Sebuah bangunan jejak kolonial yang sangat angker masih tegak berdiri di Tulungagung. Dibangun pada tahun 1916 kemudian diapit oleh relief 2 ekor gajah saling berhadapan mengapit lubang pintu jendela. Dulunya perusahaan batik ternama di Jawa Timur. Seperti apakah kisahnya.
Bangunan ini sebagai penanda Kejayaan kerajinan batik pada masa kolonial yg dulu pernah berjaya didesa ini. Pendiri bangunan ini adalah Arjokoir, seorang pengusaha batik paling sukses dikawasan ini yg dimasa itu Omah gajah ini menjadi salah 1 pusat batik terbaik di jawatimur..
Dan untuk menandai kesuksesanya itu ia pahat didinding depan bangunan kuno ini dalam relief gajah. Karena gajah melambangkan kejayaan & kekuatan/dalam konteks industri batik simbol itu sekaligus digunakan untuk menggambarkan kekuatan produksinya. Hingga karena ada relief gambar gajahnya tersebut,,hingga kini warga sekitar menamai bekas bangunan ini sebagai Omah gajah..
Dan menurut sejarahnya, konon konsumen utama pelanggan batik disini mayoritas para pejabat pemerintahan Hindia-Belanda diseluruh wilayah Jawatimur & batik diindustri tempat ini bahkan menjadi peletak dasar lahirnya motif batik Gadjah Mada yg identik dengan ciri khas batik kota Tulungagung sekarang ini..
Namun disayangkan bangunan kuno megah jejak kolonial ini,sudah tidak berpenghuni/berproduksi lagi sejak tahun 1942 akibat banjir besar sungai berantas- hingga ngrowo yg pernah melanda kota Tulungagung dimasa itu. Dan bencana itu telah membanjiri juga memporak- porandakan desa2 yg ada di kota Tulungagung & di desa ini tempat yg paling parah terkena dampak banjir tersebut,,karena letaknya dekat dengan sungai ngrowo juga..
Namun meskipun setelah terkena imbas banjir besar tersebut, bangunan kuno jejak kolonial ini masih tetap berdiri tegak- hingga sekarang ini. Meskipun sebagian tinggal puing2 nya saja & sedangkan pemilik bangunan sekaligus pengusaha tempat ini “Bapak Arjokoir” meninggal pada tahun 1957 namun tidak menandai kejayaan batik di kota Tulungagung ini telah usai begitu saja…karena seiring bergantinya waktu masih banyak generasi batik
Husnu Mufid