Innalilahi wa innailaihi rojiun. Kabar duka menyeruak di kalangan pengusaha muda sukses Muhammad Nadjikh, Owner PT Kelola Mina Laut (PT. KLM) hari Jumat (17/4/20) pukul 10.00 pagi tadi.
Muhammad Nadjikh yang juga Pengurus Pusat Muhammadiyah dan anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), wafat karena sakit. Kabar tersebut mengagetkan kalangan pengusaha muda. Dia pengusaha sukses yang merintis usaha dari bawah dan orang rendah hati.
Profil Muhammad Nadjikh
PT Kelola Mina Laut adalah salah satu perusahan yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan hasil perikanan. Muhammad Nadjikh alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIN) Institut Pertanian Bogor angkatan 17, merupakan pendiri perusahaan tersebut. PT Kelola Mina Laut menaungi 25 perusahaan dan menampung sekitar 14.000 karyawan.
Muhammad Najikh lahir di Gresik, 08 Juni 1962. Ia berasal dari keluarga yang sederhana dan merupakan anak sulung dari delapan bersaudara buah hati pasangan Munarjo dan Asnah. Najikh sendiri dilahirkan di lingkungan orangtua yang juga seorang pedagang ikan. Munarjo, ayah Najikh, adalah seorang pedagang ikan yang tergolong berhasil untuk ukuran kampung pada masa jayanya.
Kemudian ayah Najikh sakit dan ekonomi keluarga Najikh menurun. Meski secara ekonomi tak terlalu beruntung, Najikh akhirnya berhasil menamatkan SMA dan melanjutkan kuliah melalui jalur tanpa tes (PMDK/PBUD) di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam membiayai kuliah dan hidupnya disana ia bekerja sebagai guru di SMA, menerima jasa les privat, membantu penelitian dosen sekaligus pula menjadi asisten dosen. Ia tidak pernah meinder dengan teman-temannya yang notabenenya dari kalangan keluarga menengah atas.
Pada tingkat III ayahnya meninggal dunia, bertepatan juga dengan adanya KKN di kampus terpaksa ia harus meminta bantuan uang kepada keluarganya sebagai tambahan untuk membayar uang KKN. Akhirnya ia dapat menyelesaikan perkuliahannya di IPB dengan baik dan mendapat nilai terbaik.
Setelah lulus dari IPB pada 1984, ia bekerja sebagai dosen di almamaternya itu. Pekerjaan ini dijalaninya selama setengah tahun saja, karena ia tidak merasa cocok dengan aktivitas yang dijalaninya.
Setelah berhenti menjadi dosen, ia bekerja di salah satu BUMN di bidang Processing Coklat di Surabaya sebagai Manager Produksi, nama perusahaan PT Karya Nusantara, ketika itu ia baru berusia 24 tahun. Disana ia banyak memberikan kontribusi kepada perusahaan, hingga perusahaan mampu mencapai keuntungan yang berlipat ganda. Oleh karenanya, dalam jangka waktu satu setengah tahun ia diangkat menjadi Branch Manager atau Pimpinan Cabang. Karena terjadi dualisme kepemimpinan akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri.
Tak lama setelah itu, ia dilirik oleh Cold Storage Surabaya (ICS), perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan udang untuk pasar ekspor, yang nantinya banyak memberi pengalaman kepadanya dalam menjalankan bisnisnya di kemudian hari. Kali ini ia langsung menjabat sebagai Bussiness Development Manager (BDM). Di sana ia diberi project agar perusahaan tidak hanya tergantung pada udang saja, melainkan harus ada diversifikasi. Karena kemampuan yang dimilikinya ia mampu menjawab amanat yang ditugaskan kepadanya. Namun setelah sekian lama bekerja di sana dan sudah banyak prestasi yang disumbangkan kepada perusahaan ia tidak mendapat reward yang sepadan. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan pengolahan udang di Surabaya tersebut.
Pada usia ke-30-an tahun, tepatnya pada tahun 1994, ia bertekad bulat untuk mendirikan suatu usaha mandiri. Ketika masa awal merintis usahanya, Najikh menggunakan modal yang berasal dari urunan dengan temannya sebesar 20 jutaan, meminjam uang kepada pamannya dan koleganya dari Jepang, masing-masing sebesar 160 dan US $50 (atau sekitar 100 jutaan pada masa itu).
Uang itu ia gunakan untuk membeli tanah, alat-alat produksi, dan membangun gedung pabriknya. Dan diresmikan bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1994. Ketika baru menyelesaikan membangun pabrik kemudian ia mengundang para supplier ikan untuk datang ke pabrik barunya, namun yang hadir hanya tiga orang saja, dan di antara mereka ada yang mengatakan bahwa pabriknya seperti “Kandang Kuda Irak”.
Lambat laun perusahaan ini kian berkembang. Kelompok perusahaan ini sudah melayani permintaan pembeli di empat benua, meliputi Jepang, Taiwan, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Timur Tengah. Pengiriman dengan volume rata-rata per bulan mencapai 100-120 kontainer 40 feet. Perusahaan tersebut kini sudah memiliki 175 staf manajemen, 500 tenaga terampil, dan 7 ribu tenaga kerja. Bahan baku produksinya disokong oleh 600 UKM (pengepul) dan 125.000 nelayan.
PT. Kelola Mina Laut menghasilkan berbagai macam produk laut dan olahan seperti ikan beku dan berbagai macam produk semacam ubur-ubur, cumi-cumi, kerang dan sejenisnya. Per tahunnya, permintaan ikan beku dan ubur dan sejenisnya saat ini telah mencapai 12 ribu ton.
Selain itu, perusahaan ini juga melayani permintaan produk-produk udang beku yang setiap tahunnya mampu menghasilkan 7 ribu ton. KML Group juga menghasilkan produk makanan laut yang diawetkan (3 ribu ton) dan produk daging kepiting beku (2 ribu ton). PT KML Group membawahi 32 pabrik pengolahan yang tersebar di Pulau Jawa, Madura dan beberapa pulau lainnya di Indonesia. Termasuk di dalamnya pabrik pengolahan ikan laut menjadi aneka olahan.(zub/berbagai sumber)