Wahana Ngopi in The Sky Gunungkidul Dihentikan Pemprov DIY

357 dibaca

JOGJA-POSMONEWS.COM,-
Baru dibuka wahana ngopi in The Sky di Teras Kaca, Pantai Nguluran, Gunungkidul, menggunakan crane barang dihentikan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Faktor keselamatan dan keamanan pengunjung jadi alasan utama penutupan wahana menantang tersebut.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan keselamatan jadi poin utama yang harus dipatuhi penyelenggara tempat wisata.

“Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman,” kata Kadarmanta di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (6/1) seperti dilansir dari Antara.

Aji menuturkan dari hasil pemeriksaan, crane yang digunakan pengelola adalah alat yang disewa dari luar kota. Karena itu dibutuhkan pengecekan termasuk asal-usul dan guna operasionalnya apakah masih berlaku atau tidak.

“Informasi yang kami terima, penggunaan crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain penggunaan alat yang tidak tepat, lokasi wahana yang berada di bibir pantai juga sangat riskan bagi keselamatan wisatawan.

Menurut dia, posisi di tepi pantai mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi.

Aspek kepemilikan sertifikat CHSE pelaku wisata itu, kata dia, sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu.

“SDM yang mengoperasionalkan harus bersertifikat juga punya lisensi khusus, dan ini semua harus dipenuhi kalau tidak ya sebaiknya dihentikan, karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan ‘multiplayer effect’ yang luar biasa,” ujar Singgih.

Sebelumnya CEO Teras Kaca, Nur Nasution, memastikan wahana Ngopi in The Sky masih memasuki tahap uji coba sejak 2 Januari 2022 lalu. Meskipun demikian, sambungnya, ada pula beberapa wisatawan bahkan dari mancanegara yang sudah menjajal wahana tersebut.

Nur menjamin keamanan dari pengalaman menyeduh ngopi di ketinggian menghadap lautan tersebut, dari mulai kelengkapan hingga kualitas peralatan.

Nur menjelaskan, gondola disusun dengan material baja terbaik. Antara gondola dan crane dihubungkan dengan empat pasang kawat sling baja yang masing-masing titik mampu mengangkut beban 8 ton. Setiap kawat rencananya diganti per 3 bulan sekali, walaupun durasinya bisa sampai tahunan.

“Satu titik 8 ton, kali 4 jadi 32 ton. Itu dikali dua lagi, 64 ton. Nah itu maksimal angkat beban, tapi kami pakai gondola kami cuma 3 ton saja. Sisa banyak,” kata Nur saat dihubungi, Selasa (4/1) lalu.

Pengecekan rutin, kata Nur, dilakukan untuk crane. Bahan bakar minyak (BBM) yang dipakai pun jenis nonsubsidi, yakni Pertadex. Begitu pula dengan petugas yang seluruhnya diklaim ahli di bidangnya. Tiap-tiap pengunjung juga diwajibkan mengenakan tali pengaman lima lapis yang tak boleh diutak-atik selain oleh petugas. Adapun seleksi bagi pengunjung meliputi harus berusia di atas 15 tahun dan tidak mempunyai riwayat penyakit tertentu.**(alams/cnn)