Menakar Kedalaman Tuah Keris Pamor Dadung Kepuntir

2,921 dibaca

Dalam pemahaman orang Jawa, penguasaan ilmu itu terbagi menjadi dua bagian, pertama krono laku atau melakoni suatu ritual tertentu dan lewat pendidikan secara formal, seperti bersekolah ataupun mondok di padepokan yang dipandegani oleh orang-orang linuwih dibidangnya.  Penguasaan ilmu yang diraih dengan menjalanan suatu ilmu tertentu dengan cara berpuasa atau pun bertapa lewat bimbingan seorang guru atau orang pintar dan ilmu yang didapat lewat pendidikan secara formal,artinya ketika yang bersangkutan telah dinyatakan lulus akan mendapat beselit atau sertifikat sebagai tanda kelulusannya. Selanjutnya dalam ngangsu kawerus soal babagan suatu ilmu tertentu, pastinya ada hal-hal yang boleh dilakukan dan yang tidak. Dan jika ada pantangan yang dilanggar, diyakini ilmu yang nyaris dikuasai tersebut bias jadi bakal badar, muspra ataupun hilang tak berbekas. Itulah sebabnya banyak orang-orang yang gagal dalam melakoni untuk menguasai jenis ilmu tertentu. Tapi setelah ilmu tersebut dikuasai dengan baik, sang guru biasanya berpesan agar ilmu tersebut tak digunakan secara sembarangan. Dalam arti, semaunya sendiri atau dibuat untuk soal kebatilan. Tapi sebaliknya, harus digunakan untuk perbuatan baik, untuk saling menolong antar sesama.Penyalahgunaan suatu ilmu yang bukan pada tempatnya, dipercaya akan menjadi senjata makan tuan. Pemilik ilmu, akan terkena ilmu yang dikuasainya. Tapi terlepas dari semua itu keberadaan dari sebilah pusaka yang dibuat oleh para empu dipercaya sawabnya bisa membantu pemiliknya untuk meraih sesuatu yang menjadi keinginan hatinya. Dan salah satu jenis pusaka yang pamornya sengaja dibuat untuk membantu pemiliknya dalam menggapai kewibawaan, keberanian dan keteguhan hati adalah sebilah keris dengan pamor  dadung kepuntir.

Pilinan Tali

Dalam jagat pertosanajian dikenal dengan berbagai jenis pamor dan pamor itu letaknya selalu menempel pada sekujur bilahnya, dan salah satu keris yang terus dicari oleh para orang-orang yang gandrung akan kewibaan dan keteguhan hati adalah keris dengan pamor daddung kepuntir. Keberadaan warisan leluhur tersebut disinyalir sebagai jenis keris yang sepuh atau tua sekaligus wutuh atau tidak memiliki ciri apapun. Sekujur bilahnya sempurna, tidak ada yang cacat dan tergolong keris yang langka lantaran susah dicari duplikatnya. Kembali pada masalah pamor, dadung dalam bahasa Indonesia bisa diartikan tali atau tampar kepuntir dapat dimaknai dipilin. Pamor dadung kepuntir ada yang menyebut dengan pamor dadung keplintir. Dijelaskan dalam sejumlah literatur disebut bahwa pamor dadung kepuntir merupakan  salah satu motif pamor yang bentuk gambarannya hampir mirip dengan pamor  sada  saler atau  pamor adeg siji.  Hanya bedanya, garis pamor yang membujur sepanjang bilah tidak berupa garis biasa, melainkan berupa lukisan pamor yang mirip dengan gambar pintalan tambang atau pilinan tali.  Selanjutnya bagi orang yang percaya, mereka  beranggapan bahwa tuah pamor  dari keris dadung  muntir ini bisa menambah kewibawaan, keberanian dan keteguhan hati pemiliknya. Itu sebabnya keberadaan dari tosanaji yang satu ini sampai sekarang masih terus dicari.  Tapi seperti keris-keris tua pada umumnya,keberadaan selalu sulit dicari lantaran termasuk keris yang sudah tua dan bukan jenis keris tangguh kamardikan, artinya dibuat setelah jaman kemerdekaan. Akan tetapi sebaliknya, dibuat sebelum jaman kamardikan dan itu sebabnya keris tersebut sulit ditemukan di pasaran.

Ditulis : Edy Whinarto