Cinta Batik, Pakaian Khas Indonesia

279 dibaca

Ada sebuah pepatah Jawa ‘Ajining raga saka busana’. Maknanya, berharganya seseorang itu dari pakaiannya. Orang dihargai orang lain, karena penampilannya. Karena pakaian yang dikenakan. Jika pakaiannya necis, dendi, maka orang merasa hormat. Berbeda dengan orang yang berpakaian lusuh, compang-camping. Maka orang yang melihat menganggapnya rendah. Meski pun hartanya di rumah menumpuk.

Selain untuk menutup aurat pakaian juga memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh  dari kondisi lingkungan. Hawa dingin, panas, dan lainnya. Seiring berkembangnya zaman, fungsi pakaian terus berkembang. Salah satunya sebagai “Simbol Status Sosial”. Sebagian orang memakai pakaian-pakaian dengan harga tertentu menjadi pembeda status tingkatan sosial orang  yang satu dengan yang lainnya. Seakan ingin berlomba menunjukkan status sosial dengan memakai pakaian terbaik yang dimiliki sekaligus meningkatkan kepercayaan diri orang tersebut.

Memakai pakaian bagus memamang diseruhkan oleh Tuhan. Namun Allah tidak suka berlebih-lebihan. Sebagaimana dalam surat al-A’raf ayat 31  yang artinya :

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaian kalian yang indah pada setiap kalian ke masjid(Tempat ibadah) dan makanlah serta minumlah oleh kalian dan jangan pula kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka akan orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Fungsi pakaian yang lainnya, menjadi pembeda suatu kelompok tertentu dengan yang lainnya. Misalnya, memakai pakaian batik, menunjukkan asal daerah tertentu. Karena, semua daerah Kabupaten di Indonesia, memiliki produk batik. Coraknya menunjukkan ciri khas daerahnya.

Batik Parang

Motif batik yang paling tua di Indonesia, salah satunya adalah Parang. Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo).

Batik Parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua. Batik parang ini memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.

Batik Parang bahkan menggambarkan kain yang belum rusak, baik dalam arti memperbaiki diri, kesejahteraan upaya mereka, serta bentuk hubungan dimana batik parang pada masa lalu adalah hadiah yang mulia untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, pola berisi dewan orang tua untuk melanjutkan perjuangan parang dilanjutkan. Garis diagonal lurus melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara pekerja dengan pekerja lain. Batik Parang biasanya digunakan untuk acara pembukaan. Misalnya: Senapati yang ingin pergi berperang, agar pulang membawa kemenangan.

‘”Parang berarti juga perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.”

Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘”

Jenis batik  Parang ada banyak. Diantaranya Parang Rusak, Parang Barong, Parang Klitik, Parang Slobong. Masing-masing memiliki makna dan filosofi sendiri. **** Bung Yon N.