Sejarah Kiai Qomaruddin Bungah

409 dibaca

SEJARAH Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan, Bungah, Gresik, Jatim, didirikan oleh Kiai Qomaruddin. Bagaimana dan mengapa Kiai Qomaruddin mendirikan Pondok Pesantren di Sampurnan Bungah?
Pada awalnya beliau mendirikan pesantren di Desa Kanugrahan (dekat Pringgoboyo), Kecamatan Meduran, Kabupaten Lamongan. Pesantren yang didirikan itu diberi nama Pesantren Kanugrahan. Tahun berdirinya pesantren itu ditandai dengan candra sengkala “Rupo Sariro Wernaning Jilma” (1681 S/1753 M).
Dalam waktu singkat, Pesantren Kanugrahan sudah dikenal di daerah sekitarnya. Jumlah santrinya mencapai sekitar 300 orang (jumlah yang sangat besar ukuran waktu itu).
Beberapa tahun kemudian, Kiai Qomaruddin ingin pergi ke Gresik. Tujuannya ialah untuk menemui santrinya (Tirtorejo, keturunan Kanjeng Sunan Giri) yang kala itu telah menduduki jabatan sebagai Tumenggung di Gresik.
Dalam perjalanannya menuju Gresik, tempat pertama yang disinggahi adalah Desa Morobakung, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Di desa ini beliau mendirikan rumah dan surau untuk tempat mengajarkan ilmu agama. Tidak diketahui dengan pasti, berapa tahun Kiai Qomaruddin bermukim di Desa Morobakung itu.
Hanya diceritakan bahwa ada 3 keluarganya yang meninggal dunia dan dimakamkan di desa itu. Di antaranya adalah ibu mertua, putrinya (yang dikenal dengan sebutan Mbok Dawud), dan cucu putri menantunya. Makam itu terletak berderet, sehingga sampai sekarang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan makam “jejer” telu (makam yang berjajar tiga).
Di samping itu, oleh masyarakat setempat nama Desa Morobakung diduga berasal dari kata moro dan bakung. Moro artinya datang, sedangkan bakung adalah singkatan dari kata embah kakung yang maksudnya seorang sesepuh laki-laki. Embah kakung yang dimaksud tidak lain ialah Kiai Qomaruddin.
Jadi kedatangan Kiai Qomaruddin ke desa tersebut diterima sebagai datangnya seorang sesepuh (moro-ne embah-kakung) yang sangat diharapkan dan dicintai oleh masyarakat. Sebutan itu terabadikan menjadi nama sebuah desa hingga sekarang.
Tak lama kemudian Kiai Qomaruddin meninggalkan Desa Morobakung. Beliau pindah menyeberang Bengawan Solo ke arah utara yaitu tepatnya di Desa Wantilan, tak jauh dari Desa Morobakung (dipisahkan Bengawan Solo). Kepergiannya ini semata-mata ingin mencari lokasi yang dianggap sebagai tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah pesantren seperti yang diharapkannya.
Ada lima kriteria yang diidealkan oleh Kiai Qomaruddin untuk lokasi pesantren.
(1) dekat dengan pemerintahan (untuk memudahkan hubungan dengan pusat kekuasaan).
(2) dekat dengan jalan raya (untuk memudahkan transportasi).
(3) dekat dengan pasar (untuk memenuhi kebutuhan pokok).
(4) dekat dengan hutan (untuk memudahkan mencari kayu bakar dan kebutuhan pokok lainnya).
(5) air yang mencukupi kebutuhan keluarga dan santri.
Dalam perkembangannya Kiai Qomaruddin mendirikan sebuah pesantren di Desa Sampurnan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Pesantren tersebut sangat dekat dengan jalan utama Pantura Gresik-Lamongan.
Ponpes yang didirikan Kiai Qomaruddin berkembang sangat pesat. Santri-santrinya pun tidak hanya dari Gresik saja. Bahkan banyak dari Lamongan, Madura, Kalimantan, Sumatra dan berbagai kota di Indonesia.
Sepeninggal Kiai Qomaruddin, pesantren berkembang sangat pesat. Dan berkembang menjadi Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ). Pesantren Qomaruddin yang dulunya hanya mengajarkan kitab-kitab klasik, mulai merambah ke pendidikan modern.
Sampai sekarang jumlah santri yang mondok dan belajar ilmu-ilmu modern sudah ribuan santri. YPPQ Qomaruddin sekarang sudah memiliki sekolahan modern mulai dari TK, MTs. Assaadah 1, MTs Assaadah 2. SMP Assaadah, Madrasah Aliyah (MA), SMA Assaadah, SMK dan Perguruan Tinggi.
Walaupun generasi para kiai di Pondok Pesantren Qomaruddin terus berganti. Namun aura pesantren ini tetap cemerlang. Bahkan lulusan para santri dari Penpes Qomaruddin sekarang banyak yang memimpin pondok pesantren di berbagai wilayah. Semoga Ponpes Qomaruddin tetap eksis sepanjang zaman.**zub**