Kasetpres Pernah Dikomplain Soal Protokol Ketat COVID-19

141 dibaca

Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono bercerita perihal tantangan saat pertama kali menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di lingkungan Istana. Heru mengungkapkan, kala itu banyak menteri yang komplain mengenai prosedur yang harus dilalui untuk masuk ke Istana.

Hal itu disampaikan Heru dalam Webinar ‘Sekretariat Presiden Menyapa’ yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (27/10/2020). Heru mengungkapkan, saat itu, Istana langsung menerapkan prosedur kesehatan untuk mencegah COVID-19.

“Saat itu di Jakarta belum ada klaster besar. Masih ada sedikit yang dari Depok. Maka saya panggil semuanya staf termasuk Paspampres, Sekretaris Militer dan lain-lain, bahwa kita harus melakukan sesuatu. Ini belum sampai nih. Penyakit ini belum ada di Jakarta, sehingga kami pada saat itu tamu-tamu para menteri VVIP itu harus kami lakukan cek suhu,” ungkap Heru.

Heru mengatakan, kala itu, banyak tamu termasuk menteri yang tersinggung saat harus melewati pengecekan suhu tubuh sebelum bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka, kata dia, mengeluhkan prosedur tersebut.

“Sekarang sudah terbiasa, tapi ketika itu cek suhu, yang pertama kami lakukan tentunya, yang sangat terhormat para menteri, terus tamu-tamu VVIP tersinggung dong ketika ‘pak mohon izin kami’. Nah itu banyak yang komplain ke saya ‘kok saya diperlakukan seperti ini’, nah itu tahap pertama,” tutur dia.

Kepada para tamu VVIP dan para menteri, Heru pun menjelaskan mengenai pentingnya prosedur ketat tersebut. Akhirnya, kata dia, para tamu VVIP dan menteri yang datang untuk bertemu Presiden Jokowi pun kemudian terbiasa dengan pengecekan suhu tubuh.

“Tapi saya bilang ‘Pak kita akan lakukan sebelum kejadian kami mencegah ini’. Nah lama lama menerima,” kata Heru.

Namun, cerita tak berhenti di situ. Heru mengungkapkan, bilik sterilisasi yang kemudian dipasang di pintu masuk Istana sebagai rangkaian pencegahan COVID-19 juga sempat membuat para tamu VVIP dan para menteri tak nyaman.

“Tapi satu dua hari tiga hari, nah pas saat itu ada kegiatan kami mengundang para menteri sehingga ada 10 sampai 11 para menteri. Berikutnya harus masuk tabung juga. Kalimatnya pak, begitu masuk tabung kan bukan berdiri ‘Pak tolong muter’ badangannya di tabung. Nah itu juga nggak nyaman kan, kondisinya nggak nyaman. Itu kami semua siapkan. Di tempat lain itu belum ada,” ujarnya.

Begitupun saat Istana mulai mewajibkan test COVID-19 bagi tamu undangan dan menteri yang akan bertemu Presiden Jokowi. Heru menuturkan, saat itu, ada juga yang mengaku sehat dan telah melakukan tes swab beberapa hari sebelumnya.

Namun, Heru mengatakan berusaha menjelaskan perihal prosedur kesehatan tersebut. Tes swab COVID-19 harus dilakukan sehari sebelum pertemuan dengan Presiden Jokowi. Hal itu pun, kata dia, kini sudah menjadi kebiasaan baru di lingkungan Istana.

“Nah swab PCR itu sulit lagi kan, kira kira seperti ini ‘Bapak akan ke Istana besok hari ini akan kami lakukan Swab’, jawabannya ‘kami 3 hari lalu sudah swab dan saya sampai hari ini sehat-sehat’. Dan sampai hari ini masih ada perbedaan bahwa swab itu batas waktunya 7 hari. Tapi kami menerapkan h-1 sebelum ketemu Pak Presiden harus melakukan swab kembali,” papar Heru.

“Kenapa? Kalau 3 hari atau 7 hari kan kami tidak tahu bapak-bapak, ibu sekalian bertemu siapa saja sebelum bertemu Pak Presiden, nah terkait dengan kesehatan Bapak Presiden dan keluarga kami tak bisa tawar menawar. Akhirnya hal itu terbiasa di sini. Swab h-1 baru bisa ke Istana,” lanjutnya.
(dk/alam)