Mitos Kampung Wadon di Ngawi

277 dibaca

Jika anda berselancar di dunia maya, mencari perkampungan yang hanya berisi perempuan muncullah nama “Kampung Wadon”.

Dalam bahasa Jawa, wadon artinya perempuan. Sekumpulan artikel itu akan menyebut bila lokasinya berada di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Dari artikel itu, istilah “kampung wadon” disematkan lantaran seisi penghuninya adalah perempuan.

Mayoritas artikel-artikel tersebut menyebutkan bila “kampung wadon” terletak di Kecamatan Pitu, Ngawi. Tidak dijelaskan secara detail di mana lokasi persisnya. Termasuk, kabupaten maupun patokan untuk bisa mengunjungi kampung tersebut.
Kepala Desa Dumplengan Sri Wahyuni memastikan tak ada Desa Wadon.

Diceritakan, konon seluruh penghuni desa itu seluruhnya perempuan karena mereka menganggap kehadiran lelaki bakal membawa kesialan. Untuk lebih meyakinkan, artikel tersebut mencatut nama sesepuh desa yang menceritakan bagaimana keseharian penduduk di sana. Entah siapa yang memulai. Yang jelas, cerita itu lantas menjadi viral dan muncul berbagai artikel di media online.

Selain itu, juga dicantumkan foto-foto perempuan, baik lansia maupun perempuan-perempuan muda. Latar belakangnya mereka sedang bercocok tanam, seolah gambar itu diambil dari itulah mereka mendapatkan penghasilan.

Faktanya, tidak ada orang Ngawi yang benar-benar tahu keberadaan kampung Wadon. JawaPos.com mencoba menelusuri keberadaan kampung wadon. Pertama, jelas, merujuk pada artikel yang banyak beredar. JawaPos.com lantas mencari informasi di Kecamatan Pitu. Camat Pitu, Slamet Sumarno lantas mengarahkan untuk datang ke Desa Dumplengan.

Saat ditanya, warga di sana tidak pernah mendengar soal kampung wadon. JawaPos.com lantas bertemu dengan Kepala Desa Dumplengan Sri Wahyuni. Perempuan berusia 49 tahun itu langsung tersenyum saat ditanya perihal kampung wadon. Seolah udah paham apa yang hendak dicari. “Setahun belakangan banyak tamu yang ke sini menanyakan desa Wadon itu. Nggak ada desa itu,” ungkap Sri.

Dia lalu menceritakan panjang lebar menanggapi artikel yang banyak beredar di jagat maya tersebut. Sepengetahuannya, dahulu memang ada sebuah perkampungan di Desa Dumplengan yang lokasinya terpencil berada di tengah hutan dan perkebunan. Sama sekali tidak ada listrik. Lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Dari Balai Desa, jaraknya sekitar 17 km. Untuk mencapainya hanya bisa dengan motor trail atau jalan kaki. Lokasinya berada di Dusun Jurug. “Tepatnya di Watu Pawon, itu nama anak dusun. Tapi penghuninya nggak perempuan tok, ada laki-lakinya juga,” tambah Sri.

Sekitar tujuh tahun lalu, Watu Pawon sudah tidak berpenghuni. Para warganya sudah ikut keluarganya pindah.

“Rumah-rumah di sana sudah dirobohkan. Sekarang jadi ladang tebu, luasnya kurang lebih 4 hektar,” lanjut perempuan yang menjabat sebagai Kades sejak 2014 tersebut.

Sri menegaskan, warga di Desa Dumplengan maupun se-Kecamatan Pitu sendiri tidak pernah menyebut lokasi tersebut sebagai kampung wadon. Sebab, mereka tahu bahwa tetap ada laki-laki yang tinggal di Watu Pawon. Meskipun memang, mayoritas penghuninya adalah perempuan.

Makanya, Sri juga heran dengan banyaknya artikel yang mengulas seputar kampung wadon. “Saya ini tahunya juga dari internet. Saya lihat foto-fotonya itu kok bukan seperti di sini. Saya juga nggak kenal sama orang-orang di foto itu, wong saya hafal sama warga sini,” tutur perempuan dengan dua orang anak tersebut.

Sejak kabar kampung wadon itu menyebar di dunia maya, banyak yang mendatangi desa Dumplengan. Terutama para mahasiswa yang penasaran dan ingin meneliti soal kampung wadon.

Sri mengatakan, kebanyakan mahasiswa datang dari jauh. “Ada anak UI, Bogor, Solo. Saya sampai lupa nama-nama kampusnya. Ya rata-rata setelah datang ke sini kecele,” terangnya.

Apakah Hoax?
Indonesia memiliki beberapa desa yang cukup aneh namun menarik untuk dilihat. Ada desa yang warganya tidak menggunakan kasur, ada desa yang membatasi jumlah KK-nya agar tidak terjadi kematian. Terakhir ada desa yang isinya hanya ada wanita sehingga praktis seluruh kegiatan yang ada desa dilakukan oleh mereka sendiri sejak puluhan tahun yang lalu.

Tidak adanya penduduk pria yang ada di desa ini ternyata dipengaruhi oleh mitos yang ada sejak dahulu kala. Penduduk dan sesepuh di sini percaya kalau pria harus keluar dari desa. Mereka diharuskan keluar dari desa secepat mungkin meski lahir dan besar di sini. Berikut kisah tentang Desa Wadon yang saat ini sudah terancam punah karena penduduknya semakin menipis.

Desa Wadon terletak di kawasan yang cukup terpencil. Dikelilingi oleh hutan jati, desa ini tetap menjalankan semua kegiatannya dengan baik. Penduduk yang tinggal di desa ini memulai pagi dengan bekerja di kawasan sawah atau ladang. Mereka bekerja keras agar segala kebutuhannya bisa dicukupi karena tidak ada pria di dalam keluarganya yang tinggal di sana.

Lokasi Desa Wadon
Terletak di kawasan Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pamor desa ini semakin meningkat karena keunikan ini. Banyak penduduk di sekitar Ngawi yang datang untuk menyaksikan kegiatan penduduk yang benar-benar hanya diisi oleh wanita. Kalau pun ada pria, mereka tinggal karena memiliki kekurangan seperti cacat sehingga harus dirawat oleh keluarganya.

Mitos Desa Wadon
Penduduk yang ada di Desa Wadon ini percaya kalau ada pria yang tinggal di desa ini hanya akan membawa kesengsaraan. Pria yang menikah dengan gadis dari desa ini dan tidak segera pergi, hidupnya akan sengsara, bahkan bisa mati muda. Untuk menghindari hal ini, setelah menikah, pria itu akan pergi atau membuat rumah yang terletak di sekitar Dusun Wadon yang unik ini.

Mitos yang hadir sejak puluhan tahun yang lalu ini sangat ditakuti oleh warga setempat. Bahkan pria yang mau meminang gadis dari desa ini selalu diwanti-wanti agar tidak lama-lama tinggal di desa. Warga di desa beserta sesepuhnya tidak mau jika ada kesialan hingga menyebabkan kematian yang tidak diinginkan.

Kehidupan penduduk yang ada di sini cukup membingungkan bagi beberapa orang. Anda mungkin akan bertanya, apakah penduduk di sini tidak menikah? Bagaimana mereka memperbanyak jumlahnya dan mempertahankan tradisi yang ada? Jawabannya: mereka tetap menikah dengan pria seperti layaknya wanita yang ada di desa lain yang ada di Ngawi. Hanya saja, mereka tinggal di sini dan akan kembali ke rumah satunya jika dibutuhkan.

Biasanya penduduk di sini memiliki dua rumah yang berbeda. Rumah pertama terletak di dalam Desa Wadon dan rumah kedua terletak di luar desa. Saat mereka memiliki anak, kalau anaknya laki-laki akan tinggal di rumah lain dan kalau perempuan akan disuruh memilih akan ikut dengan ibunya di Desa Wadon atau ikut dengan ayahnya yang berada di luar desa. Benar tidaknya ya dicek sendiri.(jppn/za)