Didirikan Trah Arya Penangsang

349 dibaca

Pagi itu cuaca cukup cerah.  Pesantren Manbaul Hikam di Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terlihat mentereng. Dari lorong-lorong kelas terdengar suara ustad memberikan pelajaran kitab. Meski sebagaian santrinya berusia tua, namun pesantren ini masih tetap konsisten dengan model salaf.  Berikut tulisan Cak Mus dari posmonews.com.

 LEMBAGA ini didirikan pada tahun 1970. Awalnya pembangunan Pesantren Manbaul Hikam bermodal Rp. 10.000 merupakan pemberian dari H. Musthofa (alm) yang berwasiat kepada istrinya Nyai H. Machniyah Mustofa untuk memberikan uang tersebut pada sekolah yang didirikannya. Sebab pembangunan gedung sekolah masih membutuhkan biaya sangat besar.

Semula sekolah Al-Islamiyah di sebelah Barat gedung Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Mambaul Hikam adalah waqaf dari H. Musthofa. Beliau juga membiayai pembangunan sekolah tersebut. Nama Pondok Pesantren Manbaul Hikam di Putat Tanggulangin, Sidoarjo, berdiri pada tahun 1982. Didirikan oleh KH. Khozin Mansur dari Mayangan, Jogoroto, Jombang sebelumnya bernama Pondok Pesantren Darul Ulum di tahun 1972.

Menurut Mohamad Halim Asrori, salah seorang pengajar. Pesantren ini, menggunakan metode  Halaqah dimana dilakukan usai salat Subuh hingga 06.30 pagi. Sedangkan kitab yang dibaca adalah Tafsir Jalalain, Fatkhul Mu’in, Shoheh Muslim ibnu Aqil. Metode selanjutnya wetonan merupakan suatu bentuk rutin harian, akan tetapi dilaksanakan pada saat-saat tertentu. Kitab yang diajarkan tafsir Ibnu Katsir, Ihya’ Ulumuddin, dan Tafsir Showi. “Selain itu yang masih dipertahankan adalah metode sorogan,” katanya.

Ditambahkan, saat bulan suci Ramadan, santri dibebaskan dari tanggung jawabnya. Pelajaran yang disampaikan juga berbeda. Pelajaran formal ditiadakan. Diganti mengaji kitab kuning. Pasa saat bulan Ramadan total ada sekitar 24 kitab  kuning yang diajarkan pada santrinya. Bahkan jumlah santri yang menuntut ilmu di Ponpes Manbaul Hitam saat bulan Ramadan semakin banyak dari berbagai pelosok negeri ini.

Dilihat dari segi nasab, ayauh beliau, KH M Mansur bukanlah nasab orang biasa. KH. M Mansur biasa disebut dengan Abdul Bakir  bin Arya Reja bin Arya Kromo bin Arya Penangsang bin Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam Babad Tanah Jawi, Pangeran Sekar adalah adik Pangeran Sabrang Lor, Adipati (Y) Unus, Raja Demak ke-2 sesudah Raden Patah. (beca juga Mengenal KH. Khozin Mansur).***