HARTA DAN TAHTA

141 dibaca

Ikhtiar mencari harta itu dianjurkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat at-Thalaq ayat 3 yang artinya: “Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkan (keperluannya).”

Kata orang, cukup secara financial, artinya hanya mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Namun cukup menurut ukuran Allah, maka meliputi bumi dan langit. Karenanya, jika memohon kepada Allah, hendaknya meminta menurut ukuran Allah! Apabila semua orang di muka bumi ini kaya semua, maka tidak akan mengurangi kekayaan Allah.

Berikhtiar mencari kekayaan itu wajib hukumnya. Sebagaimana hadis Rasul SAW, yang artinya: Carilah harta sebanyak-banyaknya seolah-olah engkau hidup selama-lamanya (kekal). Dan beribadahlah, seolah-olah engkau mati esok hari.

Ada sebuah kisah, pada suatu pagi, ada seorang sahabat sedang khusuk berdoa di masjid. Ia tidak henti-hentinya melakukan salat dan berdoa. Rasulullah yang melihatnya langsung menegur. “Emas tidak akan jatuh dari langit dengan hanya berdoa. Maka bekerjalah,” tegur Nabi.

Hal tersebut menjelaskan bahwa berikhtiar mencari dunia itu dianjurkan. Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya diperbolehkan. Karena dengan harta benda itu ekonomi berjalan.

Orang kaya itu panjang umur. Mengapa bisa demikian? Bukankah hidup-matinya seseorang itu ditentukan Tuhan? Ketentuan Tuhan memang benar. Namun, jika sakit parah dan tak berobat karena tak punya harta, artinya mendukung cepatnya mati. Walau sakit parah, namun uang untuk berobat ada, maka bisa berobat sehingga umurnya lebih panjang. Orang bisa ganti ginjal, ganti hati, bisa gurah otak, dan lain sebagainya karena memiliki kekayaan.

Orang kaya juga masuk surga. Dengan kekayaannya, ia bisa bersedekah. Bisa infak. Bisa beramal. Bisa berwakaf. Bisa berhaji, berumarah, membangun masjid, menyantuni anak yatim dan orang-orang miskin. Bisa berjihad dengan hartanya. Dan banyak lagi yang bisa dilakukan dengan hartanya. Itulah kelebihan orang kaya!”””