Gajahmada Putra Asli Lamongan

209 dibaca

Rabu (4/12/2019) di Pendopo Lokatantra menjadi saksi terhadap semangat Bupati Lamongan untuk meluruskan fakta sejarah bahwa Mahapatih Gajah Mada ternyata putra asli Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Jatim), dengan nama kecil Joko Modo.
Hasil penelitian yang dilakukan sejarawan yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU, Agus Sunyoto terungkap beberapa fakta baru tentang Patih Gajah Mada. Ia yang ditunjuk sebagai narasumber utama dalam Seminar Pu Gajah Mada Putra Lamongan yang semakin menguatkan fakta bahwa tokoh pesohor Majapahit ini lahir di kota Soto. Tentu saja dengan beberapa bukti pendukung dan bukan hanya cerita legenda, babat, cerita rakyat yang tak jelas juntrungnya.
Meski banyak mengundang kontroversi dan dipertanyakan banyak peserta seminar karena dalam buku Agus Sunyoto ini tidak banyak data yang menyebutkan bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan. Padahal harapan peserta, di buku karangan Agus ini memaparkan fakta yang menguatkan perihal Gaha Mada itu sebagai tokoh yang lahir di Lamongan, berasal dari mana? Putra siapa? Bagaimana perjalanan hidupnya sehingga ia menjadi Mahapatih di Majapahit.
Hal yang mungkin berbeda dengan pandangan Viddy AD Daery, budayawan,kolumnis,novelis,penyair,penulis skenario teater, sinetron dan film yang pernah menulis tentang Gajah Mada di sebuah media yang dicuplik oleh posmo.Viddy sangat rici memapar fakta yang jadi alasan mengapa Gajah Mada itu diyakini sebagai putra Lamongan. Pertama, di daerah Modo dan sekitarnya, termasuk Gondang, Pamotan, Ngimbang, Bluluk , Sukorame dan sekitarnya, tersebar folklor atau cerita rakyat, dongeng dari mulut ke mulut, mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah kelahiran wilayah Modo situ.
Kedua, daerah Modo-Gondang-Ngimbang-Pamotan-Bluluk dan sekitarnya memang ibukota sejak zaman Kerajaan Kahuripan Airlangga, bahkan anak-cucunya juga mendirikan ibukota di situ, karena strategis, alamnya bergunung-gunung, bagus untuk pertahanan, dan dekat dengan Kali Lamong yang merupakan sungai besar kuno dan sungai utama selain Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Hal itu dicatat oleh prasasti dan kitab babad. Hanya saja kini Sungai Lamong mengecil dan dilupakan sejarah.
Ketiga, adanya jalan raya Kahuripan-Tuban yang dibatasi Sungai Bengawan Solo di pelabuhan Bubat ( kini bernama kota Babat ). Ibukota ini baru digeser oleh cicit Airlangga ke arah Kertosono-Nganjuk, dan baru di zaman Jayabaya digeser lagi ke Mamenang, Kediri. Selanjutnya oleh Ken Arok digeser masuk lagi ke Singosari. Baru oleh Raden Wijaya dikembalikan ke arah asalnya, yaitu ke Tarik, dekat Modo, dekat Bengawan Solo.
Keempat, trah Raden Wijaya nanti–yang akan dijadikan penggantinya, yakni Tribuana Tunggadewi, diratukan di daerah Lamongan-Pamotan-Bluluk lagi, yaitu Kahuripan. Jadi Tribuana Tunggadewi sebelum jadi Ratu Majapahit adalah Bre Kahuripan alias Rani Kahuripan, Lamongan.
Kelima, ketika Gajah Mada menyelamatkan Raja Jayanegara dari amukan pemberontak Ra Kuti,dibawanya Jayanegara ke arah Lamongan, yakni Badander ,Kabuh, perbatasan Jombang-Lamongan. Itu sesuai Teori Masa Anak-anak,dimana kalau anak kecil atau remaja berkelahi di luar desanya,pasti lari menyelamatkan diri ke desanya minta dukungan, tentu karena di desanya ada banyak teman, kerabat maupun guru silatnya. Saya kira Gajah Mada juga menerapkan taktik itu. Dan, keenam Di wilayah antara Ngimbang-Modo sampai sekarang ada situs kuburan Ibunda Gajah Mada, yakni Nyai Andongsari.
Buku Agus Sunyoto yang banyak berisikan cerita-cerita terlalu umum untuk menyimpulkan bahwa Gajah Mada itu dari Lamongan. “Iya, memang saya baca di buku, Pu Gajah Mada Putra Lamongan” ini kurang fokus dan mengkhusus bahwa Gajah Mada itu lahir di Lamongan. Mungkin harus ada bab khusus untuk membahas Gajah Mada itu dari A sampai Z ,” tutur Drs. Sutaji, peserta Seminar yang juga Guru Sejarah dari SMA Negeri 1 Karangbinangun.
Seminar telah tergelar, hasilnya juga sudah terpapar. Bisa saja peserta banyak yang mengkritisi, namun ia setidaknya memberi semangat agar pemangku kebijakan bisa menindaklanjuti penelitiannya. Jika perlu ada Tim Khusus untuk menguatkan fakta sejarah, bukti-bukti kuat bahwa Gajah Mada, sang pahlawan maha besar Nusantara itu lahir di wilayah Lamongan. Semoga. *****
DANAR S PANGERAN