Penggagas Ide Pan Islamisme

260 dibaca

Beliau juga masih ada nasab yang bersambung sampai kepada Husain bin Ali bin Abu Thalib. Di samping nama Al-Afgani, ia juga dikenal dengan nama Asadabadi. Nama Al-Afgani dinisbatkan kepada negeri kelahirannya, sedangkan Asdabadi dinisbatkan kepada desa kelahirannya.
Sejak masa kanak-kanak dalam usia 8 tahun, ayahnya telah mengajar dan mendidiknya dengan berbagai ilmu tentang agama Islam. Di usia 18 tahun mempelajari ilmu-ilmu aqliyah seperti mantiq, filsafat, politik, bahasa Persia, bahasa Prancis, dan ilmu eksakta. Pada usia 22 tahun sudah bekerja di lingkungan istana Afganistan. Kemudian tahun 1864 M diangkat menjadi penasihat Sir Ali Khan dan diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan.
Sejak usia muda telah dididik ayahnya ilmu agama Islam. Menginjak usia remaja, mengembangkan pengetahuannya tentang bahasa asing dan ilmu eksakta. Setelah dewasa dan kealimannya, ia dipercaya oleh Sultan Mesir, Persi, dan Turki menjadi pejabat. Meskipun demikian, tidak menjadikan dirinya tunduk kepada para sultan.
Namun tahun 1869 M, ia memulai pengembaraannya ke luar negeri. India merupakan tujuan utamanya. Kemudian setelah Inggris menjajah India, melanjutkan perjalanan ke Mesir tahun 1871 M dan menjauhi urusan politik untuk berkonsentrasi ke bidang ilmiah dan sastra Arab.
Di Mesir ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Pesertanya orang-orang terkemuka dalam bidang pengadilan, dosen, mahasiswa dari Al-Azhar. Di antara murid beliau kemudian menjadi pemimpin kenamaan seperti Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaghlul.
Pemikiran pembaharuan terhadap umat Islam terus diajarkan kepada murid dan masyarakat. Pan Islamisme menjadi cita-citanya. Demi cita-citanya, dia rela dicopot jabatannya dan diusir sultan yang dulunya mempercayai. Ia bercita-cita ajaran Islam menjadi paham di dunia.
Selama 8 tahun dia menetap di Mesir dan mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi umat Islam, ia juga membangkitkan gerakan berpikir. Kemudian kembali ke lapangan politik pada tahun 1879 M, melihat adanya campur tangan Inggris dalam soal politik. Partai politik yang diikuti adalah Hizb Al-Watani (Partai Nasional). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri masyarakat.
Namun sayang beliau mendapat tantangan dari Sultan Taufik Raja Mesir. Kemudian dibuang ke Paris. Di negara tersebut mendirikan sebuah perkumpulan bernama Al-Urwah Al-Wusqa (Ikatan yang kuat). Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam yang datang dari India, Mesir, Suria, dan Afrika Utara. Tujuan perkumpulan yang didirikan adalah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan.
Beberapa tahun kemudian Sultan Abdul Hamid II, penguasa Turki Usmani mengundangnya untuk menetap di Istambul. Karena Sultan membutuhkan pemikirannya tentang Al-Jami’ah Al-Islamiyah atau Pan Islamisme, (Persatuan Umat Islam Sedunia). Tetapi pemikiran Al-Afgani yang demokratis tidak sejalan dengan Sultan yang masih mempertahankan otokrasi lama. Karena Sultan Turki itu takut akan meluasnya pemikiran Jamaludin Al-Afgani, maka penguasa Usmani itu membatasi geraknya dan tidak boleh keluar dari Istambul. Beliau meninggal di sana tahun 1897 M.
Dia memiliki pandangan yang cukup mendasar dalam hal pembaharuan Islam. Yaitu Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Adanya konsep interpretasi di dalam rangka menyelesaikan pertentangan ajaran Islam itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.
Selanjutnya dia mengatakan, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, umat Islam mundur karena telah meninggalkan ajaran-ajaran yang datang dari luar dan asing bagi Islam. HUSNU MUFID