BMKG Ungkap Dentuman Keras di Buleleng, Bali

123 dibaca

Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menyatakan BMKG mendeteksi anomali sinyal seismik di Bali. Hal itu merupakan respons suara dentuman kuat di Bali beberapa jam lalu.

“Terkait beredarnya informasi adanya suara dentuman kuat di Bali maka BMKG segera memeriksa sinyal seismik, khususnya terhadap sinyal seismik dari sensor di wilayah Bali,” ujar Daryono, Minggu (24/1).

“Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya anomali sinyal seismik yang tercatat pada sensor seismik Singaraja (SRBI) pada pukul 10.27 WITA,” ujarnya.

Daryono membeberkan rekaman seismik itu memiliki durasi sekitar 20 detik. Melihat anatomi seismogramnya, dia menduga sinyal seismik tersebut bukan sinyal gempa bumi tektonik.
Lebih lanjut, Daryono mengklaim pihaknya juga telah menghitung kekuatan dari anomali sinyal sesimik tersebut. Berdasarkan penentuan mangnitudo gelombang gempa dihasilkan kekuatan 1,1 magnitudo lokal.

“Jika sinyal seismik tersebut kita coba tentukan magnitudonya menggunakan formulasi penentuan mangnitudo gelombang gempa akan dihasilkan kekuatan 1,1 magnitudo lokal,” ujarnya.

Di sisi lain, Daryono menuturkan sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WITA tidak ada aktivitas gempa di wilayah Bali.

“Sehingga dipastikan anomali gelombang seismik tersebut bukan aktivitas gempa tektonik,” ujar Daryono.

Sebelumnya, Daryono mengaku menerima informasi perihal beberapa warga di Kintamani dan Besakih, Bali, melihat semacam meteor yang melintas ke arah barat daya. Warga Buleleng yang sedang upacara adat juga mengaku melihat benda melintas di langit.

Selain itu, nelayan di pantai Buleleng menjadi saksi mata fenomena yang sama.

“Terkait bunyi dentuman yang terdengar di wilayah Buleleng, BMKG belum dapat mengonfirmasi penyebab sesungguhnya,” ujarnya.

Meski demikian, Daryono menegaskan BMKG sudah berhasil memonitor fenomena tersebut dengan baik dan merekamnya.

“Jika laporan warga itu benar melihat meteor yang melintas di atas Bali maka fenomena shockwave yang terjadi telah berubah menjadi gelombang seismik yang akhirnya dapat direkam oleh sensor gempa BMKG,” ujar Daryono.
(cnn/ram)