Sawabnya Tangkal Musibah

613 dibaca

Sebilah Keris Kiai Ageng Naga Raja menyimpan tuah yang sangat dahsyat. Pemerhati pusaka menyebut, sawab yang bersemayam pada sekujur keris ini diyakini sanggup tebarkan aura kewibawaan sekaligus kejayaan. Zaman pun telah berganti, tetapi Naga Raja buatan Empu Panimbal yang eksis semasa zaman Kerajaan Majaphait itu tetap menjadi buruan. Mengapa?

Di tlatah Banyumas, ada seorang pemerhati tosan aji sekaligus pemilik berbagai jenis pusaka, dia adalah KRT. Dwijo Budiyanto, S.Pd. Dari sekian banyak pusaka miliknya, ada satu yang menurutnya memiliki banyak keistimewaan dan juga keanehan. Yakni Keris Kiai Ageng Naga Raja. Pusaka ini, ucapnya, sawabnya sanggup tebarkan aura kewibawaan sekaligus kejayaan.
Papar Dwijo, selain itu aura yang dipancarkan oleh Kiai Ageng Naga Raja adalah aura positif dan aura tersebut menyimpan tuah sangat dahsyat yang sanggup menjangkungi pemiliknya sehingga sang pemilik menjadi berwibawa, panutan banyak orang, sekaligus disegani dan murah rezekinya serta bisa untuk tolak bala. Sebab itulah, meski zaman telah berganti, keberadaan tosan aji satu ini tetap diburu keberadaannya oleh orang-orang yang gandrung akan hal-hal tersebut di atas.

Mendung di Majaphit
Dwijo berkisah berkaitan muasal Keris Naga Raja ini. Diceritakannya, kala itu langit di Kerajaan Majapahit yang berpusat di kawasan Hutan Tarik, Trowulan terlihat mendung. Udara terasa panas sehingga banyak prajurit dan penduduk yang keluar rumah untuk mengatasi udara yang terasa gerah. Tak terkecuali penduduk yang tinggal di Desa Sonokeling, tempat Empu Panimbal tinggal.
Panimbal menjadi salah satu empu kepercayaan petinggi Majahit dan beliaulah yang diutus oleh petinggi kerajaan itu untuk membuat sebilah Keris Naga Raja. Dari cerita tutur yang diyakini akan kebenarannya, Panimbal pernah membuat sebilah pusaka dan setelah pusaka itu rampung, siapa pun orangnya jika memegang keris buatannya itu bisa luput dari serangan apa pun, bahkan tidak mempan oleh senjata apa pun. Selain itu, Panimbal juga sanggup membuat keris yang bisa membuat orang tidak basah meski terkena siraman air manakala membawa tosan aji buatannya itu.
Keris Kiai Ageng Naga Raja buatannya pun tak jauh beda. Dipercaya, saat keris itu dicabut dari werangkanya membuat lawan tidak bisa bergerak, dan langit tiba-tiba bergemuruh, petir menyambar-nyambar. Nah, ketika pusaka sakti rampung dibuat oleh Panimbal, datanglah utusan dari Majapahit untuk mengambilnya.
Namun apa yang terjadi, para punggawa kerajaan Majapahit itu tak seorang pun yang sanggup mengangkat dari tempat penyimpanan pusaka, tak terkecuali Empu yang membuatnya, Panimbal. Sadar telah terjadi sesuatu pada keris buatannya, Panimbal terus mategaji dengan posisi bersila dengan kedua telapak tangan disatukan, seperti orang yang sedang menyembah.
Dan tanpa diduga, tiba-tiba kejadian aneh terjadi di tempat penyimpanan keris. Muncul kepulan asap bercampur aroma semerbak harum melati memenuhi seluruh ruang. Saat asap putih mulai menghilang, mendadak muncul sesosok naga bermahkota dan bersisik emas.
Hanya dalam hitungan detik, sang naga telah berubah wujud menjadi sosok manusia berjenggot, rambutnya berwarna putih senada dengan busananya. Lelaki tua berjenggot itu lalu berkata, agar keris buatan Panimbal diberi nama Kiai Ageng Naga Raja. Pusaka itu boleh diambil dari tempatnya, tetapi tidak boleh melawan dharma, melanggar akan terjadi bencana. Setelah itu makhluk berjenggot pun sirna, asap masuk ke dalam tempat penyimpanan keris dan pusaka sakti itu dibawa ke Majapahit. ADJI WALOEJO