Jejak para pendekar sakti mandraguna dengan ilmu kadigdayaannya tidak lepas dari seorang guru yang menurunkan keilmuannya. Meski sang guru telah wafat namun legenda dan tuah keilmuannya dipercaya tak akan hilang, sehingga pusaranya pun akan menjadi wahana spiritual ngalab berkah.
JALAN iring-iringan peziarah wanita itu melewati jalan kecil di belakang masjid, lalu memasuki area pemakaman Desa Tanjung yang termasuk wilayah Kecamatan Kota Lamongan. Dari data kesejarahan, Tanjung merupakan desa tua di wilayah Lamongan yang konon didiami orang waskita dan pinter sebagai tokoh pendahulu. Di antaranya; Adipati Arya Jimat, Mbah Truno dan Mbah Buyut Tanjung. Khusus nama terakhir ini merupakan sosok yang amat berpengaruh saat itu dan hingga kini pundennya itu ramai dikunjungi dan menjadikan incaran para winasis maupun pemburu barang aji, baik dari logam maupun batu batuan.
Desa Tanjung ini 4 kilometer dari pusat Kota Lamongan ke arah Barat, selain dua SD Negeri, Madrasah juga SMPN 5 dan SMA Negeri 3. Desa menggeliat seiring perkembangan kota, muncul perumahan baru dan perubahan pola hidup dan tingkah laku. Namun aura desa ini menyimpan energi luar biasa. posmonews.com mendapatkan bocoran energi berupa angin dan seberkas cahaya dari sebelah atas pohon kepoh ke arah Selatan menuju pohon asem besar dan berornamen alam yang luar biasa.
Terlihat di sebelah Selatan ada sekelompok burung-burung putih dan coklat bermain di pucuk pohon di tengah pulau Telaga Sumedang, penuh hawa magis, namun adem ayem tur melangut. Dengan ditemani Ustadz Imam al Rangge dan Ki Nopri Selo Toyo mencoba melangkah ke arah Selatan sampai pohon asem dan di sebelahnya ada bangunan berpagar batu bata lama.
Kera Raksasa
Hawa disekitar punden berpagar ini terasa sejuk, namun getar-getar panas tak terelakkan. Kami bertiga masuk halaman punden berkeramik putih ukuran 10 x 10 cm berjajar, melakukan konsentrasi dan membaca doa menghormat leluhur desa ini. Saat Ki Nopri Selo Toyo diminta menceritakan siapa sejati di makam ini? Ki Nopri menerangkan desa ini, desa tua, dari dulu tiada pertengkaran, pencurian baik rojokoyo maupun rojobrono apalagi tindak rojopati. Semua itu atas kasekten Mbah Buyut Tanjung. Sampai sekarang tiada yang tahu siapa beliau sesungguhnya.
“Beliau dulu berteman dengan Mbah Truno yang diam di tengah pulau Telaga Sumedang dan juga Syech Yusuf Syarbaini,” katanya sambil menunjuk arah Selatan tempat bertenggernya burung-burung.
Sebelum melangkah keluar punden Buyut Tanjung, Ustadz Imam al Rangge merasakan badannya hangat, dan menoleh ke arah pohon asam yang berukir alam.”Ayo ustadz ke sana, kita sapa penunggunya, lha kita ke sini kan tidak bermaksud jelek, ayo kita merapal doa,” ajak posmonews.com melangkah keluar diikuti Ustadz Imam.
Selanjutnya kami melakukan pendeteksian tenaga Alfa Meredith, sambil mengarahkan telapak tangan kanan ke kulit pohon besar tersebut. Beberapa saat kemudian, terasa begitu menahan beban yang berat, layaknya orang bekerja keras, hingga bercucuran keringatnya membasahi baju. Mendadak langkah pun surut kebelakang. Ustad Imam dan Ki Nopri merasakan hal yang sama, mereka bergetar dan nafasnya ngos-ngosan.“Abot cak (berat cak!),“ kata Ki Nopri.
Setelah istirahat sebentar bertiga meninggalkan Punden Tanjung menuju rumah duka lagi. Lalu, saat menemui Abah Gendut Raharjo yang amat faham seluk beluk desa ini dengan segala karakteristiknya. Saat menceritakan deteksi getaran tadi dengan begitu hebatnya energi kaweruh yang melingkari tlatah Tanjung ini.
“Memang Punden Buyut Tanjung dijaga oleh kera raksasa mirip yang diawetkan di KBS Surabaya. Ini bisa dibuktikan adik saya dulu saat memotret di pohon asem itu, setelah dilihat di laptopnya ada gambar seperti kera besar dan jelas, anehnya saat di cetak hanya gambar item saja, tapi saat dilihat di komputer rumah gambar itu tetep muncul,” tuturnya.
Pusat Wesiaji dan Batu Bertuah
Punden Buyut Tanjung ini, beberapa tahun lalu menjadi incaran para pemburu barang bernyoni baik yang berasal dari logam maupun batu. Abah Gendut Raharjo menuturkan kalau barang gaib dan lama yang diam disini tidak untuk orang lain, tetapi untuk anak turunan Mbah Buyut yang asli Desa Tanjung. “Sebelah rumah saya mas, beberapa saat lalu mendapat wesi aji kecil berenergi berupa pecut kuningan dan payung emas muda, dan torehan ukirannya amat lembut,” lanjut Abah Gendut.
Kades Tanjung, M Saifuddin, saat berbincang santai sambil ngopi di bawah pohon keres nan rindang. Menjelaskan kalo masyarakat sini apalagi dari luar tidak diperkenankan memburu, menembak burung-burung khususnya derkuku dan perkutut di area punden Buyut Tanjung dan Telaga Sumedang, ada peraturan desa dan dianut oleh warga sini. “Mas bisa merasakan nikmatnya suara burung itu nanggung toh,“ kata Kades Saifuddin sambil menunjuk dua burung di dahan asem.
Selanjutnya kades inipun berkiasah tentang pengalaman anehnya.“Ada cerita menarik setahun lalu saat saya baru beberapa bulan dilantik jadi kades, didatangi rombongan paranormal. Dia minta maaf telah lancang mengambil barang batu aji di belakang balai desa ini, semalam sambil tirakatan dan memperoleh batu ini, dan berniat mengembalikan ke tempat semula,” tuturnya.
Ternyata paranormal ini merasa ketakutan.”Saat saya sampai di stasiun, mobil gak mau jalan cepat walau sudah digas. Ada yang mengigau agar mengembalikan batuan itu. Bila tidak, mobil ini akan guling,” tambahnya. ARIFIN KATIQ