Ritual Belient Sentui Dayak Nenuaq Kutai Barat Kaltim

210 dibaca

▪︎KALTIM-POSMONEWS.COM,-
Kampung Ponak terletak disebelah Selatan Kecamatan Siluq Ngurai. Jarak dari kecamatan 40 km dengan jarak tempuh 1 jam 30 menit masuk dalam kawasan hutan lebat dan jarak dari Kabupaten Kutai Barat
167 km.

Wilayah Kampung Ponak dibatasi beberapa kampung; Batas Timur–Kampung Kendesiq, Batas Barat– Kampung Dilang Puti, Batas Selatan– Kampung Rikong, Batas Utara–Kampung Kenyanyan.

Kampung Ponak memiliki sistem adat istiadat belum adanya aturan pemerintah kecamatan untuk mengatur Organisasi Perangkat Desa (kampung). Sehingga organisasi yang dibuat masyarakat dari dahulu sampai sekarang dipimpin oleh seorang Kepala Adat, bertugas sebagai pemimpin dalam masyarakat adat, posisi Kepala Adat adalah orang yang dipilih untuk mengatur ketetapan adat istiadat dalam masyarakat.

Masyarakat Kampung Ponak mayoritas beragama Kristen Protestan, ada juga yang beragama Katholik dan Islam. Masyarakat Kampung Ponak mulai mengenal agama setelah adanya para misionaris gerejawi mendatangi wilayah Suku Dayak Benuaq.

Menyebarkan ajaran-ajaran alkitabiah di tengah-tengah hukum adat istiadat yang masih sangat kental pada zamannya. Masyarakat mengikuti ajaran agama namun tidak melupakan adat istiadat serta hukum adat yang sudah diterapkan oleh leluhur zaman dulu.

Kerukunan umat beragama di Kampung Ponak, patut diacungi jempol. Mereka tidak membeda-bedakan kepercayaan, masyarakat saling menghormati dan menghargai kepercayaan satu sama lain.

Selain itu juga terlihat dari keakraban masyarakat pada saat dilakukan upacara ritual pengobatan dengan tari Belient Sentiu, tanpa membeda-bedakan kepercayaan yang mereka miliki, warga masyarakat saling membantu demi kelancaran acara tersebut.

Ritual Pengobatan

Kampung Ponak terkenal dengan berbagai macam upacara ritual pengobatan, upacara nalint taunt, upacara kematian dan tradisi dalam melakukan adat istiadat yang cukup berbeda dari pemilik kampung lainnya.

Kampung Ponak dikenal dengan pemilik Lamin-lamin Adat tertua diantara kampung yang ada disekitarnya, Lamin Adat yang telah berumur lebih dari 300 tahun ini masih berdiri dengan kokoh di tengah-tengah kampung.

Selain Lamin Adat yang berumur sudah tua, Kampung Ponak juga memiliki dua sungai, kedua sungai ini saling terhubung yang disebut warga dengan sebutan “maraq ponak”. Tempat bertemu kedua sungai ini dipercaya masyarakat terdapat lubang/goa makhluk air, yaitu buaya dan hantu air, selain itu disana juga terdapat banyak ikan.

Warga masyarakat memiliki cerita tentang teluk tersebut yang masih dipercayai oleh masyarakat, dahulu sekitar tahun 1970-an terdapat salah seorang warga masyarakat Kampung Ponak yang tenggelam pada saat sedang mandi, pada waktu itu sedang musim kemarau dan kedua sungai menyusut atau kekurangan air.

Menurut cerita tidak jauh dari tempat pemandian itu terdapat maraq ponak, selama 3 hari dilakukan pencarian disekitar sungai hingga ke hilir sungai tidak ditemukan, namun setelah masuk hari ke empat dilakukan ritual pencarian yaitu dengan memberi sesaji penghuni sungai, akhirnya mayat yang dicari muncul tepat di tengah-tengah teluk atau maraq ponak, dengan keadaan sudah membiru dan bengkak.

Kemudian cerita tersebut terus berlanjut dan semakin dipercayai masyarakat, di tempat tersebut menjadi tempat tinggal para roh air atau hantu dunia bawah. Apabila terdapat warga yang bermimpi didatangi oleh seorang wanita cantik dan tiba-tiba berubah menjadi buaya, maka keesokan harinya warga yang mengalami mimpi tersebut harus membuat sesajen dan mengantarnya ke tepi sungai atau dibawa di tepi maraq ponak agar tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpa keluarga atau pun warga masyarakat Kampung Ponak.

Hal ini berkaitan dengan konsep dualistik antagonistik yaitu menghubungkan kehidupan manusia didunia dengan kehidupan yang lain dikahyangan, sesuatu yang dihubungkan dengan dua dimensi waktu sehingga tercipta ruang antara alam bawah sadar manusia.

Ruang di atas bumi itu ada yang tinggi dan ada yang rendah. Ada daratan ada lautan. Ada permukaan ada yang masuk ke ceruk bumi (gua). Ada bagian hulu sungai, dan ada bagian hilir sungai.

Kepercayaan masyarakat Kampung Ponak terhadap kekuatan roh gaib dan keberadaan penguasa atas (roh leluhur nenek moyang, Tuhan pencipta alam semesta) dan penguasa bawah (roh jahat, setan, iblis yang menguasai alam bawah) ini selalu dipegang oleh masyarakat, sehingga setiap perilaku masyarakat yang dianggap bertentangan dengan adat istiadat akan mendapat teguran bahkan denda adat.

Ritual Belient Sentiu

Belient Sentiu merupakan upacara ritual pengobatan yang dilakukan dengan mempersembahkan sesaji, mantra yang berisi tentang permintaan atau permohonan doa kepada roh leluhur, tari sebagai sarana perantara menuju alam gaib, menghadirkan musik tradisional yang bertujuan sebagai penghubung antara dua alam manusia dan alam gaib. Upacara ritual BelientSentiu di kampung Ponak dilaksanakan pada saat ada masyarakat yang mengalami sakit diluar medis.

Ritual dilakukan pada malam hari menjelang tengah malam, menurut masyarakat apabila ritual dilakukan menjelang tengah malam maka kehadiran para roh leluhur lebih mudah dirasakan, serta memungkinkan para pelaku ritual untuk dapat berkomunikasi dengan baik kepada roh penguasa dunia atas dan roh penguasa dunia bawah.

Belient Sentiu dilakukan oleh masyarakat Kampung Ponak sejak dari zaman dahulu, masih dilestarikan hingga saat sekarang. Ritual ini berawal dari cerita rakyat dan mitos yang senantiasa dipercayai oleh Suku Dayak Benuaq Kampung Ponak.

Ada berbagai macam cerita yang berkembang dikalangan masyarakat Dayak Benuaq mengenai asal usul upacara ritual Belient Sentiu. Cerita-cerita tersebut diturunkan dari nenek moyang melalui tradisi lisan dan terus dilakukan secara turun temurun. Oleh karena itu tidak ada data yang otentik dan pasti mengenai asal usul upacara ritual Belient Sentiu.

Menurut penuturan salah satu tokoh adat di Kampung Ponak, dikatakan bahwa cara pengobatan ritual Belient berawal dari salah seorang pemuda yang bernama Kilip.

Saat itu pemuda ini hilang tersesat di hutan, selama beberapa hari menghilang akhirnya ditemukan dalam keadaan hilang kesadaran akal pikiran hingga menjadi gila. Selama beberapa lamanya masyarakat mencari cara untuk menyembuhkan penyakit Kilip, hingga pada suatu hari Kilip dinyatakan hilang kembali masuk kedalam hutan, beberapa bulan lamanya sampai dikabarkan bahwa pemuda tersebut meninggal dimangsa oleh binatang buas.

Namun setelah menjelang setengah tahun menghilang, Kilip kembali dengan sendirinya, semua warga merasa senang sekaligus terkejut melihat keadaannya sudah membaik, bahkan terlihat lebih sehat dari sebelumnya.

Kepulangan seorang pemuda ini membawa kabar yang gembira bagi masyarakat Dayak Benuaq saat itu, selain pulang dengan keadaan yang sehat, Kilip memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang yang sakit, dengan membaca mantra sambil menari yang diiringi dengan musik tertentu.

Kilip mampu mengobati orang yang sakit dan mampu melihat jenis penyakit yang diderita oleh warga, kemampuan ini disebut masyarakat Dayak Benuaq di Kampung Ponak sebagai (tuah/petuah) yang tidak semua orang bisa mendapatkan petuah, sejak saat itu Kilip dijuluki sebagai seorang pemelient kuto (penari gila).

Pemelient Kuto dalam ritual Belient Sentiu adalah orang yang mendapatkan petuah dari roh gaib, mampu melakukan sesuatu diluar nalar manusia dengan petuah yang ia dapatkan, mampu berinteraksi dengan alam bawah dan alam atas, obatobatan yang digunakan serta mantra, maupun cara menari dari seorang Pemelient Kuto sangat ampuh untuk menyembuhkan orang sakit yang disebabkan oleh guna-guna, santet, pellet.

Cerita ini sangat populer dalam kalangan masyarakat Dayak Benuaq khususnya warga masyarakat Kampung Ponak, tidak hanya mitos cerita tersebut dipercayai oleh masyarakat serta dilaksanakan ritual Belient apabila terdapat masyarakat yang terserang penyakit karena santet, guna-guna, pelet, ayan, belawa, panah.

Selain melaksanakan ritual Belient untuk mengobati sakit, ritual ini juga dilaksanakan pada saat upacara nalint taunt, ritual tolak bala, upacara kematian, setiap sajiannya dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda dan tatanan aturan yang berbeda pula.

Masyarakat mengenal istilah
Belient sebagai ritual pengobatan, kemudian istilah tari yang terdapat didalamnya dikenal dengan nama tari Belient Sentiu. Belient Sentiu merupakan tarian ritual yang menjadi sarana dalam ritual pengobatan Belient.
**(nurhim/zubi)