Hasil Produksi Telur Aman, masyarakat Tidak Perlu Cemas Konsumsi

205 dibaca

 

Beberapa hari terakhir, warga Jawa Timur dicemaskan dengan adanya kabar Telur-telur ayam yang mengandung bahan kimia terlarang yang sangat berbahaya seperti dioksin, dan PFOS yang sulit diuraikan. Selain itu ada juga bifenil poliklorinasi (PCB), dan eter difenil polibrominasi (PBDEs), parafin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) dalam tingkat yang tinggi. Semua bahan kimia beracun ini diatur ketat secara global oleh Konvensi Stockholm, sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum oleh PBB.

Para peneliti menganalisis telur-telur ayam kampung yang dikumpulkan dari daerah Bangun dan Tropodo di Jawa Timur. Ayam-ayam peliharaan warga ini sehari-harinya mencari makan di antara gundukan limbah plastik. Di Bangun, warga membakar tumpukan sampah plastik untuk mengurangi volume sampah yang menyumbat dan memenuhi jalan di sekitar rumah. Sedangkan di Tropodo, limbah plastik digunakan untuk bahan bakar pabrik tahu. Padahal diketahui bahwa, limbah-limbah itu menyebabkan penyakit serius seperti kardiovaskular dan masalah reproduksi.

Menyikapi keresahan warga ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, didampingi dinas peternakan provinsi Jatim, bupati Malang serta dekan fakultas peternakan Universitas Brawijaya memastikan bahwa peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices. Khofifah melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang – Malang. Kunjungan tersebut difokuskan di peternakan milik H Kholik yang memiliki populasi sekitar 300 ribu ekor ayam, dengan produksi telur sekitar 14 ton/hari atau setara 210 ribu butir/hari. Dimana, di peternakan ini quality controlnya sangat terjaga. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.

Orang nomor satu di Jatim ini menambahkan, pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP). Terlebih lagi, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu Ton atau setara 8,2 milyar butir telur. Serta berkontribusi sebesar 29 persen terhadap nasional atau peringkat 1 nasional.

“Untuk menjamin kualitas dan mutu telur di Jatim, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedaging final. Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat,” kata Khofifah.

Khofifah berpesan, di bawah pengawasan Dinas Peternakan Provinsi maupun kabupaten/kota. Bagi peternak ayam petelur agar tidak resah karena telur yang diproduksi adalah telur yang berkualitas, dan tidak mengandung racun. Sehingga, akan tetap dibutuhkan oleh konsumen. Sedangkan bagi masyarakat yang memihara ayam kampung dengan cara dilepas atau diumbar untuk segera beralih pemeliharaan unggas dengan skala bisnis dan dikandangkan, untuk menjamin telur yang dihasilkan.

Gubernur perempuan pertama di Jatim ini meminta, untuk Pemkab Sidoarjo, agar segera melakukan koordinasi dengan camat ,lurah dan kades setempat. Utamanya untuk melakukan pembinaan kepada peternak ayam petelur agar melakukan budidaya secara higienis. “Saya harap Pemkab Sidoarjo lewat segera koordinasi dengan seluruh jajarannya, agar bisa melakukan pembinaan untuk budidaya higenis maupun kandangisasi. Hal ini penting, karena tugas pemerintah adalah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat termasuk peternak,” pungkas Khofifah.

Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, Prof Suyadi juga menyampaikan bahwa telur-telur yang dihasilkan di peternakan seperti milik H Kholik aman untuk dikonsumsi masyarakat. Apalagi, telur-telur di sini diproduksi dengan sistem industri yang mementingkan input, proses dan output. Produksi telur ayam di peternakan ayam untuk komersial selalu menggunakan sistem industri. Input pakan, air minum, dan juga udara sangat penting sebagai faktor output produksi telur.

“Ketika kita lihat di sini tidak ditemukan adanya proses pembakaran sampah plastik seperti yang ditemukan di Tropodo. Ditambah lagi karena disini menggunakan pakan komersial, sehingga terjamin mutu dan kualitasnya. Teknik produksi antara ayam kampung dengan ayam komersial beda. Untuk ayam petelor komersial apa yang dihasilkan ayam adalah akumulasi yang masuk tubuh, pakan, air, dan udara. Kita lihat disini, tidak ada pembakaran signifikan,” jelas Prof. Suyadi.

“Pakan ayam petelor komersial selalu menjaga mutu. Dan bahan-bahan yang digunakan mulai air minum, pakan ayam sangat dijaga hati-hati karena ayam sangat peka. Maka saya yakin peternak di sini juga tidak berani merubah kompoisisi air minum, vitamin dan pakan karena akan sensitif pada hasil telur,” pungkasnya.

Seperti diketahui, baik putih maupun kuning telur kaya akan nutrisi, protein, vitamin, dan mineral. Kuning telur juga mengandung kolesterol, vitamin larut lemak, dan asam lemak esensial. Telur juga sumber protein yang sangat murah dan berkualitas tinggi. Lebih dari setengah protein telur dan vitamin B2 ditemukan pada putih telur. Jumlah lemak yang lebih rendah daripada kuning telur. Telur kaya sumber selenium, vitamin D, B6, B12 dan mineral. HARIS