Fakta Seputar Produksi Vaksin Covid-19

124 dibaca

Mengingat kasus positif Covid-19 yang terjadi di hampir seluruh dunia mengalami lonjakan, maka tak heran jika negara-negara tersebut tengah berlomba memproduksi vaksin virus Covid-19, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, Rusia mengklaim uji coba vaksin mereka menghasilkan seluruh sukarelawan menunjukkan kekebalan pada virus Covid-19.

Perusahaan BUMN, Bio Farma mengumumkan, bahwa Indonesia telah memulai uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 dari Sinovac China pada Kamis (6/8/20). Pada tanggal 19 Juli 2020, sebanyak 2.400 dosis vaksin dari Sinovac, China, sebelumnya sudah tiba di Bio Farma.

Diketahui, uji klinis vaksin Covid-19 ini dilaksanakan di Pusat Uji Klinis yaitu di Fakultas Kedokteran UNPAD. Yang mana, sebanyak 1.620 subjek dengan rentang usia antara 18 – 59 tahun dan dengan kriteria-kriteria tertentu, telah diambil sampelnya. Untuk sisa dari vaksin tersebut, nantinya akan digunakan uji lab di Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat Dan Makanan Nasional (PPOMN). Diharapkan bahwa hasil dari uji klinis ini didapatkan pada akhir tahun.

“Saat ini dengan Sinovac dari China kita telah menerima vaksin uji klinis yang telah dimulai diharapkan akhir 2020 kita mendapat hasil uji klinis,” kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo.

Nah berikut ini merupakan deretan fakta seputar vaksin virus Covid-19 di Indonesia. Yakni mulai dari proses produksi hingga penyuntikannya pada pasien.

1.    Anggaran Telah Disiapkan Pemerintah:

Untuk pengadaan vaksin virus Covid-19, Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, bahwa pemerintah telah mengalokasikan anggaran di tahun 2021. Dia juga meyakinkan, jika pemerintah telah menyiapkan ruang fiskal yang memadai untuk penyaluran stimulus dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional pada RAPBN 2021.

“Pemerintah juga mengamati kemungkinan adanya vaksin. Tapi kami persiapkan, kalau implementasinya butuh waktu kami memastikan bahwa untuk tahun depan kita memiliki ruang fiskal yang cukup,” tuturnya.

2.    Sebanyak 40 Juta Vaksin Covid-19 Bio Farma Siap Dipakai Awal 2021 Jika Lolos Uji Klinis
Uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac asal China disebutkan Ketua Tim Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19, Erick Thohir tengah diselesaikan Bio Farma. Pihaknya optimistis bisa segera memproduksi vaksin Covid-19 dan menyuntikkan 30 hingga 40 juta vaksin di awal tahun 2021 ke masyarakat Indonesia jika pelaksanaannya lancar.

“Kalau ini benar semua, Januari-Februari kita bisa menyuntikkan sampai kurang lebih 30-40 juta vaksin,” ujar Erick.

3. Biaya Rp 65,9 T

Dana yang dibutuhkan untuk proses penyuntikan vaksin di Indonesia, dikatakan oleh Ketua Tim Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19, Erick Thohir sekitar USD 4,5 miliar atau Rp 65,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.671). Biaya tersebut mulai dari membeli vaksin, memproduksinya hingga menyuntikkannya ke 160 sampai 190 juta masyarakat Indonesia.

“Kalau harganya USD 15 per vaksin, jadi berapa? Anggaplah 300 juta (vaksin) kali USD 15 berarti sudah USD 4,5 miliar,” ujarnya.

Adapun perkiraan anggaran tersebut, sudah termasuk biaya pembelian vaksin, biaya jarum suntik hingga anggaran tenaga kerja.

4.    Negara Tanggung Biaya Suntik

Ketua Tim Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19, Erick Thohir telah memastikan, bahwa proses pengadaan dan imunisasi vaksin Covid-19 akan menjadi program pemerintah. Hal ini berarti biaya imunisasi juga akan menjadi tanggungan pemerintah. Apabila masyarakat harus membayar untuk vaksin, maka akan terjadi celah antara golongan atas dan golongan bawah.

“Saya takutnya kalau nanti dibebaskan, kaya dan miskin ada lagi dong. Nanti yang kaya duluan yang disuntik karena pada bayar duluan. Kan tidak bisa sperti itu,” katanya.

Bahkan, pihaknya akan memetakan terlebih dahulu daerah mana yang diprioritaskan untuk dilakukan penyuntikan jika nantinya vaksin sudah siap. Untuk penyuntikan vaksin, nantinya akan dilakukan terhadap daerah yang sudah rawan terlebih dahulu, misalnya Jawa Timur, Sulawesi Selatan atau Sumatera Utara.

“Selama ini sudah digaungkan ada 8 daerah yang terus tinggi. Nah, apakah daerah seperti Labuan Bajo, NTT tidak perlu diimunisasi? Ya harus tapi mungkin tidak di bulan pertama. Mungkin bulan pertama mungkin Jatim, Sulsel, atau Sumut yang pada saat ini masih tinggi,” katanya.
(rca/alam)