Gua Kalak, Tempat Ritual Brawijaya

233 dibaca

Kota Pacitan yang terkenal dengan julukan ‘1001 Gua’ memang menyimpan banyak keindahan di balik cadasnya bukit kapur, seperti Gua Kalak. Gua ini menarik bukan karena keindahan stalagtit dan stalagmitnya, tapi ada kisah misteri di balik itu.

Jika Anda mengunjungi Gua Gong dan akan meneruskan kunjungan wisata Anda menuju ke Pantai Klayar, sempatkanlah ke Gua Kalak. Gua ini berada di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo, sekitar 8 kilometer dari Gua Gong.
Memasuki di Desa Sendang, dari arah Gua Gong, di kiri jalan ada sebuah gua yang berdiri kokoh menjulang, bertuliskan Gua Kalak. Ya, ini adalah salah satu gua di Pacitan, Gua Kalak. Gua ini terkenal bukan karena keindahan stalagtit dan stalagmitnya, tetapi karena pengaruh mistisnya.

Gua ini ditemukan jauh sebelum Gua Gong. Bahkan antara tahun 70-an sampai 80-an, gua ini termasuk destinasi andalan di Kabupaten Pacitan saat itu, karena memang sejak lama aura magis gua ini terdengar oleh orang-orang di luar Pacitan.

Zaman dahulu, banyak orang yang melakukan pertapaan di dalam gua. Bahkan, presiden kedua Indonesia pernah melakukan semedi di dalam gua yang berada di perut bukit ini.

Menurut cerita warga setempat, Gua Kalak merupakan tempat ritual dari Raden Brawijaya pada zaman Kerajaan Majapahit, salah satu tokoh yang istilahnya ‘babat alas’ di daerah tersebut yang juga disebut sebagai Gusti Kalak. Oleh karena itu, gua ini dinamakan Gua Kalak.

Saat mengunjungi Gua Kalak, kita hanya dapat berada di bagian depan. Karena lebih masuk ke dalam, gua ini pengap dan dibangun pagar besi yang dikunci. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyusuri bagian dalam gua. Hingga kini belum dapat diketahui mengapa masyarakat tidak diperkenankan menelusuri lebih dalam. Itulah yang menjadi misteri.

Stalaktit berwarna hijau ini berada di ruang setelah pagar pintu masuk, stalaktit berwarna hijau yang menjulang tinggi hampir mencapai atap gua ini disebut Saka Guru. Dan ini menjadi tempat yang paling sakral. Banyak sisa-sisa dupa dan bunga serta jajanan sesaji masih tertata di lantai keramik di bawah Saka Guru ini, menurut pak Sadi yang mengeramik lantai dibawah Saka Guru ini adalah para peziarah yang mendapatkan wangsit.

Di sebelah timur Saka Guru ini pagar setengah badan yang dibuat supaya pengunjung tidak melangkah kearah tempat situ, karena curam dan masih gelap dan berbahaya. Dan dibalik Saka Guru akan didapati stalaktit yang mirip tumpukan tulang rangka dan tengkorakmirippekuburan masal di tanah Toraja, dan di sebelah tempat ini didapatkan bebatuan stalaktit seperti hewan, bunga-bunga atau jamur raksasa yang indahnya seperti ukiran-ukiran kayu jati Jepara.

Memasuki ruangan lebih dalam lagi, akan bertemu dengan ruangan yang lebih longgar dan beratap lebih tinggi, di sisi utara terdapat seperti ukiran tirai raksasa, dan singgasana rajayang terbuat dari kayu jati. Tempat ini agak menurun kearah utara, melingkar dari tempat masuk. Belum berhenti disitu, di sebelah barat agak naik sedikit akan didapatkan kamar raja yang ditutupi tirai yang mirip ukiran kayu jati yang luar biasa indahnya.

Tempat ini berada lebih tinggi dibanding temapat datar yang ada di dalam gua, dan dibalik ruangan yang mirip kamar ini ada lorong panjang yang masih belum terjamah menuju ke arah barat daya. Hampir 1 jam kami berada dalam gua, rasanya tiada bosan bosannya kami  memotret menikmati suasana, meski dalam gua udara tidak terlalu pengap, dan penerangan cukup karena pintu masuk yang lebar, membuat kami nyaman dan yakin cadangan oksigen lebih dari cukup.

Hari mulai sore kami segera berpamitan pada Pak Sadi yang telah rela dan suka hati menemani serta meberikan air kelapa muda gratis kepada kami. Gua Kalak ini tergolong sepi, dibanding gua-gua yang dikelola pemerinta daerah Pacitan lainya. Gua ini berada dijalur Pacitan – Pantai Klayar, tepatnya di desa Kalak, dan berada dalam satu jalur dengan gua Gong, gua Tabuhan, gua Puteri, Luweng Ombo, Gua Lanang.***