Simpan Gamelan Naga Mulya

240 dibaca

Klenteng yang diberi nama Tek Hay Kiong yang dapat diartikan juga Istana Tek Hay Cin Jin. Ada banyak peninggalan sejarah yang menarik di kelenteng tersebut, pertama  adalah Cin Jin Bio yang merupakan  tempat pemujaan/rumah abu yang dibangun masyarakat Tionghoa di Tegal untuk mengenang kebaikan Kwee Lak Kwa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sepasang papan Lian (syair ) untuk menghormati Tek Hay Cin Jin ( Kwee Lak Kwa ) yang disumbang Lin Ming De pada tahun 1828. Peninggalan kedua adalah  Kelenteng tersebut menyimpan sebuah benda peninggalan budaya berupa seperangkat alat gamelan yang dibuat tahun 1868 silam. Hingga kini gamelan bernama “Naga Mulya” itu masih lestari dan dalam kondisi terawat.

Dalam gelaran wayang kulit di Klenteng Tek Hay Kiong,  Gamelan pusaka yang usianya sudah lebih dari 100 tahun ini masih nyaring dibunyikan. Bahkan tidak ada nada sumbang yang diperdengarkan. Menurut Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal (YTDT) Kwee Hong Koen, gamelan Naga Mulya adalah benda peninggalan sejarah yang dimiliki Kelenteng Tek Hay Kiong. Gamelan ini merupakan benda pusaka yang harus dipertahankan keberadaannya. Upaya yang dilakukan kelenteng untuk mempertahankan benda pusaka itu adalah dengan merawatnya dengan baik. Bahkan klenteng memberikan ruangan khusus untuk menyimpan benda sejarah yang dimiliknya.

Hong Koen menambahkan, gamelan Naga Mulya dibuat tahun 1868 silam. Menurutnya keberadaan gamelan Naga Mulya merupakan bukti adanya akulturasi budaya. Lebih jauh disampaikan, menggunakan gamelan tersebut tidak boleh sembarangan. Karena, harus meminta ijin lebih dulu kepada Kongco Tek Hay Cin Jin. Apabila diperbolehkan, maka gamelan digunakan. Sebaliknya, apabila tidak, gamelan hanya dibersihkan dan disimpan kembali di tempatnya. Sehingga tiap gelaran wayang kulit di setiap Tahun Baru Imlek, bisa dipastikan selalu menyita perhatian publik. Terbukti, tidak hanya umat Tri Dharma saja yang menyaksikannya, masyarakat Tegal lainnya pun berbondong-bondong datang ke klenteng untuk melihatnya.

Bahkan pernah saat acara berlangsung, tiba-tiba turun hujan deras. Kendati demikian, gelaran wayang kulit tetap berlangsung sesuai jadwal. Tidak sedikit pula masyarakat yang mengabadikan pagelaran wayang yang dihelat di halaman Klenteng Tek Hay Kiong.Seorang warga Jalan Martoloyo yang sedang menonton wayang, Sardi (35) mengaku baru mengetahui ternyata klenteng menyimpan benda pusaka peninggalan sejarah. Hebatnya lagi, sambung dia, kondisi benda sejarah itu masih sangat bagus.

“Ini membuktikan upaya pelestarian benda pusaka kelenteng tidak main-main. Apa yang dilakukan klenteng patut dijadikan contoh oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia. Karena Indonesia memiliki beragam budaya yang harus dilestarikan keberadaannya. Sehingga tidak ada benda  peninggalan sejarah yang akhirnya diklaim oleh negara lain,” pungkasnya.

Tertua

Saat ini, Kelenteng Tek Hay Kiong masih aktif sebagai tempat Ibadah bagi masyarakat Tionghoa yang ada di Tegal. Jadi kondisinya masih terawat dengan baik. Terlebih apabila sudah masuk Hari Raya Imlek, banyak sekali agenda-agenda menarik yang bisa menjadikan aset wisata bagi daerah Tegal. Bisa dibilang sama dengan kelenteng-kelenteng yang ada di Indonesia dipenuhi umat yang sedang beribadah.

Di Kelenteng Tek Hay Kiong juga dipenuhi umat Tri Dharma yang sedang beribadah. Akan tetapi di kelenteng tertua di Tegal, Jawa Tengah, selain dipenuhi umat yang sedang beribadah, Kelenteng Tek Hay Kiong juga dipenuhi warga sekitar Tegal yang sengaja berkunjung ke kelenteng untuk berwisata.

Mereka memenuhi sebagian besar halaman kelenteng. Warga penasaran dengan aktivitas etnis Tionghoa saat beribadah. Selain itu keunikan arsitektur  Kelenteng Tek Hay Kiong menjadi daya tarik wisata yang mengagumkan. Tak jarang warga yang berkunjung mengabadikan momen liburan mereka di Kelenteng Tek Hay Kiong dengan kamera pada telepon seluler mereka.

Seperti yang dilakukam Eni, warga Adiwerna, Tegal. Dia mengungkapkan, dirinya sengaja datang mengunjungi kelenteng untuk mengisi liburan dengan anaknya. “Kebetulan libur jadi saya mengajak anak saya untuk liburan di sini. Saya ingin tahu saja bagaimana warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek,” tutur Eni saat dijumpai di Kelenteng Tek Hay Kiong.

Banyaknya warga yang berkunjung ke Kelenteng Tek Hay Kiong untuk wisata tidak menjadi masalah bagi umat yang sedang beribadah maupun dari pengurus kelenteng. Warga yang ingin berkunjung ke kelenteng diperbolehkan asal bisa menghormati umat yang sedang beribadah. “Tidak masalah warga mengujungi kelenteng ini, asalkan mereka menghormati umat yang beribadah. Selain itu warga juga harus menjaga sopan santun mereka selama berada di kelenteng” kata Hendra saat ditemui terpisah di Kelenteng Tek Hay Kiong.

Selain dipenuhi warga yang berwisata di Kelenteng Tek Hay Kiong, di luar halaman kelenteng juga dipenuhi oleh puluhan pedagang asongan yang menjajagkan barang dagangan seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi. Hal ini membuat lalu lintas di depan kelenteng menjadi tersendat. ***