Petilasan ini berada di Desa Semen, Jatisrono, Wonogiri diyakini sebagai tempat menakutkan. Kabar dari kalangan ahli laku bahwa makam ini dihuni Siluman Kerbau yang bias memberi kekayaan dengan melakukan ritual pesugihan dengan syarat tertentu.
KISAH tokoh Empu Bharada memang terkenal di jaman Kerajaan Kediri. Ia disebut sebagai seorang pedeta linuwih yang menguasai ilmu jaya kawijayan lepas sangkan paraning dumadi (kesaktian) yang tinggi. Ia terkenal ketika terjadi ontran-ontran janda penganut ilmu hitam di Jirah. Janda itu bernama Nyi Calon Arang yang mengadakan teror ilmu hitam terhadap pemerintahan Raja Erlangga. Di pulau Bali kisah ini lazimnya disebut Rangda.
Singkatnya, Raja Erlangga memerintahkan Patih Narotama untuk menumpas kraman di Jirah. Namun, pasukan Kediri itu dapat dikalahkan Nyi Calon Arang. Raja Erlangga akhirnya mengutus pendeta Hindhu, Empu Bharada menyelesaikan pemuja ilmu hitam ini. Nah Empu Bharada mengatur siasat. Ia memerintahkan muridnya, Empu Bahula agar berpura-pura melamar ratna Manggalih agar bisa mencuri Kitab Mantra Durga itu.
Lalu apa hubungannya dengan makam Empu Barada di wilayah Wonogiri tersebut. Banyak kalangan spiritual, makam itu hanyalah sebuah petilasan, artinya pernah disinggahi Sang Empu. Hanya saja versi lain yakni menurut pengakuan beberapa pelaku spiritual menyebut bahwa petilasan ini dihuni mahkluk siluman kerbau. Mahkluk siluman ini juga disebut Danyang makam. Ia bermukim di sebuah pohon tua dan angker yang tumbuh di sisi makam.
Apabila siluman itu menampakkan diri, wujudnya sangat menyeramkan. Dengan tinggi empat meter dan selalu membawa tombak, siluman Kebo Mercuet siap menerkam siapa saja yang mencoba menghalangi kemauannya Wujudnya seperti manusia, tetapi berkepala kerbau. Memiliki ekor yang menjuntai dan selalu membawa tombak trisula. Itulah wujud Kebo Mercuet, manusia siluman kerbau. Konon, banyak manusia yang memuja mahkluk ini untuk mencari pesugihan.
Menurut Mbah Surekso (63) pada wartawan posmonews.com, untuk mencari pesugihan di tempai ini syaratnya cukup membakar kemenyan dan kembang telon. Sebagai gantinya pelaku akan mengambil layon kembang itu untuk dipuja di rumahnya. Sedangkan syarat lainnya adalah bersifat sesaji khusus.
Bagi mereka yang ingin mencari pesugihan di tempat tersebut mereka diwajibkan menyembelih seekor kambing. Selanjutnya daging tersebut akan dijadikan persembahan kepada Kebo Mercuet. Karena mitos inilah warga sekitarnya suka sekali melahap sesaji yang berupa daging kambing.
“Namun seiring perkembangan itu masyarakat di sekitar tak seorang pun yang sudi memakan sesaji itu. Kabarnya, siapa saja yang ikut memakan daging kambing itu maka rezeki yang seharusnya menjadi miliknya akan mengalir ke orang lain yang menyembah siluman tersebut. Jadi, kerja mereka selama ini menjadi sia-sia karena akan mengalir ke pencari pesugihan,” tutur pria yang sehari-harinya adalah dukun tradisionil di desanya itu.
Sedangkan bagi pemuja Kebo Mercuet, apabila mereka telah meninggal dunia maka mereka akan menjadi pengikut siluman tersebut. Wajahnya berubah seperti kerbau, sementara di pantatnya mulai tumbuh ekor. Dan sempurnalah karma yang harus diterimanya.
DANAR