P5 SMP PGRI 1 Buduran, Angkat Kearifan Lokal Batik Tulis Khas Sidoarjo

559 dibaca

▪︎SIDOARJO-POSMONEWS.COM,-
Implementasi Kurikulum Merdeka di SMP PGRI 1 Buduran terus berkelanjutan. Kali ini, P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila) tema kedua mengangkat kearifan lokal.

Peserta didik diajak untuk belajar membatik khas Sidoarjo. Mulai dari sampai menggambar pola, mencanting, pewarnaan, lungsuran, dan finishing hingga jadi.

SMP PGRI 1 Buduran menggandeng narasumber Lintang Septianti Hartono, pengusaha Batik Sari Kenongo, Sarirogo, Sidoarjo. Mulai dari orientasi batik, mengenal alat dan bahan membatik, tutorial proses membatik, dan motif khas batik Sidoarjo dengan segala spesifikasi corak warnanya.

Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih, S.Si, M.Pd mengatakan, kearifan lokal yang diusung sebagai tema kedua P5 tersebut, dimaksudkan agar peserta didik mengenal lebih dekat dengan karakteristik daerah tempat tinggal, khususnya Kabupaten Sidoarjo.

“Sesuai pepatah: tidak kenal, maka tidak sayang. Setelah peserta didik mengenal dan memahami batik khas Sidoarjo, mulai bahan dasar, proses, hingga jadi, insya Allah, akan menumbuhkan sense of belonging (merasa memiliki) dan mencintai seni budaya daerah sendiri. Tentu saja mengarah kepada tujuan terbentuknya profil pelajar Pancasila,” katanya di kantornya, belum lama ini.

Perhatian Kepala SMP PGRI 1 Buduran terhadap P5 di sekolahnya, ditunjukkan dengan melakukan pendampingan khusus kepada para pendidik yang menjadi fasilitator, sekaligus kepada peserta didik yang menjadi subjek pembelajaran. Bahkan, kepala sekolah ikut serta langsung melakukan proses pencantingan kain batik yang sudah ada gambar polanya.

Mengapa memilih batik tulis khas Sidoarjo sebagai tema kedua? Ketua P5 tema kedua SMP PGRI 1 Buduran, Luqman Hakim, S.Pd menyebutkan, pemilihan tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan cinta budaya lokal khas Sidoarjo. Peserta didik harus mampu mengenal motif batik khas Sidoarjo dan harus mampu membuat batik tulis dengan benar, mulai teknik menyanting sampai pewarnaan kain batik.

“Yang menjadi peserta kegiatan ini, semua peserta didik kelas 7. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap kearifan lokal khas Sidoarjo dan upaya melestarikan batik, khususnya batik khas Sidoarjo,” katanya.

Menurut Luqman Hakim, ada banyak motif pada batik khas Sidoarjo. Di antaranya: burung merak, beras tumpah, bandeng dan udang, dsb. Pada P5 kali ini, peserta didik SMP PGRI 1 Buduran membuat pola dan corak yang sama, yakni batik kawung yang dikombinasi. Namun, pada saat pewarnaan dibuat dengan warna yang variatif/ berbeda-beda. Oleh para narasumber, peserta didik tidak hanya diberi teori, namun juga diajari bagaimana cara praktiknya. Pembelajaran dilaksanakan di sekolah dan di show room Batik Sari Kenongo.

Lintang Septianti Hartono menjelaskan, sesungguhnya yang disebut membatik harus ada proses mencantingnya (batik tulis). Berbeda dengan teknik batik cap, batik cetak, batik printing, yang tidak ada proses mencantingnya (kain bermotif batik).

“Batik tulis tentu saja harganya lebih mahal. Sebab, selain proses pengerjaannya lama, bahannya juga lebih mahal, lebih awet, punya nilai filosofi tinggi, dan limited edition (produksi terbatas),” ujarnya.

Pengusaha batik khas Sidoarjo ini mengajak peserta didik untuk mengenal, mencintai, dan merasa memiliki batik sebagai kekayaan seni budaya bangsa Indonesia. Bahkan, ia memotivasi para peserta didik mengembangkan kewirausahaan agar bisa menjadi pengusaha batik.

▪︎(Koesmoko, Humas SMP PGRI 1 Buduran)