Tawarkan Pelet Kayu, untuk Gantikan Sampah Plastik

260 dibaca

 

Setelah Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim merespons penelitian IPEN tentang kandungan dioksin dalam telur ayam kampung di Desa Tropodo, dengan melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang – Malang, dan mendapati bahwa telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.

Serta pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP). Langsung ditanggapi Saiful llah, Bupati Sidoarjo langsung mendatangi lokasi.

Pria yang akrab disapa Abah Ipul juga mengaku mendapat pengakuan dari para pengusaha ayam-ayam kampung yang lepas liar di sana memang makan dari ampas tahu. Sebab, ketika dia mendatangi pabrik tahu di Tropodo, Abah Ipul tanya apakah sampah plastik yang mereka pakai sebagai bahan bakar pembuatan tahu mereka impor.

“Saya langsung ke pabriknya. Saya kenal. Pabrik tahu ini pakai apa bahan bakarnya? Mereka bilang, pakai plastik. Plastiknya dari mana ini? Impor? Tidak (jawab pengusaha tahu) dari Pabrik Pakerin. Jadi memang dari plastik itu. Sedikitnya ada 47 pabrik tahu di Dusun Klagen, Desa Tropodo, Krian,” ujar Abah Ipul.

Ditemui dalam acara Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-39 di JX Internasional Surabaya, yang dibuka oleh Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur, Selasa (19/11), Abah Ipul mengatakan bahwa dia mempunyai solusi pengganti sampah plastik bahan bakar pembuatan tahu. Solusinya adalah pelet kayu (wood pellets).

Abah Ipul mengaku, dia juga punya pabriknya. Dia akan menawarkan pelet kayu hasil produksi pabriknya itu kepada para pengusaha tahu, sebagai salah satu alternatif pengganti sampah plastik. Kalau dikonversi ke rupiah, harganya pun murah, sekitar Rp2.250 per kilogram.

Sementara itu, dalam waktu dekat ini dia akan memberikan penegasan kepada para pengusaha tahu di Tropodo agar tidak lagi menggunakan sampah plastik. Namun, Abah Ipul merasa tidak perlu ada sanksi yang perlu diterapkan. Sebab, kalau dikaitkan dengan telur yang tercemar dioksin, jumlahnya tidak seberapa dan tidak diperjualbelikan. HARIS