Indra Rudiansyah Diminta Pulang Kampung Garap Vaksin RI

151 dibaca

• Masuk Tim Riset Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Nama Indra Rudiansyah sedang naik daun di tanah air. Mahasiswa yang sedang studi di Inggris itu mencuri perhatian publik karena masuk tim riset vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Salah satunya Menteri BUMN, Erick Thohir. Erick mengatakan hal itu menjadi bukti jika pemuda Indonesia yang di luar negeri tak bisa diremehkan.

“Saya juga kan melihat dengan adanya generasi muda Indonesia di luar negeri, dan tadi kita bisa kasih lihat ke dunia bahwa kita hebat-hebat, ya nggak?” kata Erick saat Live Instagram bersama Indra Rudiansyah, Jumat (23/7/201).

“Pak Soekarno aja bilang, kasih saya sekian pemuda, kita guncangkan dunia. Ini satu satu aja di Oxford sudah ngeguncang gitu kan,” sambungnya.

Erick pun kemudian bertanya Indra kapan kembali ke Indonesia. Indra bilang, akan kembali ke Indonesia pada Oktober tahun depan.

“Kalau semuanya lancar Insya Allah Oktober tahun depan saya selesai Pak,” jawab Indra Rudiansyah yang sedang menempuh pendidikan S3 di Clinical Medicine University of Oxford, Inggris.

Pada kesempatan itu, Erick juga memastikan Indra siap bersinergi dengan PT Bio Farma (Persero). Ia juga memastikan Indra tetap bergabung di Bio Farma Oktober 2022 nanti.

“Jadi intinya Indra siap bantulah ya untuk bersinergi dengan tim Bio Farma, dengan segala keterbatasan kamu, tapi paling tidak Oktober tahun depan tetap gabung Bio Farma kan ya?” tanya Erick.

“Iya betul Pak,” jawab Indra.

Erick pun berharap agar Indra tetap berkontribusi untuk Indonesia. Salah satunya terlibat dalam pengembangan vaksin baik untuk COVID-19 maupun vaksin penyakit lainnya.

“Saya pikir gabung British Pharma, jadi tetap gabung Bio Farma, kibarin bendera Merah Putih. Salah satunya challenge bagaimana kita kembangkan apakah viral vector, mRNA untuk vaksin ke depan ataupun protein rekombinan baik untuk COVID ataupun penyakit lainnya yang memang ke depan akan menjadi ancaman buat negara kita,” papar Erick.

Indra pun bercerita mengenai perjalanannya hingga bergabung dengan tim peneliti tersebut. Dia mengatakan, pada tahun 2014 bergabung dengan Bio Farma. Saat akan bergabung, ia menyatakan ingin melanjutkan studi S3.

“Jadi saya tahun 2014 itu saya masuk Bio Farma, pada saat saya interview oleh bos saya, memang saya bilang kalau saya waktu itu, saya posisinya sedang akhir S2. Saya bilang saya mau kerja di sini, tapi saya juga ingin melanjutkan S3 suatu saat nanti,” katanya.

Atasannya kala itu pun tak mempermasalahkan keinginannya itu. Akhirnya, ia diterima sebagai karyawan Bio Farma.

Setelah bekerja selama 2 tahun, Indra mencari beasiswa melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Prosesnya pun dilakukan secara normal.

Indra menaruh minat untuk melanjutkan studi di Oxford dan Johns Hopkins. Sebab kedua universitas itu terbilang maju di bidang malaria.

Setelah ia pelajari, ternyata Johns Hopkins lebih banyak mengembangkan ke basic science malaria. Sementara, ia menaruh minat pada vaksin.

“Jadi saya apply dua-duanya, yang di Johns Hopkins saya tidak diterima, yang di Oxford saya alhamdulillah diterima,” katanya.

“Akhirnya saya masuk ke Oxford dengan topik penelitian vaksin malaria tapi menggunakan teknologi viral vector juga,” tambahnya.

Setahun di sana, lanjut Indra, ada tiga milestone transfer status atau semacam masa percobaan (probation). Setelah masa percobaan, ternyata pandemi COVID-19 datang.

Indra mengatakan, waktu itu ada grup emerging pathogen disease. Grup itu lebih kecil dari grup yang Indra ikuti yakni grup malaria.

“Waktu itu kalau nggak salah grup emerging pathogen disease tidak terlalu banyak orangnya, tapi karena pandemi datang mereka tidak banyak orang untuk bisa bekerja dengan COVID ini,” katanya.

Setelah itu, grup tersebut membuka lowongan untuk semua orang. Ia pun mendaftar dan akhirnya bergabung dengan grup itu. Itulah awal mula Indra terlibat dengan vaksin COVID-19.

“Itulah awal mula keterlibatan saya di uji klinis COVID-19 ini,” kata Indra Rudiansyah.**(dtk/ram)