Leluhurnya Berasal dari Tohpati Buda Keling

321 dibaca

Kampung Kecicang Islam berada di kawasan Banjar Dinas Kecicang Islam, Desa Bungayan Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Kampung ini adalah sebuah kampung Islam terbesar di Kabupaten Karangasem dengan penduduk mencapai 3.402 kepala keluarga.
Kampung ini berbatasan dengan Banjar Kecicang Bali di sebelah barat daya, Banjar Triwangsa di sebelah barat dan di selatan berbatasan dengan Banjar Subagan. Penduduk Kampung Kecicang mempercayai bahwa leluhur mereka berasal dari penduduk Tohpati Buda Keling. Setelah raja mereka meninggal, raja baru memindahkan penduduknya ke Kecicang dan Tohpati kota dengan caramembuka hutan. Nama kecicang sendiri diambil dari nama bunga berwarna putih yang biasa dimasak oleh masyarakat setempat. Sementara itu sebagian lain menyebut kecicang berasal dari kata incang-incangan yang berarti saling mencari saat perang pada zaman kerajaan.
Keunikan kampung Kecicang Islam adalah seluruh masyarakatnya menganut agama Islam. Mata pencaharian masyarakat kecicang sebagian besar adalah pedagang, petani dan sebagian lainnya memilih merantau ke luar Kecicang.
Bukti peninggalan Islam di Kampung Kecicang adalah terdapat masjid Baiturrahman yang telah berdiri sejak akhir abad 17. Saat ini, masjid tersebut akan diperbesar dengan bangunan tiga lantai seiring dengan pertumbuhan penduduk Kecicang yang setiap tahunnya semakin bertambah.
Selain itu, kesenian bernuansa Islam tetap dilestarikan sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Kecicang. Tari-tarian itu antara lain Tari Rudat yang merupakan akulturasi budaya Bali dan Timur Tengah. Sementara itu tradisi ritual keagamaan seperti tahlilan, ziarah, dan selamatan juga masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Kecicang.
Sebagaimana masyarakat Muslim di Bali lainnya, hubungan antara masyarakat Kecicang Islam dengan penganut Hindu di Bali sebagai mayoritas terjalin harmonis. Secara umum, toleransi beragama di Bali telah terjalin dengan baik, dibuktikan dengan tradisi saat Shalat Idul Fitri, dimana sejumlah polisi adat (pecalang) turut serta membantu keamanan di hari raya Umat Islam tersebut, pun demikian penganut Hindu juga mempunyai tradisi ngejit dengan berbagi makanan kepada umat Islam. Demikian sebaliknya ketika umat Hindu merayakan hari raya seperti Nyepi, umat turut mengamankan dan memberi hadiah makanan.
DANAR S PANGERAN