Ditandai Sabda Sinuwun Paku Buwana X

114 dibaca

Cuaca kawasan Sukoharjo siang itu cukup menyengat. Namun, tidak menyurutkan semangat ratusan warga mengikuti prosesi Grebeg penjalin. Selama dua tahun terakhir kegiatan ini tidak pernah ditinggalkan. Diharapkan akan menjadi ikon tahunan untuk mengangkat nama Desa Penjalin sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Sukoharjo. Bagaimana kisahnya?Berikut tulisan Zuly K posmonews.com

 SECARA administrasi Desa Penjalin termasuk wilayah Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Di desa ini sebagian masyarakatnya memiliki profesi sebagai pengrajin rotan. Kerajinan rotan yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Trangsan tidak hanya berkutat pada peralatan rumah tangga saja. Namun juga meliputi sovenir dan perlengkapan olah raga. Hasil kerajinan masyarakat desa ini tidak hanya memenuhi pangsa pasar dalam negeri saja. Hasil kerajinan masyarakat Trangsan ini juga telah berhasil memasuki pangsa pasar luar negeri seperti Eropa dan Amerika.

Apabila dicermati dengan teliti ada keunikan dengan desa ini. Desa yang menjadi sentra hasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah ini justru tidak memiliki bahan bakunya. Mengenai rotan yang menjadi bahan dasar dari bahan dasar industri rotan yang ada di desa ini justru didatangkan dari luar. Namun berkat keahlian warga desa ini, rotan-rotan yang masih belum berbentuk kemudian diolah menjadi beberapa produk kerajinan.

Saat ini keberadaan perekonomian warga yang berprofesi sebagai pengrajin rotan bisa dikatakan telah berkecukupan. Akan tetapi hal ini berbeda dengan puluhan tahun yang lalu. Pada kisaran tahun 1928-an, Demang Wongso Laksono menghadap kepada Sinuhun Paku Buwana X. Saat itu Demang Wongso Laksono wadul kepada raja Kasunanan Surakarta tentang kehidupan rakyat yang tinggal di kawasan Trangsan. Kekhawatiran ini dikarenakan pada saat itu rotan yang dibuat oleh masyarakat Trangsan belum setenar sekarang. Dan hal ini tentu membuat kehidupan masyarakat kurang baik.

Menanggapi laporan dari demangnya itu, Sinuhun Paku Buwana X nampak terdiam sejenak. Dan tidak berapa lama kemudian Sinuhun segera mengeluarkan sabdanya, “Kamu tak usah khawatir, suatu hari nanti. Usaha yang saat ini dilakukan oleh kawulamu akan membawa desa yang kau buka akan terkenal,” sabda Sinuhun Paku Buwana X saat itu.

Rupanya apa yang menjadi sabda raja ke-10 yang memerintah di Kraton Kasunanan Surakarta ini terbukti puluhan tahun kedepannya. Terbuktinya sabda dari sang raja ini juga disertai dengan usaha keras yang dilakukan oleh masyarakat Trangsan. Kerajinan rotan yang di jaman dahulu pernah dipandang sebelah mata itu. Kini telah berubah wujud menjadi salah satu sumber mata pencaharian warga yang tidak bisa diremehkan hasilnya.

“Moncernya usaha kerajinan industri rotan yang ada di sini selain karena sabda dari Sinuhun. Juga dikarenakan adanya usaha keras dari warga yang tinggal di sini. industri rotan di desa ini telah memiliki sejarah panjang. Dulu sebelum terkenal, warga harus memasarkan hasil kerajinannya dengan menggunakan sepeda. Mereka menempuh puluhan kilometer hanya dengan menggunakan sepeda. Saat itu beban yang dibawa juga berkilo-kilo. Setelah perjuangan panjang seperti itu kini warga mulai menikmati hasil manisnya,” ujar Suryanto, selaku ketua panitia.

Suryanto juga menambahkan dengan adanya grebeg ini diharapkan mampu mengembalikan kejayaan industri rotan di daerahnya. Kerajinan rotan di desa Trangsan ini memang pernah booming di tahun 2000-an. Saat itu hampir seluruh hasil kerajinan masyarakat desa Trangsan diserap oleh pasar luar negeri. Manisnya masa kejayaan usaha rotan ini berjalan lebih dari lima tahun.

Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit pangsa pasar luar negeri mulai meredup. Kini hasil kerajinan masyarakat Trangsan yang diserap oleh pasar luar negeri hanya sekitar 40 persen saja. sedangkan 60 persen sisanya diserap oleh pangsa pasar dalam negeri.

“Dulu memang industri rotan pernah mengalami masa kejayaan. Namun seiring berjalannya waktu era kejayaan itu sedikit menyusut. Dengan diadaakannya grebek ini diharapkan dapat kembali mengangkat industri rotan Trangsan baik di pasar lokal maupun internasional,” tambah Suryanto.

Acara grebeg yang diadakan pada hari senin (24/4) ini dimulai semenjak pagi dan selesai jelang siang sekitar pukul 12.00 WIB. Selama acara berlangsung, ratusan peserta memeriahkan acara dengan beragam penampilan. Yang paling mencolok dari penampilan peserta grebeg hari itu adalah gunungan kirab yang berisi hasil kerajinan rotan. Gunungan rotan sejumlah lima buah yang turut dikirab itu akhirnya menjadi rebutan ratusan orang yang telah lama menanti saat-saat rebutan gunungan. Selain itu ada lagi tokoh pandhawa yang dibuat dengan menggunakan rotan.

Kelima tokoh pewayangan yang merupakan simbol satria berwatak baik dalam kisah mahabarata itu dibuat setinggi dua meter. Adapun dipilihnya sosok lima satria ini bukannya tanpa sebab. Di pilihnya lima tokoh ini adalah karena kelimanya meski memiliki watak yang berbeda akan tetapi dapat bersatu demi tegaknya kebaikan.

“Melalui gambaran tokoh ini diharapkan dapat menjadi sarana introspeksi bagi masyarakat bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk mengesampingkan persatuan. Para pandhawa ini telah memberi bukti bahwa dengan persatuan yang kokoh dapat membawa kejayaan dan kemenangan. Semoga dengan adanya persatuan khususnya bagi masyarakat Trangsan dan semua masyarakat pada umumnya akan membawa dampak baik bagi semua,” pungkas Suryanto. ***