Dibangun R. Suweryo Alias Wali Joko

355 dibaca

 

Kendal merupakan kota kecil di jalur Pantura, jika kita melintasi kota Kendal pasti akan menemukan sebuah masjid yang terletak di tengah kota. Masjid itu didirikan oleh Wali Joko, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Masjid Agung Kendal.

MASJID Agung Kendal, Jawa Tengah yang terletak di Jalan Raya Barat (depan pusat perkantoran pemerintahan) Kendal dan merupakan masjid tertua di Kabupaten Kendal. Masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1500 Masehi, atau tepatnya 1210 H. Seiring berjalannya waktu, masjid yang berdiri gagah di pusat Kota Kendal ini telah mengalami delapan kali renovasi. KH. Makmun Amin menjelaskan, masjid tersebut dibangun sekitar abad 15, yaitu pada zaman Kesultanan Demak. Masjid tersebut dibangun oleh Raden Suweryo atau biasa dikenal dengan Wali Joko.
Tidak banyak benda-benda peninggalan yang dapat ditemui di masjid ini. Menurut catatan takmir masjid, sejarah hanya menyisakan maksurah atau tempat shalat bagi bupati kala itu, mimbar tempat khotbah berbahan kayu jati yang di bagian muka bertuliskan tahun 1210 yang terdapat di sebelah kiri mimbar, serta bergambar beduk dan penabuhnya. Sejumlah peninggalan asli bangunan dari Wali Joko adalah 16 tiang penyangga masjid dengan masing-masing berdiameter 40 centimeter. Peninggalan asli lainnya yaitu kusein, jendela dan daun pintu masjid. Tiang penyangga yang asli ada di bangunan utama, namun sekarang sudah dilapisi agar lebih kuat menjadi sekitar 60 cm. Sekarang total menjadi 80 tiang karena sudah ditingkat.
Makmun Amin melanjutkan, bangunan awal Masjid Agung Kendal menyerupai Masjid Agung Demak, yakni tidak terdapat kubah, pada atapnya berbentuk seperti prisma. Luas bangunan waktu itu hanya 27×27 meter. Sedangkan atapnya terbuat dari sirap (susunan kayu tipis, red) yang bersusun tiga. Sekarang luasnya menjadi 50 x 50 meter persegi. Atapnya juga sudah diganti dengan asbes. Tempat wudhu berupa kolah pendem yang mendapat aliran air dari sungai kendal yang dibuat oleh Wali Joko sendiri, letak kolamnya ada di depan masjid sebelah selatan utara makam Wali Joko.
Tradisi Ramadan
Di bulan suci, takmir Masjid Agung menyediakan makan dan minum untuk berbuka bagi semua lapisan masyarakat. Misalnya, para musafir yang kebetulan singgah di masjid itu. Selain melestarikan tradisi tersebut, di bulan Ramadan takmir masjid juga menggelar pengajian kitab kuning. Banyak santri kalong atau santri pendatang mengaji di masjid ini setiap malamnya. Mereka datang dari beberapa wilayah di Kendal. kitab kuning berisi uraian dan penjabaran para ulama yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Seperti di masjid-masjid umumnya, pada Ramadan juga diisi dengan kegiatan tadarus
Khaul Wali Joko
Sebungkus nasi dengan lauk oseng-oseng dan telur, sudah menjadi ritual tahunan memperingati khaul Wali Joko dan Wali Hadi, Pendiri Masjid Agung Kendal. Diceritakan oleh takmir Masjid, demi mendapat sebungkus nasi di tradisi Khaul Wali Joko dan Wali Hadi, para peziarah memadati makam Wali Joko di komplek Masjid Agung Kendal, mereka saling berebut dan dorong di depan pos satpam, padahal pembacaaan doa belum selesai. Tahun ini Pihak panitia telah menyiapkan sekitar 2.000 nasi bungkus untuk dibagikan peziarah dalam rangka khaul Wali Joko dan Wali Hadi
Nasi bungkus tersebut dikatakan dapat membawa berkah bagi seseorang yang memakannya. Tidak hanya untuk orang yang sakit nasi bungkus yang didapat akan ditabur di sawah agar hasil melimpah.  Seorang warga, Ngatinem mengungkapkan jika dirinya mengaku rela berdesakan dan berebut nasi bungkus ini untuk mendapatkan berkah dari makanan tersebut. “Nasi bungkus akan dibawa pulang dan akan diberikan kepada keluarga saya yang sakit. Diharapkan setelah memakan nasi bungkus ini penyakitnya bisa sembuh,” urainya. Jumlah 2.000 nasi bungkus yang disediakan takmir masjid langsung habis dalam waktu kurang sepuluh menit. Selain dibawa pulang, banyak juga peziarah yang menikmati nasi bungkus di halaman Masjid Agung.
Makam di Kompleks Masjid
Dijelaskan oleh takmir masjid, adanya makam di kompleks masjid, pada awalnya adalah rumah Wali Joko. Selain makam Wali Joko yang berada di depan sebelah selatan Masjid Agung, di belakang masjid juga terdapat dua makam ulama. Yaitu makam Kiai Abu Sujak yang di era 1800-an adalah penghulu pertama Masjid Agung dan makam Wali Hadi yang meninggal pada 1930. Semasa hidup, Wali Hadi merupakan pengisi pengajian di masjid ini, papar KH Makmun Amin, takmir Masjid Agung Kendal. Cahya