Partai Harus Tentukan Sikap

189 dibaca

Meski KPU belum membuka pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Surabaya. Akan tetapi, suhu panas perpolitikan dalam Pilwali sudah terasa. Setelah, lima Partai Politik seperti PKB, PAN, PPP, Partai Demokrat dan Partai Gerindra sudah mengusung satu calon Yakni mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin.
Kamis (30/1), pengamat Politik dan Kebijakan Politik Surabaya Andri Arianto, angkat bicara mengenai hal tersebut. Dia mengatakan kepada PosmoNews. Com bahwa Koalisi untuk mengangkat calon (Purn) Machfud Arifin sebagai salah satu calon pemimpin Surabaya nantinya, sudah memenuhi syarat. Karena total jumlah kursi sudah terpenuhi.
“Koalisi ini sudah cukup kursi untuk mengangkat Machfud Arifin. Sedangkan PDIP sudah bisa dipastikan memiliki calon sendiri karena partai ini sudah memiliki 15 kursi di DPRD Surabaya. Tinggal empat Parpol seperti Golkar, PKS, Nasdem dan PSI. Kalau empat Parpol ini koalisi artinya akan muncul tiga calon, tapi kalau saya lihat hingga saat ini belum ada indikasi koalisi,” ungkapnya.
Andri menilai dari ke lima parpol tersisa itu, Golkar dan PKS sangat mungkin untuk berkoalisi. Hanya saja rawan benturan. Hal itu dikarenakan kedua parpol tersebut sama-sama memiliki calon yang kuat. Akan tetapi belum memiliki kursi yang cukup, karena sama-sama memiliki 5 kursi.
“Mereka sama-sama memiliki calon dari kader internal, masalahnya siapa yang mau jadi nomor 2. Kalau tidak segera memutuskan, resiko terbesarnya perpecahan internal partai. Bisa jadi anggota-angota yang duduk di anggota dewan akan melakukan koalisi secara personal,” katanya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, ini menambahkan jika Golkar koalisi dengan Nasdem yang hanya 3 suara, jumlah suaranya hanya menjadi 8 suara. Begitu pula jika dengan PSI yang memiliki 4 suara, jumlah suaranya juga tidak cukup. Apalagi PSI tetap kukuh dengan konvensi internal.
Bak kapal hendak menyebrangi samudra. Kurang lebih 150 hati lagi pendaftaran bakal calon Pilwali, Andri mengingatkan partai Golkar untuk cepat-cepat menentukan calonnya, agar tidak ketinggalan. Karena menurutnya lima parpol yang sudah mengusung MA ini sudah berlayar.
“Memang koalisi lima parpol ini ada kemungkinan menggandeng Golkar. Hanya saja Golkar mau atau tidak, kalau tidak bisa ya akan ditinggal. Selain itu kalau nantinya Golkar akan berkoalisi dengan PDIP pasti akan inferior atau dibawah bayang-bayang PDIP,” tegasnya.
Tambahnya “Memang dalam mekanisme pencalonan itu banyak dan macam-macam. Pengalaman Golkar ketika Presiden SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono), melakukan konvensi sehingga partai berlambang pohon beringin ini harus berhadapan dengan SBY, pada akhirnya Golkar kalah. Artinya pilihan konvensi belum tentu memperkuat kemenangan. Golkar bisa mengambil jalan kedua yakni koalisi atau bisa juga mendorong DPP untuk melakukan rekomendasi,” imbuhnya.
Tidak hanya partai Golkar, hal sepertinya sama dirasakan PKS. Oleh sebab itu, menurut Andri, pilihannya mengajukan kader sendiri, dengan koalisi dari empat partai yang tersisa atau koalisi lima parpol atau PDIP atau konsolidasi internal sampai tingkat pusat.
“Saya berharap, semoga partai yang belum menetukan sikap ini tidak ketinggalan gerbong yang sudah jalan. Kalau tidak segera diputuskan ya akan sama saja dengan 20 terakhir. Tidak mungkin parpol ini selamanya akan keluar dari pemerintahan, apalagi Golkar minim pengalaman oposisi. Golkar minggu depan harus segera menentukan keputusan, kalau tidak malah akan semakin berat,” pungkasnya. (HARIS)