Nahrawi dan Rhoma Irama

220 dibaca

Mantan Menpora Imam Nahrawi akhirnya divonis 7 tahun penjara pada Senin (29/6/2020) di pengadilan Tipikor, Jakarta. Walaupun tidak ada alat bukti yang menyatakan Nahrawi menerima uang, tapi majelis hakim meyakini bahwa eks menpora itu melakukan korupsi.

Kini, Imam Nahrawi, resmi menjadi narapidana. Saya bisa bayangkan, penyuka lagu-lagu Rhoma Irama itu mungkin sudah tak lagi menyanyikan lagu “Syahdu” atau “Bahtera Cinta”, tapi pasti sudah berubah menyanyikan lagu “Narapidana” karya Raja Dangdut, idolanya.

Betapa tidak. Di akhir persidangannya kemarin, mantan menpora itu berujar: “Demi Allah dan demi Rasulullah, saya tidak menerima uang Rp 11,5 miliar. Semua wartawan dan KPK harus tahu, harus sama2 kita bongkar kemana arah aliran dana itu”.

Dan ini pas dengan lirik lagu Rhoma “Narapidana”:

“Kehidupan dalam dunia
Terkadang penuh aniaya
Keadilan oleh manusia
Terkadang tiada sempurna
Yang benar dipenjara yang salah tertawa
Sungguh mata dunia memang tak sempurna
Oh, begitulah dunia

Kenangan Asian Games
Kenangan saya terhadap mantan menpora ini cukup banyak. Namun ada satu kenangan terbesar yang tak terlupakan, yaitu Asian Games 2018.

Dalam sejarah keolahragaan di Indonesia, saya baru merasakan puncak kebanggaan itu ketika kita sukses menyelenggarakan Asian Games 2018. Sejak Opening Ceremony di detik pertama ketika disuguhkan Tarian Aceh Ratoh Jaroe.

Selama Asian Games saya rajin melihat TV terutama dalam cabang-cabang medali. Saya masih ingat bagaimana Defia Rosmaniar merebut emas pertama Taekwondo. Dan disusul cabang-cabang berikutnya. Hampir semua medali emas didapat dengan proses yang sangat dramatis.

Bagaimana Panjat Dinding…. yang sekalipun dalam final putri mempertemukan sesama Indonesia yakni Aries susanti rahayu dan Puji lestari berlangsung sangat seru. Begitupun pertandinhan-pertandingan lainnya.

Sungguh perolehan medali emas ke medali emas telah membuat seluruh Indonesia berbangga. Dan akhirnya Indonesia finish di ranking 4 dengan peroleham 31 emas. Perolehan yg awalnya bahkan di banyak kalangan pesimis.

Ada banyak pihak yang terlibat dalam gegap gempita Asian Games 2018 ink. Tentu saja Presiden Jokowi sebagai presiden bertanggungjawab penuh dengan berbagai kebijakan yg dimaksudkan demi suksesnya acara.

Tentu saja secara operasional Menpora Imam Nahrawi sangat menonjol dalam mengkoordinasikan untuk memastikan cabang-cabang olahraga dapat sukses meraih prestasi terbaik. Kita pada akhirnya sukses dalam perhelatan itu bahkan sukses melebihi seluruh capaian, baik sebagai tuan rumah atau sebagai peserta.

Selain itu, Asian Games itu juga sukses mempertemukan Presiden Jokowi dan Prabowo sebagai ketua IPSi berangkulan dalam Final pencak silat yang disaksikan seluruh rakyat Indonsia. Setidaknya mengurangi tensi ketegangan politik menjelang pilpres 2019.

Nah, itulah perjalanan yang mau tidak mau ada seseorang yg memiliki peranan kuat di balik kesuksesan acara yaitu Menpora Imam Nahrawi. Hampir setiap hari keluar masuk pelatnas, menemani atlit dan pelatih, bertukar informasi dan mencari masukan.

Heroisme perjalanan itu akhirnya berjalan tragis. The rising star itu menjadi target politik. Banyak kader partai yang mulai mengincar jabatan itu. Imam Nahrawi pun menjadi sasaran tembak. Sebulan sebelum jabatannya berakhir, ia ditangkap KPK. Ini sekaligus mengurangi tingkat persaingan calon menteri baru.

Ya begitulah, perjalanan hidup. Dulu, pahlawan yang dibanggakan. Kini menjadi pecundang yang dibuang dan tidak ada yg menghiraukan. Bahkan kawan seperjuanganpun tak pernah kirim salam.

Sabar sahabat. Tenangkan hatimu.
Teruslah berjuang semampumu
Tapi tetap pasrahkan kepada Allah
Karena keputusan Allah itu yg terbaik.(jur)