Waspadai Mutasi “Hybrid” Jadi Fase Baru COVID-19

137 dibaca

• Prof Wiku Adisasmito: Varian Baru Corona Merebak di Sejumlah Negara

Tim peneliti baru-baru ini, menemukan mutasi hybrid COVID-19 yang memicu peringatan fase baru pandemi Corona. Adalah gabungan mutasi antara varian B117 Inggris dengan B1429 dari California.

Penemuan mutasi hybrid virus Corona ini diwaspadai menjadi fase baru COVID-19 lantaran diklaim bisa menjadi penemuan pertama di dunia.

“Peristiwa semacam ini dapat memungkinkan virus untuk menggabungkan virus yang lebih menular dengan virus yang lebih kebal,” kata ahli biologi komputasi di laboratorium Better Korber.

Dilansir melalui Kompas.com mengungkapkan juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, pemerintah tentu sudah mengantisipasi hal tersebut dengan surveilans genom. Prof Wiku mengklaim, sampai saat ini, varian baru Corona yang merebak di sejumlah negara pun belum ditemukan di Indonesia.

Ia meyakini kemampuan Lembaga Eijkman dan Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) sudah baik dalam whole genome sequencing. Meski begitu, jumlah whole genome sequencing yang dikirimkan Indonesia ke bank data GISAID masih jauh jika dibandingkan negara lain.

“Sampai sekarang 392 sampel itu diWGS-kan (whole genome suquencing) nggak ketemu baik berupa strain yang Afrika Selatan sama Brasil,” sebut Prof Wiku dalam temu media, Jumat (26/2/21).

Prof Wiku menyebut, pengambilan sampel berfokus pada sejumlah orang yang melakukan karantina saat kedatangan ke RI.

“Ngumpulinnya misalnya di beberapa karantina itu sudah ada. Di mana pintu masuknya di Batam, di Surabaya,” lanjutnya.

Beberapa waktu lalu, pakar epidemiologi menyebut kemungkinan sudah ada mutasi baru Corona hingga varian baru COVID-19 di Indonesia. Hal ini dinilai lantaran pintu masuk WNA dan WNI diklaim kurang ketat.

“Karena masalahnya adalah skrining dan pengetatan pintu masuk kita ini masih longgar, walaupun ada kebijakan dari Menlu untuk membatasi tapi buktinya masih ada juga kaya waktu itu TKA China masuk, ini masih ditambah dengan potensi pintu masuk lainnya,” jelas pakar epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman kala itu.

Dikutip dari data GISAID per hari ini, Inggris paling banyak menemukan dan mensubmit whole genome sequencing sebanyak 91.218 varian baru Corona B117. Sementara negara Asia lain yang menemukan varian baru Corona B117 termasuk India dengan 81 varian, dan Jepang totalnya 46.(zi)