Keturunan Diponegoro Ragukan Keris Naga Siluman

345 dibaca

Ketua Fofum Budaya Mataram (FBM), Kusumo Putra, yang masih memiliki keturunan dari Pangeran Diponegoro ikut angkat bicara terkait pengembalian Keris Kiai Naga Siluman yang dikembalikan Raja Belanda kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo.
“Seharusnya keris tersebut dipamerkan di semua museum setiap provinsi di Indonesia secara keliling. Misalkan di Museum Jawa Tengah satu minggu lalu Museum Jawa Barat, kemudian Museum Jawa Timur, supaya anak bangsa bisa melihat. Karena saat ini kondisi yang terjadi jiwa patriotisme anak bangsa dalam kondisi rapuh, mungkin ini adalah cara terbaik untuk membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme anak bangsa,” jelas Kusumo.
Lebih lanjut, Kusumo memberikan keterangan bahwa dipamerkan bukan berarti melihat bentuknya, tetapi melihat semangat dibalik keris tersebut.
“Seorang anak raja yang bisa mempunyai segalanya tapi dia harus tunduk kepada kekuasaan bangsa asing. Dia justru merelakan tubuhnya sampai kering kerontang kelaparan, kehausan dalam kamar yang pengap tidak menikmati kenikmatan sebagai seorang raja. Sampai dia meninggal karena dipenjara oleh Belanda. Biar mereka anak-anak Indonesia ini tahu biar paham, tentang perjuangan bagaimana merebut negaranya ini,” sambung Kusumo.
Kusumo juga meminta Pemerintah Indonesia untuk tidak langsung percaya kepada negara Belanda yang telah mengembalikan Keris Pangeran Diponegoro tersebut.
“Mungkin bisa juga ini keris lama yang belum tentu Keris Diponegoro. Karena Keris Naga Siluman itu jumlahnya ratusan. Keris Naga Siluman itu kan ada di beberapa era, Era Pakualaman, Era Mataraman, Era Kartosuro, Era Pengging bahkan di Era Majapahit, ada Era Naga Siluman. Makanya itu kita harus mengecek keaslian keris tersebut,” tandas Kusumo.
Kusumo mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengecek keaslian keris tersebut dengan mendatangkan beberapa Empu, Tim Ahli, dan juga beberapa Empu Keris.
“Biar tahu look-nya gimana, panjangnya seberapa, lebarnya seberapa, lalu keris ini pas tidak di Era Diponegoro. Era Diponegoro itukan tahun 1800-an, Keris Naga Silumannya itu tepat di zamannya era itu apa bukan,” pungkas Kusumo.
Sementara itu Eko Kimada, spiritual dan ahli keris asal Sidoarjo, Jatim, menyatakan keraguannya terhadap keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro.
Menurutnya, keris yang dipulangkan ke Indonesia itu merupakan duplikat.”Ngapunten, nurut kulo pusoko niku duplikatnya. (Maaf menurut saya pusaja itu hanya duplikatnya, red). Itu pusaka kamardikan (baru digarap dengan halus). Ngapunten, kulo tiyang bodoh (Maaf saya ini orang bodoh,” jawab Eko dengan nada eñteng.
Seperti diberitakan di media sosial sedang ramai kontroversi kembalinya Keris Kiai Naga Siluman, sebuah pusaka milik Pangeran Diponegoro yang sempat dirampas oleh Belanda. Ada yang percaya pusaka itu benar-benar Kiai Naga Siluman milik Diponegoro, tapi tidak sedikit juga yang menyangkalnya.
Empu Sungkowo Harumbrodjo menjadi salah seorang yang meragukan kebenaran berita itu. Menurutnya, sangat kecil kemungkinan jika keris itu benar keris milik Pangeran Diponegoro lalu dikembalikan begitu saja oleh Belanda.
“Kalau misalnya keris zamannya Diponegoro sudah di sana (Belanda), tidak mungkin dikembalikan ke sini lagi. Kalau dikembalikan kok saya tidak punya bayangan,” kata Empu Sungkowo berbahasa Jawa, Selasa (10/3).
Empu Sungkowo adalah sedikit empu keris di Yogyakarta yang kemampuan dan kedudukannya sebagai empu keris sangat dihormati. Namun, meski sudah puluhan tahun menjadi pembuat keris, dia masih kesulitan memastikan apakah keris yang sedang ramai dibicarakan itu benar-benar keris kiai Naga Siluman milik Diponegoro atau bukan, apalagi dia hanya melihat lewat foto.
Empu Sungkowo cukup lama mengamati gambar keris itu di layar. Dia memperbesar gambar itu, tepat di bagian gandik yang berbentuk bagian naga.
“Di mana-mana kalau Naga Siluman itu naganya tidak ada badannya, jadi hanya kepalanya saja. Kalau ini kok kayaknya ada badannya,” lanjutnya sembari masih mengamati detail-detail keris yang disebut-sebut sebagai peninggalan Pangeran Diponegoro itu.(zub/berbagai sumber)