Panglima Perang Zaman Majapahit

210 dibaca

MAKAM Eyang Yudho Kardoro, terletak di Kampung Kedondong, Jalan Cempaka Surabaya. Setiap hari di pusara eyang ini selalu di kunjungi peziarah. Setelah itu mereka meluangkan waktu di sekitaran pendopo. Maklum, suasana pendopo bisa dibilang sejuk dan tentunya semilir angin sepoi-sepoi membuat lokasi pendopo ini menjadi tempat beristirahat.

Setiap tahun di pusara eyang selalu mengadakan acara Haul Eyang Yudho Kardono. Biasanya di laksanakan di waktu bulan Suro, bulan yang dianggap keramat oleh orang Jawa. Di saat acara, selalu dimeriahkan oleh hiburan rakyat berupa wayang kulit. Biasanya sang dalang membawakan lakon yang mengambarkan sosok perjuangan dan kondisi bangsa saat ini. Dengan harapan masyarakat dan pemimpin bangsa bisa meneruskan perjuangan dan cita-cita leluhur.

Panglima Kerajaan Mataram

Menyinggahi pusara ini, pintu gerbang Pesarean Eyang Kudo Kardono, berupa gapura dengan patung burung rajawali dan buah pala. Memasuki halaman Pesarean ini suasana terasa tenang dan sejuk. Kompleks Pesarean ini dipugar kembali pada tahun 1959-1960 dan dengan catatan tanpa merubah bentuk dalam dari makam tersebut. Dikompleks Pesarean tersebut juga terdapat Sanggar Tri Murti (Sanggar Pemujaan) dan mushola Ujung Galuh sumbangan dari Kodim 0832 Brawijaya.

Muji, Keturunan Eyang Yudho Kardono menuturkan bahwa sampai sekarang , tidak acara cerita yang pasti, eyang ini siapa. Tetapi menurut cerita yang berkembang di masyarakat ada 2 versi. Yang pertama eyang ini adalah panglima perang kerajaan mataram, yang hidup dijaman Sultan Agung. Beliau mempunyai nama asli Raden Kudo Kardono. Karena beliau ahli dalam berperang, tangkas dan kuat dalam menanggulangi keamanan. Akhirnya, beliau mendirikan markas pertanahan di daerah yang sekarang bernama Surabayan.

Sepupu Patih Gajah Mada

Cerita yang kedua yang  di percaya masyarakat bahwa, beliau ini bernama asli Pangeran Yudho Kardhono adalah Raden Kudo Kardono, dan beliau adalah komandan perang kepercayaan raja Majapahit. Kenapa demikian? Karena nama Kudo sudah merupakan gelar kehormatan di zaman Majapahit, maupun zaman Singosari. Lantaran di zaman tersebut, seseorang tokoh sering memperoleh gelar dengan nama hewan, seperti gajah untuk Gajah mada, ayam untuk Hayam wuruk, banyak (bebek) untuk Banyak wide, lembu untuk Lembu peteng dan sebagainya.

Berada di Surabaya, beliau ditugaskan untuk menjaga wilayah pesisir utara, wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit saat itu, yakni daerah Surabaya, Gresik, dan sekitarnya. Tak ketinggalan di Surabaya yakni pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti 1319 Masehi. Pangeran Kudo Kardono yang merupakan panglima kepercayaan Raja Jayanegara (Kalagemet) yang juga saudara sepupu dari Patih Agung Gajah Mada, dipercaya mampu meredam pemberontakan yang terjadi.

Setelah bisa menanggulangi pemberontakan di Surabaya. Saat beliau meninggal dimakamkan di dekat markasnya, dan makam ini sampai sekarang banyak dikunjungi oleh Peziarah yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah. Khususnya, pada hari Jumat Kliwon dan malam Jumat Legi. Banyak peziarah yang sampai bermalam di area makam, untuk mendapatkan karomah sang eyang. ***