Dengar Adzan dan Salat Bergetar

198 dibaca

Bagaimanakah kisah para mualaf di Desa Argosari, Tengger, Lumajang, Jatim? Bagaimana mereka berpindah keyakinan dari agama turunan nenek moyangnya? Adakah paksaan dari pihak lain? Berikut hasil liputan pengakuan beberapa mualaf.

Jaman (45) mualaf
Mendengar Adan, Hati Bergetar
Jujur pertama kali saya mendengar adzan, saya mendengarnya seperti suara anjing yang lehernya dijerat tali. Tapi setelah lama-kelamaan saya mendengar adzan hati saya mulai bergetar. Bahkan tak jarang bulu–bulu saya merinding. Sehingga hati saya ingin tahu mencari kenapa kok bisa begini?
Akhirnya saya belajar tentang agama Islam. Kepercayaan yang sekarang saya anut. Setelah saya memahami tentang keistimewaan agama Islam, saya langsung mendatangi Pak Tomo, dan mengatakan saya ingin masuk Islam. Kemudian, Pak Tomo mengajari saya untuk membaca dua kalimat syahadat. Saya pun mengucapkan dua kalimat syahadad, saya tahu konsekwensinya sebagai umat muslim. Menjalankan salat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu, seperti halnya rukun Islam.

Samardi (40)
Lihat Salat dan Mengaji
Saya masuk Islam karena saya melihat dan merasakan, bahwa ajaran agama Islam lebih baik. Sebab, saya sebelum masuk Islam, saya sering melihat Pak Tomo sama murid-muridnya malakukan salat atau pun membaca Alquran bersama-sama.
Meskipun saat itu mereka dalam komunitas kecil, tapi saya melihat mereka rukun, tolong menolong satu dengan lainnya, dan saling menghargai. Dari situ saya belajar agama Islam, dan setelah saya paham, saya sampaikan niatan saya kepada Pak Tomo bagaimana cara saya masuk Islam. Kemudian Pak Tomo, memberikan pelajaran keislaman kepada saya. Katanya agar tujuan dan niatan saya untuk menjadi mualaf bertambah yakin. Dengan dibekali iman yang kuat, saya mengucapkan dua kalimat syahadat. Alhamdulillah, hingga saat ini saya adalah seorang muslim, dan saya bangga dengan agama pilihan saya saat ini. HARIS