan dengan sesuatu yang tidak diketahui,” kata McNamara melansir Buzzfeed News.
“Jika orang-orang menontonnya lagi dan jika pejabat federal dan negara bagian menontonnya lagi, saya harap mereka menyadari bahwa film itu benar-benar tentang apa yang dapat terjadi ketika ancaman pandemi baru melanda. Seharusnya orang-orang bisa mengambil tindakan lebih serius,” tambahnya.
McNamara mengatakan para pembuat film berusaha membuat virus fiksi serealistis mungkin. McNamara sendiri merupakan tim penemu wabah virus West Nile saat masih bekerja sebagai dokter di Kebun Binatang Bronx.
Dia juga memainkan peran sentral dalam mendorong pemerintah untuk menyelidiki virus yang bisa menyebabkan radang otak itu.
Ia menyoroti ada dua prinsip penting dari film itu. Penyakit ini menyebar cepat melalui kontak manusia dan proses panjang untuk menghasilkan vaksin.
Dalam film tersebut, karakter Kate Winslet, Dr Erin Mears, yang bekerja untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, memperingatkan pejabat setempat bahwa bahaya penyebaran virus terjadi karena orang menyentuh wajahnya ribuan kali sehari.
Padahal, tangan mereka juga menyentuh permukaan lain, seperti gagang pintu, air mancur, tombol lift dan orang lain.
Sayang, Mears mati di situ karena ikut terpapar virus MEV-1. Ia tidak mendapatkan perawatan yang cukup karena virus itu telah menjadi epidemi. Pemerintah berupaya untuk membuka tempat baru untuk pasien MEV-1 di sebuah GOR.
“Rata-rata orang menyentuh muka 2.000-3.000 an kali dalam sehari. Maka, Mears bilang jangan lagi pegang mukamu ke rekan kerjanya,” papar McNamaa.
Apakah sama dengan keadaan sekarang? Beberapa minggu terakhir, pejabat kesehatan masyarakat, politisi dan presiden semuanya mendesak orang untuk menahan diri dari menyentuh wajah mereka, berusaha untuk mencuci tangan secara teratur dan membatasi kontak pribadi dalam upaya untuk memperlambat penyebaran COVID-19. (*)