Eri Cahyadi: Saya di Akhirat Nanti Ditagih Gusti Allah

133 dibaca

• Soal Kesediaan Warga Dites Swab Massal

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berkeliling ke kampung-kampung padat penduduk untuk mengevaluasi munculnya klaster keluarga di sejumlah perkampungan, Senin (28/6/2021).

Salah satunya di Kampung Simo Sidomulyo Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, di mana terdapat satu keluarga terkonfirmasi positif Covid-19.
Eri menjelaskan, di Kampung Simo Sidomulyo terdapat satu keluarga yang terdiri atas lima orang telah terpapar Covid-19.

Bahkan, di RT lain yang masih dalam satu RW di kampung ini juga ditemukan tiga warga reaktif berdasarkan tes antigen dan menunggu hasil tes swab PCR.

“Ini ada satu keluarga yang terkena lima orang. Ini kan klaster keluarga. Ada lagi di RT lain ada tiga, tapi belum keluar PCR-nya,” kata Eri di Kampung Simo Sidomulyo, Senin.

Selain mengingatkan penerapan protokol kesehatan terus diperketat, Eri meminta kesediaan warga untuk dites swab massal.

Mengingat daerah tersebut cukup padat penduduk, sehingga interaksi antarwarga juga cukup intens.

“Kulo nyuwun ngapunten, tolong warga bersedia diswab. Ini prosedur penanganan, ketika ada tes lalu positif, tracing harus dilakukan. Jadi akan dilakukan swab di kampung, untuk segera tahu bila ada yang positif, ini demi keselamatan panjenengan semua,” ujar Eri kepada warga.

Ketika masuk zona merah, kata ya di akhirat nanti ditagih Gusti Allah, kok kami tidak antisipasi memperhatikan keselamatan warga. Mau nggeh Pak, Bu, nanti Pak Camat dan Pak Lurah akan mengatur dengan Puskesmas,” imbuh Eri.

Di sela-sela meninjau kondisi kampung, Eri juga terus meminta tolong kepada warga agar taat protokol kesehatan.

“Kita tidak boleh egois. Bayangkan kalau kenek anak bojone, pasti nyesel sak umur uripe (Bayangkan kalau kena Covid-19 anak istri/suaminya, pasti menyesal seumur hidup). Jangan sampai ada penyesalan, karena itu ayo kita jaga diri dan jaga keluarga,” kata Eri.

Ia mengatakan, Pemkot Surabaya menerapkan standar penanganan Covid-19 berbasis RT.

Apabila dalam satu RT ditemukan 3 sampai 5 kasus Covid-19, seharusnya dalam satu wilayah itu ditutup dan dilakukan swab massal semua warganya.

Bagi yang hasil swab PCR-nya negatif, akan dilakukan vaksin bila memang belum menerima vaksin.
Sedangkan warga yang positif, langsung ditangani dan diisolasi.

“Ini yang saya terapkan bersama Pak Kapolres. Kita bikin pedomannya yang nanti bakal diterapkan bagi setiap kampung apabila terdapat warganya yang terpapar Covid-19. Sehingga semua terantisipasi dengan baik, semua demi warga Surabaya,” ujar Eri.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini menjelaskan, pedoman yang disiapkan ini bukan bertujuan untuk menutup total kampung atau lockdown. Namun, hal itu dilakukan untuk membatasi mobilitas atau pergerakan keluar masuk warga.

“Jadi sebenarnya bukan lockdown. Kita batasi masuknya. Kita sepakati nanti dengan pengurus RT/RW,” kata Eri.

Karena itu, seluruh warga harus tahu bahwa Covid-19 ini bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi.
Sebab, pandemi ini adalah penyakit dan musibah yang siapapun bisa tertular bila tidak menaati prokes dengan baik.

Di samping itu, warga yang terpapar Covid-19 juga harus menyadari jangan sampai menulari lingkungan sekitarnya.

“Warga harus tahu, karena Covid-19 ini bukan sebuah aib. Covid-19 ini penyakit dan musibah, siapapun bisa kena. Berarti yang kena juga harus menyadari jangan sampai menulari lingkungan sekitarnya,” kata dia.

Saat ini, lanjut dia, di rumah sakit tak hanya para orang tua yang dirawat karena terpapar Covid-19. Tapi juga banyak di antaranya adalah anak-anak dan remaja.
“Maka sekali lagi, jangan egois, terapkan protokol kesehatan,” tutur Eri.

Sejak awal pandemi hingga Minggu (27/6/2021), tercatat ada 25.179 warga yang dinyatakan positif Covid-19 di Surabaya.
Sebanyak 23.295 di antaranya sembuh, sementara 1.393 orang meninggal dunia. Sedangkan kasus aktif di Surabaya mencapai 491 kasus.

Sedangkan angka kasus kumulatif Covid-19 di Jawa Timur, tercatat ada 169.684 warga yang dinyatakan positif. Sebanyak 150.137 di antaranya sembuh, sementara 12.534 orang meninggal dunia. Kasus aktif di Jawa Timur mencapai 7.013 kasus.**(kmp/hen)